.
.
Lithera dan yang lainnya sampai di rumah. Di sana Vion dan Ashley sudah menunggunya dengan senyuman di wajah mereka. Namun saat melihat Lithera tidak sendiri, ekspresi di wajah mereka tampak kesal. Mereka terlihat sangat tidak suka dengan itu.
"Siapa mereka ma?" Ashley menatap curiga ke arah Max, Ronn, Cyril dan Liola.
"Entah.... Aku menemukan mereka di dekat sungai." Jawab Lithera santai.
"Menemukan?! Kamu pikir kami kodok atau semacamnya?!" Cyril kembali menyulut kemarahannya.
Namun Lithera hanya menatapnya dengan malas.
Dugh!
Liola menyikut perut Cyril dengan keras.
"Ouchhh! Sakit sial!" Jeritnya. Namun semuanya sepertinya mengabaikannya.
"Mereka terlihat seperti orang gila." Ujar Vion dengan polosnya.
"Waaah! Anak-anak ini memang seperti ibunya!" Cyril lagi-lagi tidak bisa menahan dirinya. Namun sepertinya mereka sudah terbiasa dengan itu, dan terbiasa untuk mengabaikannya.
"Kenapa keluarga ini benar-benar menyebalkan!" Cyril memanyunkan bibirnya kesal.
"Kalian juga sangat menyebalkan!" jawab Lithera dengan malas.
"Lalu, kenapa mama membawa mereka kesini?" Tanya Ashley lagi. Dia sangat tidak suka dengan orang-orang asing yang menurutnya mencurigakan. Terlebih Cyril yang terus menerus bersikap seenaknya.
"Mungkin karena kasihan... Melihat mereka seperti melihat anak anjing. Mereka tampak menyedihkan, bukan?" Jawab Lithera lagi yang masih sangat santai.
"Kamu seperti anak anjing?! Menyedihkan?!" Cyril mendesis kesal, "dia sendiri jauh lebih menyedihkan. Lihat saja rumahnya! Bagaimana ada orang hidup di tempat seperti ini?!"
Lithera tersenyum muak.
Dia menatap tajam pada mereka, "pergilah! Aku bahkan tidak meminta kalian untuk kesini. Kalian sendiri yang memaksa ku untuk ikut dengan ku kemari! Aku tidak pernah mengundang kalian untuk kemari! Dan kalian seharusnya menjaga mulut kalian dengan baik! Jika tidak, seseorang mungkin akan merobeknya!" Lithera bercak pinggang dengan kesal, "beraninya menghina ku!" Lithera melotot tajam.
Cyril menelan ludahnya dengan susah payah. Ancaman Lithera sepertinya bukan hanya untuk menakut-nakuti.
"Aku tidak pernah bilang kalau aku ingin ikut kemari..." bisik Cyril yang justru mendapatkan tatapan tajam dari Max.
"bisakah kamu diam! Aku mungkin yang akan merobek mulut mu, jika kamu tidak bisa diam!" kesal Liola
Lithera menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Dia duduk dengan angkuhnya sembari melemparkan tatapan matanya yang dingin dan tajam.
"Maaf, dia memang selalu seperti ini." ucap Max.
"Tidak masalah. Aku sudah sangat sering mengalami hal semacam itu. Dia sama seperti putra putriku!" jawab Lithera masih dengan kekesalannya.
"bagaimana bisa dia menyamakan ku dengan putra dan putri nya??!"
Dugh!
Lagi-lagi Liola menyikut perut Cyril dengan keras.
"Diam! Bodoh!"
Cyril hanya meringis menahan rasa sakit perutnya. Tanpa mengatakan apapun, terlebih melihat bagaimana ekspresi marah Max.
"Paman! Kamu sangat menyebalkan!" Vion juga bercak pinggang dengan wajah kesalnya, "paman juga sangat jelek!" Tambahnya.
"Pffft...." Lithera tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Bukan hanya Lithera, tapi Ronn, Max dan Liola juga ikut menertawakannya.
"Lihat! Anak-anak selalu berkata jujur!" Ujar Lithera puas.
"Aku sudah mengatakan padamu untuk diam! Tapi sepertinya kamu memang tidak bisa menahan diri untuk tidak mengatakan sesuatu!" Desis Max geram. Dia tahu benar bagaimana sifat Cyril yang masih sangat kekanakan. Itu kenapa dia selalu kesulitan untuk mengaturnya.
"Diam Cyril! Kamu membuat semuanya menjadi rumit!" Tambah Ronn.
"Apa aku perlu menutup mulut mu dengan tanaman rambat ku?!" Liola menatap Cyril dengan geram.
"Aku tahu!" Seru Cyril yang juga merasa kesal, "tapi mengatakan aku 'jelek' itu sudah sangat keterlaluan!"
"Lalu, apa kamu ingin berkelahi dengan anak 6 tahunan ini?!" Lithera melotot tajam.
"Ah sial!" Cyril hanya bisa menjambak rambutnya sendiri dengan kesal.
"Kalau paman tidak mau di katakan sebagai orang jelek, seharusnya paman memiliki wajah sepertinya!" Vion menunjuk ke arah Max.
Walaupun wajahnya berlumuran darah, tapi semua itu tidak bisa menyembunyikan wajah tampannya.
Lithera mengangguk-anggukan kepalanya setuju.
"Benar. Dia mungkin memang sedikit tampan." Ujarnya, "tapi sayang sekali, dia bukan tipe ku." Tambahnya.
"Pffft..." Lagi-lagi orang-orang tidak bisa menahan diri mereka untuk tidak tertawa. Terlebih Cyril yang merasa dia harus melakukannya lebih keras, mengingat itu sebagai 'balas dendam' untuk dirinya tadi.
Ekspresi wajah Max menggelap. Dia adalah pengantin pria terbaik dari yang pernah ada. Karena dia memiliki bukan hanya wajah tampan, tapi juga memiliki latar belakang status sosialnya yang sangat membuatnya menjadi idaman bagi seluruh gadis di kerjaannya. Karena dengan A adalah putra mahkota.
Ada banyak gadis yang tergila-gila dengannya, bahkan ada yang rela melemparkan diri mereka ke atas tempat tidurnya agar bisa mendapatkannya. Menjadi pendampingnya adalah dambaan bagi setiap gadis, di mana mereka akan bisa bersanding dengan calon raja yang nantinya akan menjadi orang nomor satu di kerajaan mereka.
Namun kini dia justru mendengar seseorang mengatakan jika dia bukan tipe idamannya.
"Sepertinya kamu perlu memeriksakan matamu, nona." Ucap Max kesal. Dia juga memanyunkan bibirnya kesal
"Mataku baik-baik saja. Lagi pula, bukankah aku mengatakan kalau kamu itu tampan. Hanya saja, kamu memang bukan pria yang aku inginkan... Kamu bukan tipe idaman ku."
"Kamu juga bukan tipe idaman ku, nona." Max kehilangan kata-katanya.
"Sayangnya aku sudah memiliki anak-anak, jadi aku tidak pernah berfikir untuk mencari suami lagi." Lithera tersenyum puas melihat ekspresi wajah Max yang tampak kesal.
"Lihat, yang Mulia. Wanita ini sangat menyebalkan, kan?" Bisik Cyril
"Kamu jauh lebih menyebalkan!" Jawab Max seraya menarik kursi di dekatnya, kemudian duduk dengan ekspresi wajah kesalnya.
"Sayangnya aku tidak memiliki sesuatu untuk di sajikan untuk kalian." Ujar Lithera.
Max, Ronn, Cyril dan Liola melihat ke sekeliling mereka. Memang keadaan di tempat itu bukanlah sebuah tempat di mana bisa menyuguhkan sesuatu untuk tamu mereka.
"Aku tidak melihat rumah lain di tempat ini, nona Lithera. Apa hanya kalian yang tinggal di tempat ini?" Tanya Ronn.
Lithera menganggukkan kepalanya, "benar! Aku dan mendiang suami ku tidak suka keramaian." Jawab Lithera seraya tersenyum kaku. Dia sendiri tidak tahu kenapa dia tinggal di tempat seperti itu.
"Lalu, dimana suami mu?" Tanya Ron lagi.
"Mati." Jawab Lithera tanpa ekspresi.
"Huh? Maaf, aku tidak seharusnya menanyakannya."
"Tidak masalah. Lagi pula itu sudah sangat lama." Jawab Lithera santai. Dia sendiri tidak tahu seperti apa suaminya. Terlebih lagi seperti apa perasaannya pada suami yang sama sekali tidak pernah dia ketahui itu.
"Kalau boleh tahu, apa kamu tidak memiliki keluarga lain? Mungkin di kota?" Kali ini Max yang bertanya.
"Keluarga lain? Aku tidak tahu? Jujur saja. Aku sama sekali tidak ingat apapun tentang diriku sendiri. Yang aku tahu hanya aku sudah menikah, memiliki dua anak, dan suamiku sudah mati." Jelas Lithera. Dia sama sekali tidak ingin menjawab pertanyaan lain yang membuat nya kebingungan untuk mencari jawabannya.
"Kamu tidak ingat apapun?" Tanya Max lagi memastikan pendengarnya tidak bermasalah
"Benar! Aku sama sekali tidak mengetahui apapun tentang diriku sendiri."
"Bukankah dia sangat aneh?" Bagaimana bisa seseorang tidak mengetahui apapun tentang dirinya sendiri?" Gumam Cyril. Dia menatap Max yang sepertinya berfikir begitu keras.
"Sepertinya kita harus kembali!" Semuanya terkejut saat Max tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya.
"Tiba-tiba?" Ronn terlihat kebingungan.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Daniela Whu
ini lukax bukanx di obati dl malh asik ngobrol ngalor ngidul...
2024-02-25
2