Di tembok parkiran sepeda Eno bersandar dengan murung.
Tatapan matanya kosong menatap Surti sepedanya.
Tenggorokannya kering bukan karena belum minum tapi karena beberapa saat yang lalu Eno mengumpat dan semua nama binatang dia sebutkan dan teriakkan.
Harapan Eno udah sangat tinggi saat ada notifikasi System tentang salah satu fungsi yang telah aktif.
Tanpa pikir panjang Eno berlari dengan kecepatan tinggi dari kelasnya di lantai 3 menuju parkiran sepeda tempat yang sepi dan sunyi.
Eno segera memanggil system nya dan layar transparan muncul di depan wajahnya.
Eno berharap di dalam hati fungsi misi yang aktif tapi harapan itu langsung pupus saat Eno tau sekali lagi dia dipermainkan oleh system nya yang telah error.
Yang aktif bukan fungsi misi melainkan hanya fungsi tas System.
(Tas System: tas yang bisa menyimpan apapun asalkan bukan sesuatu yang bernyawa dan hidup)
Fungsi itu antara berguna dan tidak berguna, Eno tidak punya barang mewah yang harus disimpan di tas System.
"Yah setidaknya pelan-pelan System gua mulai normal, hari ini fungsi tas mungkin besok fungsi misi yang aktif". Eno mendesah dan bergumam menghibur dirinya sendiri.
Eno kembali berdiri tegak dan siap untuk kembali ke kelas tapi belum dia melangkah speaker sekolah berbunyi dan terdengar suara kepala sekolah.
"Upacara penyambutan tuan Marchel Harsono akan segera di mulai untuk siswa yang kemarin ikut rapat, anggota OSIS dan para wakil kelas diharapkan untuk segera datang ke halaman depan sekolah".
"Saya ulangi lagi, upacara penyambutan tuan Marchel Harsono akan segera di mulai untuk siswa yang kemarin ikut rapat, anggota OSIS dan para wakil kelas diharapkan untuk segera datang ke halaman depan sekolah".
Eno mendengar itu dan dengan malas berganti arah tujuan, dia cancel rute ke kelas dan berganti dengan rute ke halaman sekolah.
...***...
Pemilik dan pendiri grup Harsono, marchel Harsono akan datang dan tiba beberapa saat lagi.
Para siswa laki-laki dan perempuan berbaris dengan rapi di dua sisi saling berhadapan di halaman sekolah.
Di baris paling ujung dekat dengan gerbang ada Bram dan Leona yang keduanya sudah membawa bunga di tangan masing-masing.
Sementara Eno berdiri dengan malas di barisan paling ujung terjauh dari gerbang memandang Leona dan Bram sambil tersenyum sinis.
Mereka berdua cocok banget cuma mau memberi bunga saja berdandan seperti Abang none Jakarta, Eno mengejek dalam hati.
Kepala sekolah, para guru dan semua staf pun telah bersiap dengan pakaian dinasnya yang seragam, terlihat jelas cetakan setrika di Baju dan celana yang mereka kenakan.
Dari tadi juga Eno mencium bau parfum yang beragam sampai perutnya mual.
Sungguh penyambutan ini sangat heboh, Eno merasa tidak cocok berada di sini.
Para siswa yang berbaris di samping dan depannya pun tampak tegang dan grogi.
Beberapa kali mereka melihat sepatu dan seragam yang mereka kenakan, takut-takut ada noda dan kotoran.
Ada juga yang siswa yang menggerak-gerakkan bibirnya latihan tersenyum dan ada pula yang mencium nafasnya sendiri.
Sungguh pemandangan yang membuat Eno tidak nyaman dan ingin segera pergi dari sini.
Suara halus deru dari beberapa mobil mewah terdengar dan berhenti tepat di depan gerbang.
Ada 2 mobil Aston Martin silver dan 1 mobil Rolls-Royce hitam, ketiganya mobil impor dari Eropa.
Dari pintu 2 Aston Martin keluar beberapa pria tinggi besar dengan pakaian hitam dan kacamata hitam pula serta di telinganya ada alat komunikasi kecil.
Mereka berjalan cepat mengitari mobil Rolls-Royce dan ada satu orang yang membuka pintu.
Seorang pria paru baya dengan setelan jas keluar dari dalam mobil.
Orang itu adalah Marchel Harsono orang yang akan menyumbang 15 milyar ke SMA harapan.
Pria itu terlihat seperti berumur 30 tahunan tapi sebenarnya usia aslinya adalah 48, mungkin karena efek dari elikser yang dia minum dan perawatan tubuh yang rutin dia jalani Marchel terlihat lebih muda dari usia aslinya.
Eno yang awalnya acuh tak acuh dan berfikir semua orang kaya itu sama saja tampak termenung saat ini.
Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, mungkin karena ini pertama kali Eno bertemu dengan salah satu orang terkaya di Indonesia.
Untuk sesaat Eno melamun menatap marchel Harsono, andai saja gua bisa mengenal orang besar seperti itu pasti gua akan punya koneksi kuat, bisa lebih mudah saat mencari pekerjaan nantinya.
Eno tersenyum kecut dengan lamunannya sendiri karena dia sadar akan kondisinya, Eno hanya rakyat jelata kasta rendah biasa.
Jangankan koneksi orang hebat, teman aja dia cuma punya satu dan itu juga teman yang rada tidak waras.
Eno tidak mau mengakui tapi sebenarnya dia sedikit iri dengan keberanian Bram di rapat kemarin.
Tapi Eno juga sadar jikapun dia bersuara tidak akan di dengar karena suara pemuda miskin sepertinya tidak punya arti apapun dan akan ditertawakan.
Semua itu hampir mirip dengan suara rakyat kecil yang tidak pernah di dengar oleh pemerintah.
Di saat butuh suara mereka berlomba-lomba mengobral janji semanis gula kepada rakyat kecil tapi disaat mereka duduk di kursi impian, mereka seakan-akan lupa siapa yang menuntun mereka duduk di sana.
Para guru dan staf sekolah di pimpin oleh kepala sekolah berjalan dengan hati-hati dan senyum menyambut Marchel Harsono.
Berjabat tangan satu persatu mengucapkan beberapa kata sanjungan dan terima kasih setelah itu mereka sedikit mundur memberi ruang untuk pemilik Harsono grup itu.
Walaupun Marchel Harsono berjabat tangan dengan para guru, staf dan kepala sekolah dengan ramah dan baik tapi kedua matanya dan pikirannya tampak tidak fokus di sana dan sedang melirik memperhatikan para siswa mencari seseorang.
Seseorang yang sangat istimewa, seseorang yang membuat Marchel Harsono penasaran dan orang itu tidak bukan adalah Tresno Mangku Bumi pemuda yang saat ini sedang menguap bosan melihat adegan drama di depannya, adegan yang mirip dengan novel yang pernah dia baca.
Adegan segera berubah dengan cepat dan saat ini duo pasangan Abang none Jakarta, Bram dan Leona segera maju dengan membawa bunga dan senyum terbaiknya masing-masing, mata Leona sedikit merah dan itu bisa dilihat dengan jelas oleh Eno.
Mungkin itu betina kelilipan serbuk bunga yang dia pegang, Eno menebak ngasal.
"Tuan Marchel selamat datang di sekolah kami SMA Harapan. Terima kasih atas kontribusinya anda untuk pendidikan, Harapan tinggi tuan Marchel akan kami jaga untuk belajar lebih giat dan berguna bagi nusa dan bangsa tanah air Indonesia". Leona dan Bram bicara bersama-sama dengan kalimat yang sama sambil menyerahkan bunga.
Eno menutup mulutnya berasa ingin muntah saat ini mendengar kalimat lebay yang tersusun dengan rapi.
Eno yang mendengarnya merasa geli sendiri, siapa sih yang ajari Abang None bicara seperti itu, Eno menahan tawa dan dia segera tau tersangka dibalik itu semua.
Kepala sekolah sedang tersenyum bangga dan membusungkan dada memandang Bram dan Leona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
lucky girl
ting...ting..tinggg.. bakso baksoo
2023-11-13
0
Ymmers
kedatangannya napa jadi merusak jam belajar mengajar siy paaaakk… ini sekolah juga kan bisa cm perwakilan guru/kepsek dan bbrp anggota inti osis..
parah nih… kayak presiden aja yg datang
2023-11-07
3
Stephen (Phoenix dalam celana)
lanjut thor makin seru ini.
2023-11-05
2