SEPERTI PELAYAN YANG TERSENYUM KEPADA MAJIKANNYA

Marchel Harsono mengambil bunga yang diberikan Bram dan Leona dengan senyum tipis mengangguk pelan dan kedua matanya kembali mencari seseorang yang belum dia temukan.

Berada di dekat marchel Harsono orang no 15 terkaya di Indonesia membuat semangat Bram berkobar dengan api ambisi besar yang ada di benaknya, tanpa kedip dengan sangat serius Bram menatap lekat marchel.

"Tuan Marchel, sebagai putra seorang pengusaha saya terus belajar di dunia bisnis agar bisa menjadi seperti anda, saya adalah salah satu dari sekian banyak pemuda di Indonesia ini yang mengagumi anda dan berharap bisa mengikut jejak yang telah anda buat dan torehkan". Bram bicara sangat fasih untuk menarik perhatian marchel.

Kemarin setelah Bram sampai rumah dia langsung rapat keluarga dengan ayahnya.

Sebenarnya saat Bram menghubungi Ayahnya, sang Ayah sedang berada di Medan tapi setelah mendengar perkataan dan informasi dari putranya dia langsung memesan tiket ke Jakarta detik itu juga.

Semalam suntuk Bram berdiskusi bersama sang Ayah karena ini adalah kesempatan langka untuk bertemu Marchel secara langsung dan keberuntungan ini harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin demi perusahan keluarga.

Bram mendapat berbagai nasehat dari ayahnya dan kata-kata yang baru dia ucapkan tadi adalah kalimat yang dia rangkai bersama sang ayah untuk menarik perhatian orang nomer satu di Harsono grup.

Sudah berkecimpung di dunia bisnis selama lebih dari 30 tahun dengan sekilas marchel bisa menebak karakter dari Bram.

Marchel bisa melihat di ke dua mata anak muda di depannya terdapat semangat yang berkobar dan ambisi yang besar.

Marchel merasa pemuda di depannya tidak terlalu buruk tapi dia sama sekali tidak tertarik.

Marchel sudah terlalu banyak melihat orang seperti Bram yang mempunyai ambisi besar, mungkin semua bawahannya di Harsono grup juga memiliki hal itu.

Ambisi besar jika tidak dibarengi dengan ketekunan dan kerja keras hanya akan menjadi beban.

Sebenarnya ada satu hal yang bisa membawamu terbang tinggi tanpa ambisi selain ketekunan dan kerja keras, itu adalah keberuntungan.

Seperti kata pepatah orang jenius akan kalah dengan orang beruntung.

Keberuntungan itu bukan sifat dan tidak mudah untuk didapatkan karena itu sesuatu yang sangat over power dan misterius, bisa merubah yang tidak mungkin menjadi mungkin.

contoh paling sederhana adalah pemuda yang sedang menguap bosan dan menghapus air yang keluar dari matanya.

Pemuda itu belum sadar jika di nadinya sudah ada sel-sel keberuntungan sejak dia lahir karena hal itu juga System hidup bahagia mengingat di dalam dirinya.

Marchel hanya mengangguk kecil menanggapi Bram dan setelah itu dia melirik sang pengawalnya.

"Maaf anda menghalangi tuan Marchel". Sang pengawal sudah paham dan langsung menarik pelan Bram untuk menyingkir.

Bram merasa gelisah saat ini, dia sudah bicara dengan sebaik mungkin seperti yang di ajarkan ayahnya tapi Marchel hanya menanggapi dengan anggukan kepala tanpa bicara sepatah katapun.

Eno menguap sekali lagi dan kali ini lebih lebar sambil menggaruk pipinya yang gatal dan Marchel Harsono melihat itu.

Kedua mata Marchel langsung berbinar cerah, melihat Tresno Mangku Bumi berada di ujung barisan paling belakang sana, berdiri ikut menyambutnya.

Eno tidak sadar saat ini jika dia sedang di lihat dan di perhatikan oleh orang no 1 di Harsono grup dengan penuh kekaguman dan antisipasi, karena sedikit saja Marchel membuat kesalahan yang bisa membuat Eno tidak suka maka itu akan mempengaruhi system nya, System luar biasa yang sudah memberinya sesuatu yang luar biasa.

Marchel mencoba tenang saat ini dan tidak mau gegabah, orang yang berkutat di sekitar System nya pasti bukan orang biasa dan Marchel nyakin dengan hal itu.

Untuk saat ini Marchel ingin menciptakan peluang dan kesempatan untuk dirinya sendiri.

Kesempatan untuk datang menghampiri Eno dan menyapanya, memberi kesan baik adalah awal yang bagus.

Marchel siap melangkah dan sudah melenturkan bibirnya untuk memberikan Eno senyum yang bersahabat tapi sebuah suara tiba-tiba memanggil namanya dan itu adalah suara kepala sekolah.

"Tuan Marchel bagaimana jika saya menunjukkan anda lingkungan di sekolah, kami akan menemani anda berkeliling".

Marchel merasakan kekesalan tapi dia tidak menunjukkan di depan umum, Marchel mengangguk setuju dengan ajakan kepala sekolah.

Marchel hanya bisa melihat tanpa daya para siswa yang menyambutnya bubar dan pandangan Marchel masih terpaku kepada punggung pemuda yang berjalan pergi dengan riang gembira.

Eno senang acara membosankan ini berakhir, kakinya udah kesemutan dan dia juga malah mengantuk berdiri diam tanpa kegiatan apapun.

Sebenarnya Eno sejak tadi bisa merasakan dengan samar-samar ada seseorang yang sedang mengamati dan memandang dirinya.

Saat ini Eno berjalan pergi meninggalkan halaman tapi dia merasa ada yang memandang lekat pada dirinya sejak tadi.

Karena terlalu penasaran dengan instingnya Eno menoleh ke belakang dengan cepat dan detik itu juga untuk pertama kalinya Eno dan Marchel saling memandang.

Marchel gelagapan saat ini tidak menyangka target misi dari System nya akan berbalik badan dan menatap dirinya.

Marchel adalah seorang pengusaha yang kuat dan mentalnya sekeras baja beton tidak grogi dan goyah walau bertemu presiden dan orang-orang penting lainnya, Marchel selalu percaya diri, dia bisa mengatasi semuanya.

Marchel telah hidup lebih dari 40 tahun tapi baru kali ini dia merasa grogi dan kedinginan hanya dengan tatapan seorang pemuda kelas 12 SMA.

Marchel mencoba menenangkan dirinya sendiri dan langsung tersenyum lebar kepada Eno senyum hangat penuh kedekatan, itu yang di coba Marchel tunjukkan tapi dipandangan Eno itu berbeda.

Kenapa bapak-bapak itu malah tersenyum konyol melihat gua? Apa dia sedang mengejek gua saat ini. Eno berucap dalam hati menebak dan muncul beberapa pertanyaan di dalam benaknya.

Marchel masih mempertahan senyumnya dan dengan tegang menunggu respon dari Eno dan berharap Eno akan membalas senyum darinya.

Kepala sekolah para guru dan staf begitu juga dengan para pengawal Marchel saat ini sedang terkejut sejadi-jadinya dengan dagu yang hampir jatuh ke tanah melihat marchel Harsono yang tersenyum lebar dengan sedikit menunduk kepada seorang siswa.

Orang kaya no 15 di Indonesia dan pemilik Harsono grup itu sekarang terlihat seperti seorang pelayan yang sedang menyapa majikannya.

Pak Reno guru matematika wali kelas Eno yang berdiri di samping kepala sekolah juga tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya saat ini.

"Pak Re Re no?". Kepala sekolah berbisik pelan dan terbata, "Si si si siapa nama siswa itu?".

Pak Reno segera tersadar dan membalas bisikan orang no 1 di SMA Harapan.

"Dia Tresno Mangku Bumi pak kepala sekolah, murid sekaligus ketua kelas 12a dan kebetulan saya adalah wali kelas ya". Entah mengapa pak Reno ikut menyebut namanya sendiri dengan bangga.

Terpopuler

Comments

Nur Tini

Nur Tini

mantap

2023-11-13

0

Siti Arbainah

Siti Arbainah

Orang" sibuk nyari perhatian Tuan Marchel tpi Tuan Marchel nya malah sibuk nyari perhatian si Eno

2023-11-10

3

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Pertemuan pandangan pertama antara pengguna sistem yang sama, Marchel Harsono dan Tresno Mangku Bumi...😛😀💪👍👍👍

2023-11-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!