.
.
Di kediaman Viscount Darek Evan.
"Kenapa ayah terus bergerak kesana kemari?!" Lily tampak kesal.
"Ayah sedang sedikit khawatir." Jawabnya dengan sangat lembut. Dia juga tersenyum lebar pada putri kesayangannya itu.
"Apa yang ayah khawatirkan?" Tanya Lily setelah meminum teh hijau hangat miliknya.
"Putri ayah tidak perlu khawatir tentang itu." Darek mendekati putrinya seraya mengusap lembut puncak kepalanya, "ayah akan memberikan segalanya yang terbaik di dunia ini untukmu."
"Sudah seharusnya ayah memberikan segala sesuatu yang terbaik untuk ku. Karena aku adalah putri ayah satu-satunya. Dan sudah sangat jelas, kalau aku akan menjadi ratu di kerajaan ini! Jadi lakukan yang terbaik, agar aku bisa berdiri dengan harga diri yang tinggi saat menjadi ratu nantinya." Lily tersenyum lebar.
Sejak kecil dia selalu mendapatkan pujian, jika hanya dirinya lah yang pantas menjadi ratu di kerajaan itu. Dan hanya dia lah gadis tercantik yang hanya akan menjadi panutan bagi setiap orang.
"Tentu saja kamu sudah pasti akan menjadi ratu, jika pangeran Rezef menjadi raja." Jawab Darek.
"Pangeran Rezef? Dia baru berusia sekitar sepuluh tahunan, bagaimana bisa aku menjadi istrinya?! Aku hanya ingin pangeran Max! Aku mau menjadi istrinya, bukan istri pangeran Rezef!"
"Siapapun itu suamimu nantinya. Yang penting tujuan mu adalah menjadi ratu. Jadi siapapun itu tidak penting, sayang." Darek menggenggam tangan Lily, namun dengan keras Lily menepisnya.
"Usiaku saat ini adalah 23 tahun, dan pangeran Rezef hanya 10 tahun! Aku sudah seperti kakak, atau bahkan bibi baginya! Aku hanya mau menjadi ratu untuk pangeran Max! Karena aku juga sangat mencintainya."
"Baiklah-baiklah, ayah mengerti." Darek mengiyakan saja apa yang putrinya katakan. Lagi pula dia juga tidak akan mendengarkannya. Tujuannya hanya menjadikan Lily sebagai Ratu, jadi siapapun rajanya dia tidak peduli.
"Ayah akan kembali ke ruang kerja ayah." Lily hanya menganggukkan kepalanya seraya kembali menikmati teh hijau hangat dan camilan manis yang ada di hadapannya.
Darek berjalan menuju ke ruang kerjanya. Di tengah perjalanan dia berpapasan dengan putra sulungnya.
"Rayton! Dari mana saja kamu?!" Tegurnya pada pria yang memiliki warna rambut dan mata yang sama dengannya.
Rambut berwarna perak, dan warna matanya yang juga perak, walaupun warna rambut seperti itu merupakan warna rambut yang di miliki banyak orang, tapi karena status sosial mereka, mereka selalu menjadi pusat perhatian dan perbicangan orang-orang.
"Aku sangat sibuk, ayah." Jawab Rayton Evan.
"Lakukan perintah Ratu Elish dengan benar! Jangan selalu saja mengecewakannya!"
"Itu sesuatu yang seharusnya ayah lakukan sendiri. Aku tidak ingin terlibat dengan itu."
Plakkkk!
Pukulan keras mendarat di pipi Rayton.
"Jaga bicaramu! Ayah melakukan segalanya demi keluarga kita! Kamu pikir apa yang sudah kami lakukan untuk keluarga kita?!"
"Ayah... Aku selalu melakukan segalanya untuk menutupi pekerjaan ayah yang selalu saja tidak berantakan!" Jawab Rayton seraya mengusap pipinya yang terasa perih.
"Ayah pikir, ayah selalu melakukan segalanya dengan benar?!"
"Beraninya!!!" Darek kembali melayangkan tangannya untuk kembali memukul putranya, namun dengan kuat Rayton menahannya.
"Jika bukan aku yang selalu membersihkan kekacauan yang ayah lakukan, ayah sudah mati di tangan paman Cahir!!!" Ucapnya dengan tatapan matanya yang tajam, "jika hari ini aku tidak membunuh pria bodoh yang ayah sewa itu, dia sudah akan membuka mulutnya di depan paman Cahir! Dan jika dulu aku tidak membersihkan bukti-bukti keterlibatan ayah dengan penculikan Lithera, ayah sudah mati dengan mengenaskan di tangannya! Jadi jangan perlakukan aku seperti sampah yang tidak bisa melakukan apa-apa! Lihat dulu cara kerja ayah yang asal-asalan hanya agar ratu Elish memuji pekerjaan mu!"
Rayton mengibaskan tangan Darek keras, "mulai hari ini, seperti yang ayah katakan tadi, aku tidak akan pernah lagi melakukan sesuatu untukmu. Aku sudah cukup lelah. Dan aku sudah tidak tertarik lagi!" Rayton berjalan pergi meninggalkan Darek yang terlihat marah, namun tak bisa melakukan apa-apa.
"Oh ya..." Rayton menghentikan langkahnya, "Lithera akan segera kembali... Dan sepertinya rencana ayah akan berakhir! Selamat!" Rayton menyeringai sebelum dia berjalan pergi meninggalkan Darek dengan kemarahannya.
"Anak tidak tahu diri!!!" Geramnya.
Rayton menghentikan langkahnya kembali, "aku bukan tidak tahu diri. Tapi justru karena aku sangat memahami diriku sendiri, aku melakukan segalanya. Sebaiknya ayah lebih menyadari diri ayah sendiri dulu tentang kemampuan ayah, sebelum melakukan sesuatu yang di luar kemampuan mu!" Rayton melangkahkan kakinya kembali dengan wajah penuh kemarahannya.
"Tsk! Dia selalu saja seperti itu!"
Darek selalu memperlakukan Rayton berbeda dengan bagaimana dia memperlakukan Lily. Jika Lily hidup seperti layaknya seorang ratu yang bisa mendapatkan segalanya hanya dengan menggerakkan jarinya, Rayton justru hidup seperti budak yang harus bekerja sangat keras untuk bisa mendapatkan sesuatu yang dia inginkan.
"Aku sudah sangat muak dengan mereka semua!"
.
.
Di rumah Ronn Milford.
"Dimana mama?!" Vion dan Ashley terus merengek pada Ronn, sementara Ronn sudah sangat kelelahan menghadapi mereka berdua.
"Paman Ronn! Dimana mama kami!"
"Nona Lithera sedang di periksa dokter. Jika sudah selesai, dia akan kemari menjemput kalian berdua." Jawab Ronn yang sepertinya sudah tidak memiliki banyak tenaga untuk menjawab pertanyaan dari mereka.
"Lalu, kenapa paman Ronn tidak membawa kami ke mama Lithera! Kenapa paman membawa kami kesini?! Apa paman ingin menjual kami nantinya?!" Ashley menjambak rambut coklat Ronn dengan kuat. Di ikuti oleh Vion yang juga ikut menyerang Ronn dengan menggigitnya.
"Adakah seseorang yang bisa membantu ku! Aku sudah tidak tahan lagi dengan ini!!" Ronn berteriak keras.
"Apa yang terjadi di sini?!" Ronn, Ashley dan Vion terkejut melihat seseorang yang datang ke ruangan itu.
"Ronn! Apa yang kamu lakukan?! Apa yang terjadi di sini?! Apa kamu menculik anak-anak lucu ini?!" Pertanyaan beruntun dari mulut Lyra Milford, ibu Ronn Milford.
"Ibunda... Tolong selamatkan aku." Ronn terlihat pasrah dan frustasi.
"Apa yang terjadi sebenarnya, Ronn?" Lyra mendekati kedua anak-anak yang terlihat ketakutan.
"Anak-anak siapa ini?"
"Anak dari nona Lithera, ibunda..." Jawab Ronn dengan lemas. Tenaganya terasa terkuras hanya karena Vion dan Ashley.
"Nona Lithera? Siapa dia?"
"Itu mama kami." Jawab Vion dengan begitu menggemaskan.
"Oh... Sangat imut." Lyra mencubit gemas pipi Vion, "lalu, dimana ibu kalian?"
"Dia kesakitan, tapi paman Ronn justru membawa kami kemari! Aku ingin bertemu mama Lithera!"
Lyra tampak kebingungan. Dia meminta putranya untuk menjelaskannya
"Nona Lithera... Putri Duke Cahir Neutswand yang di culik saat itu telah di temukan!"
"Huh?!" Lyra menutupi mulutnya dengan tidak percaya
"Jangan sampai berita ini tersebar. Atau Yang Mulia putra mahkota akan membunuh ku." Lyra segera menganggukkan kepalanya.
"Lalu, apa mereka putri Lithera?"
"Entahlah... Aku tidak yakin."
Lyra melihat dua anak kecil di depannya yang begitu menggemaskan.
"Kenapa mereka memiliki rambut dan mata yang biru? Jika memang nona Lithera adalah ibu mereka, bukankah seharusnya setidaknya mereka memiliki mata yang merah mengingat nona Lithera adalah putri dari Duke Cahir Neutswand?"
Walaupun mendengar itu, Ashley dan Vion tampak tidak mengerti tentang apa yang sedang orang-orang dewasa itu katakan.
"Bukankah keluarga Lexion memiliki rambut dan warna mata yang biru?"
Ronn terbelalak.
Dia baru menyadarinya, jika Ashley dan Vion memiliki mata dan rambut yang berwarna biru.
"Irish dan Benn Lexion mengalami kecelakaan kereta kuda saat mereka akan pergi ke pedesaan yang ada di bawah hutan pinus! Dimana kereta kuda mereka tergelincir ke sungai. Dan hanya mayat Irish dan Benn Lexion yang di temukan!!!" Lyra juga terbelalak sambil menutupi mulutnya yang menganga lebar. Dia sangat terkejut dengan apa yang baru saja putranya katakan.
"Apa ini?! Apa yang sebenarnya terjadi di sini?!" Ronn segera mengambil pakaian hangatnya, "ibunda, sepertinya aku memiliki banyak pekerjaan yang harus segera aku selesaikan dengan Yang Mulia putra mahkota! Aku tidak bisa menjaga mereka berdua. Tolong aku, ibunda." Lyra menganggukkan kepalanya setuju. Dia masih sangat shock dengan apa yang baru saja terjadi di sana.
"Aku pergi sekarang!"
Lagi-lagi Lyra hanya menganggukkan kepalanya.
Ronn segera berlari keluar dari kamarnya untuk segera menemui Max.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Bluue
dah keliatan titik terangnya nih
2024-05-14
0
Ddyat37 Del*
lanjuttttt Thor
2024-01-25
1