.
.
"Besar kemungkinannya, kalau dia adalah putrinya." Jawab Max.
"Tapi, apa hubungannya semua ini dengan orang suci yang Yang Mulia katakan tadi?" Mendengar pertanyaan Cyril, Max tersenyum.
"Kamu seharusnya memperhatikan Lithera dengan baik." Cyril mengernyitkan keningnya, "apa maksudmu, Yang Mulia? Aku sama sekali tidak mengerti."
"Dia tidak ingat apapun. Tentang siapa dirinya, atau seperti apa masa lalunya. Dia hanya tahu dia bernama Lithera, dan memiliki dua orang anak, dengan suaminya yang sudah meninggal. Dia seperti tidak tahu apapun lagi tentang dirinya sendiri selain itu. Seolah-olah dia baru berada di sini beberapa hari yang lalu. Dia juga seperti tidak mengerti tentang bagaimana kekuatannya sendiri. Bagaimana dia bisa menghentikan serangan Liola. Dia sendiri terkejut karena dia bisa mengalahkannya... Saya dia hilang, usianya sudah sekitar sepuluh tahunan. Akan sangat tidak mungkin kalau dia tidak bisa mengingat apapun, kan? Kita bahkan bisa mengingat sesuatu yang jauh lebih lama dari itu."
"Wahhh Yang Mulia... Bagaimana Yang Mulia bisa memperhatikan hal sekecil itu..." Cyril tampak terkejut.
"Aku adalah seorang putra mahkota. Aku menjadi putra mahkota bukan hanya karena aku adalah anak tertua raja!" Max terlihat kesal.
"Jadi, maksud Yang Mulia adalah nona Lithera adalah putri dari Duke Cahir Neutswand yang hilang, dan dia adalah seseorang dari dunia lain yang merupakan orang suci?" Tanya Ronn memastikan pemikirannya.
Max menganggukkan kepalanya.
"Entah apa yang terjadi padanya. Sepertinya dia bukanlah Lithera yang sebenarnya."
"Itu artinya dia bukan putri Duke Cahir Neutswand? Lalu kenapa Yang Mulia ingin memanfaatkannya? Jika Duke Cahir Neutswand tahu yang sebenarnya, dia tidak akan pernah tinggal diam!" Ronn terlihat khawatir.
"Dia tetaplah putri Duke Cahir Neutswand. Dan Duke Cahir Neutswand akan tetap menganggapnya sebagai putrinya sendiri. Terlebih lagi selama ini Duke Cahir Neutswand sudah terus mencarinya sampai ke penjuru negeri untuk bisa menemukannya." Jawab Max dengan tenang, "lagi pula, apapun yang terjadi pada Lithera bukanlah kesalahan kita. Kita tidak tahu apapun tentang itu."
Liola menganggukkan kepalanya, "Yang Mulia benar! Apapun yang terjadi pada Lithera bukan kesalahan kita. Mengingat bagaimana dia adalah orang suci seperti dalam legenda, itu artinya kita harus mendapatkannya sebagai rekan kita. Dan sekaligus membawa Duke Cahir Neutswand sebagai bagian dari kita. Itulah kenapa kita membutuhkannya. Urusan yang lainnya, kita tidak perlu memperdulikan itu. Itu bukan urusan kita. Yang kita butuhkan adalah dukungan mereka semua, agar posisi Yang Mulia sebagai putra mahkota tetap kokoh, dan kita bisa menghancurkan Yang Mulia Ratu yang sudah terus merencanakan segalanya untuk menyingkirkan putra mahkota! Kita tidak perlu memikirkan hal lain selain itu!"
Max tidak mengatakan apa-apa. Karena apa yang Liola katakan adalah apa yang juga dia inginkan.
"Baiklah! Aku mengerti!" Jawab Cyril.
"Aku juga mengerti!" Juga Ronn seraya menganggukkan kepalanya.
"Kita harus kembali ke kerajaan. Memeriksa kembali catatan rahasia di buku rahasia kerajaan. Aku ingin memastikan semuanya!" Ronn, Cyril dan Liola menganggukkan kepala mereka bersamaan.
"Cyril, kamu tempatkan beberapa ksatria bayangan untuk memantau Lithera. Apapun yang terjadi, kita tidak bisa membiarkan sesuatu terjadi padanya. Karena kita sudah pasti akan memerlukannya!"
"Baik! Yang Mulia!" Jawab Cyril tegas.
"Ronn, atur pertemuan dengan Duke Cahir Neutswand ataupun duchess Melissa Neutswand. Kita harus mempertemukan mereka, setidaknya kita harus mengetahui, apa dia benar-benar putrinya atau bukan. Kalaupun bukan, kita masih tetap membutuhkannya jika dia memang orang suci itu!" Perintah Max lagi.
"Baik! Yang Mulia!" Jawab Ronn yang juga terlihat begitu siap
"Dan Liola, ikut aku kembali ke istana! Kita harus menemukan banyak informasi dari catatan rahasia kerajaan!" Liola menganggukkan kepalanya dengan cepat, "mengerti, Yang Mulia!" Jawabnya.
Setelah itu, mereka menunggangi kuda mereka dan melaju dengan kencang untuk kembali ke istana.
.
.
Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, mereka semua tiba di istana saat malam hari.
Dan mereka semua segera melaksanakan tugas mereka seperti yang sudah di berikan oleh Max pada mereka.
Sementara Max kembali ke kediamannya, untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak.
"Yang Mulia!" Suara seseorang yang dia ketahui menghentikan langkah kakinya begitu dia hampir sampai ke kamarnya.
Dengan tatapan matanya yang dingin dia menatap gadis cantik yang sedang berjalan mendekatinya dengan penuh senyuman.
"Jaga sikap mu, Lily Evan!" Ucap Max dengan sangat dingin.
"Aku hanya ingin menyapamu, Yang Mulia..." Jawab Lily Evan. Putri dari Viscount Darek Evan, yang dengan sangat gigih terus mendekati Max.
"Kamu sudah melakukannya, jadi pergilah!" Dengan acuh Max melewatinya untuk menuju ke kamarnya.
"Yang Mulia, ibu Ratu menyuruh ku untuk membantu mu..."
Lily terlihat gemetaran saat tatapan max begitu dingin padanya. Dia terlihat begitu menakutkan.
"Kamu pasti lelah, Yang Mulia. Aku akan kembali lagi besok." Lily mengambil langkah mundur untuk segera pergi dari sana.
"Lily..." Max menghentikan langkah kaki Lily.
"Iya, Yang Mulia..." Lily tersenyum lebar saat Max kembali memanggilnya.
"Bagaimana kehidupan mu di kediaman Duke Cahir Neutswand?"
"Sangat baik. Mereka sangat menyayangi ku." Jawab Lily yang masih memperlihatkan senyuman lebarnya.
"Oh..." Max tersenyum menyeringai, "bagaimana jika putri mereka kembali? Apa mereka masih akan memperlakukan mu seperti itu?"
Mendengar itu Lily terbelalak. Tangannya juga mulai gemetaran.
"Ayahku sudah memastikannya, kalau dia tidak akan pernah kembali..." Jawab Lily dengan naifnya.
Mendengar itu Max tertawa keras.
"Ha ha ha..."
Melihat itu Lily justru semakin gemetaran. Tawa max terdengar menakutkan.
"Jadi ayahmu sudah memastikannya... Baguslah!" Max kembali memperlihatkan ekspresi dinginnya.
"Aku lelah! Pergilah!" Setelah mengatakan itu, Max masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Lily yang masih berdiri dengan tubuh gemetaran.
"Oh, nona Lily..." Suara seseorang mengejutkannya.
"Yang Mulia Ratu..." Lyli segera menundukkan kepalanya memberikan salam hormat.
"Apa Max sudah kembali?" Tanya Ratu Elish Gillian Retum. Dia melihat ke arah pintu kamar Max yang sudah tertutup rapat.
"Oh sepertinya dia memang sudah kembali." Dia mengusap matanya dengan sapu tangannya, "bagaimana bisa dia tidak menyapa ku setelah dia kembali... Walaupun akh hanya ibu tirinya, seharusnya dia tidak begitu kejam padaku. Mungkin dia masih berfikir kalau aku tidak lagi memperhatikannya, seperti aku memperhatikan Rezef adiknya. Padahal rasa sayangku tidak pernah berubah walaupun aku sudah memiliki putraku sendiri." Ucapnya dengan sedih.
"Yang Mulia jangan sedih. Yang Mulia putra mahkota hanya lelah. Aku yakin dia akan segera memberi salam setelah dia beristirahat." Ucap Lily seraya mendekati Ratu Elish.
"Kamu benar. Dia mungkin sangat lelah." Ratu Elish Gillian mengusap lembut puncak kepala Lily, "kamu harus lebih memperhatikannya. Dia adalah calon suamimu kedepannya."
Wajah Lily memerah.
"Yang Mulia sepertinya tidak pernah menganggap ku seperti itu." Ucapnya dengan malu-malu.
Ratu Elish Gillian tersenyum, "jangan khawatir. Dia hanya malu. Dan tak bisa mengekspresikan perasaannya dengan baik. Aku akan memastikannya, kalau kamu akan menjadi putri mahkotanya... Kamu percaya padaku, kan?" Dengan cepat Lily menganggukkan kepalanya.
"Apa dia mengatakan sesuatu padamu, tadi?"
Lily mencoba mengingat-ingat kembali apa yang Max katakan padanya
"Tidak ada yang serius. Dia hanya menanyakan padaku, bagaimana kehidupan ku di kediaman paman Cahir." Ibu suri Elish mengernyitkan keningnya.
"Lalu apa lagi?"
"Tidak ada..." Jawab Lily , "Oh itu, dia mengatakan bagaimana jika putri paman Cahir kembali."
Ratu Elish tampak terkejut. Namun dia kembali memperlihatkan senyuman manisnya, "jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja. Kamu hanya perlu menjadi istrinya! Kamu mengerti?"
Lily menganggukkan kepalanya dengan patuh.
Ratu Elish kembali mengusap lembut puncak kepala Lily.
"Pulanglah dan beristirahatlah." Ucapnya sebelum dia berjalan pergi dari sana.
Tatapan matanya berubah dingin, tangannya juga mengepal kuat.
"Panggil Viscount Darek Evan ke istana untuk menemui ku segera!!" Perintahnya pada pelayannya.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments