Setelah makan malam bersama keluarga sehabis sholat magrib, Eno kembali masuk ke dalam kamar.
Di saat makan malam tadi juga Eno memberikan 2 botol elikser kepada orang tuanya, elikser hadiah dari System kehidupan bahagianya yang error.
Herlina dan Sugeng sempat bertanya minuman apa itu karena botolnya yang kecil dan tampak aneh, warnanya juga biru membuat kedua nya ragu untuk meminumnya.
Dengan berbohong Eno berkata jika itu hanya minuman suplemen biasa yang bisa mencegah masuk angin.
Herlina dan Sugeng langsung percaya karena tidak ada alasan bagi mereka meragukan putra mereka sendiri.
Di mata kedua orangtuanya Eno adalah anak yang baik dan patuh, tidak pernah sekali pun Eno mengecewakan Ibu dan ayahnya.
Setelah meminum elikser itu orang tua Eno langsung terkesima dengan khasiatnya.
Sugeng tampak senang karena rasa lelah ditubuhnya tiba-tiba menghilang dan badan serasa ringan begitu juga yang dirasakan oleh Herlina.
Mereka tidak sadar jika semua penyakit yang ada di dalam tubuh keduanya sudah sembuh dan hilang sepenuhnya.
Sesuai dengan kebiasaannya setelah makan malam Eno langsung belajar.
Dengan pikiran yang telah di upgrade oleh system Eno semakin bisa memahami semua mata pelajaran dengan mudah.
Jika situasinya seperti ini Eno bisa nyakin dan percaya diri untuk mendapatkan nilai sempurna saat ujian Tengah semester nanti.
Pukul 22:00 setelah belajar dan bermain hp sebentar Eno langsung terlelap berdoa agar bisa mendapatkan mimpi indah.
Pukul 05:00 dini hari alarm yang berada di meja kecil samping tempat tidur berbunyi dan pelan Eno membuka matanya terbangun.
Eno keluar kamar dan bersiap untuk mengambil wudhu menunaikan sholat subuh.
Saat ini Eno di rumah sendiri karena dia tau kebiasaan kedua orang tuanya.
Pukul 4 subuh Herlina dan Sugeng sudah bangun setalah sholat mereka langsung pergi ke tempat pemotongan Ayam dan setelah itu mereka langsung ke pasar untuk berjualan.
Kalau pasar sedang ramai siang sudah bisa pulang tapi jika sepi bisa sampai sore hari kedua orang tua Eno berjualan.
Selesai sholat subuh langit sudah mulai agak terang tapi bulan dan beberapa bintang masih nampak menghiasai langit.
Dari lantai 4 rumah susun Eno turun dengan lift ke lantai dasar dan berjalan ke taman yang dekat dengan rumah susun tempat tinggalnya, Eno berolahraga.
Itulah rutinitas Eno setiap pagi tidak ada yang aneh ataupun spesial.
Selesai olahraga Eno sudah mandi dan memakai seragamnya dan sekarang dia sedang sarapan dengan lahap di meja makan.
Dengan kesibukkan Herlina tidak lupa memasak saat langit masih gelap membuat sarapan dan bekal untuk putranya.
Merasa tidak ada yang tertinggal dan terlupa Eno segera berangkat sekolah dengan sepeda kesayangannya, sepeda mini berwarna putih dengan keranjang di depan.
Sampai di sekolah Eno langsung menuju kelasnya seperti biasa.
Kelas sudah terdapat beberapa murid yang telah datang dan seperti biasa saat melihat Eno masuk pandangan mereka seperti melihat sesuatu yang menjijikkan.
Eno tidak ambil pusing dengan tatapan mereka karena itu udah biasa dia alami.
Sekilas Eno melihat 2 bangku kosong, bangku milik 2 musuh terbesarnya Bram dan Leona.
Sepertinya 2 anak orang kaya pembawa bunga itu belum datang, Eno bicara dalam hati dan duduk di bangkunya.
"Tumben loe gak sapa gua Jang?". Eno tersenyum melihat teman sebangkunya yang cemberut dan memalingkan muka darinya.
"Pagi-pagi udah kecut banget itu muka loe, coba cerita sama Abang Eno kamu kenapa?". Dengan usil Eno menyenggol lengan Ujang.
"Maaf anda siapa ya? Apa kita saling kenal?". Ujang menjawab dengan menggoyang lengannya mengindari sentuhan Eno.
"Hehe, kenapa mendadak lupa ingatan gini sih loe? Ini gua Eno masak lupa?". Dengan senyum Eno menanggapi tau jika sahabatnya ini sedang merajuk.
"Eno?". Ujang bicara dan melirik ke samping, "Pertemuan pertama kita aja gak ingat aku, serius loe teman gua dan bukan musuh?".
"Mana ada musuh yang cariin loe tangga saat loe terjebak dan nangkring di atas pohon Ujang!". Eno gemas sendiri menghadapi sahabat satu-satunya ini.
"Mana ada teman yang ninggalin temannya saat motornya mogok Eno! Tega banget loe, tau gak gua kemarin sampai rumah jam berapa?".
"Harus dan musti gua tebak itu ya Jang?".
Ujang melotot dan saat ini matanya lah yang seakan-akan bicara dan menjawab.
"Jam 4 pasti loe sampai rumah ya kan?". Eno mau gak mau menebak dan dijawab dengan tatapan Ujang yang semakin tajam.
"Salah ya, atau mungkin jam 5?". Eno menebak lagi dan sekali lagi dijawab dengan tatapan mata plus hidung Ujang yang mekar seperti hidung kerbau.
"Nyerah gua Jang dan gak bisa nebak, ada clue atau pilihan ganda nya gak?".
"Jam 6 Eno! Gua sampai rumah jam 6 sore, kaki gua hampir lumpuh karena berjalan kaki". Ujang langsung nge gas dengan asap yang keluar dari hidungnya.
"Wah kalau gitu semoga sering-sering aja motor butut loe itu mogok".
"Parah loe No, loe sumpah i Marni sakit dan tidak bisa disembuhkan?".
(Marni: Nama yang diberikan Ujang kepada motor Astrea butut kesayangannya)
"Bukan gitu maksud gua Jang, jika Marni sering mogok kan loe bisa langsing dan kurus karena jalan kaki pulang". Jono menahan senyum berucap sambil memegang pundak Ujang.
"Ini semua untuk kebaikan dan kesehatan dirimu kawan". Dengan ekspresi serius tapi ingin tertawa Eno melanjutkan bicara.
"Oh begitu ok terima kasih atas perhatian kamu sahabat ku, gua juga berharap Surti tiap hari rantainya putus". Kali ini Ujang yang tersenyum memegang pundak Eno.
"Kenapa loe malah sekarang bawa-bawa Surti Jang? loe balas sumpah i Surti sekarang?".
(Surti: Nama yang diberikan Eno untuk sepeda kesayangannya)
"Bukan gitu maksud gua No, jika Surti rantainya putus tiap hari kan loe bisa temani gua berjalan pulang".
"Biar loe semakin langsing dan kerempeng, ini juga untuk kesehatan kamu No".
"Sialan malah loe call back kata-kata gua, kreatif dikit napa loe". Eno menyingkirkan tangan Ujang di pundaknya.
"Hehe.. ini kan karena kita udah menjadi sahabat sejati No, milik loe adalah milik gua dan milik gua Adah milik loe".
"Ogah, milik loe kan burik". Eno langsung menolak cepat dan merasa jijik.
"Sialan loe!". Ujang langsung mengumpat.
(Ding: salah satu fungsi system telah terbuka)
(Ding: salah satu fungsi system telah terbuka)
Disaat Eno sedang bercanda gurau dengan Ujang dia dikejutkan dengan suara sistem nya yang bicara.
Fungsi system? antara terkejut dan bahagia Eno setelah mendengar itu.
Apa System gua error lagi? kenapa tiba-tiba fungsi system terbuka di saat gua enggak ngapa-ngapain.
"No kenapa loe malah melamun dan bengong?".
"Sorry Jang baru ingat gua ada barang yang ketinggalan di keranjang Surti, gua ambil di parkiran dulu ya?". Tanpa menunggu jawaban dari Ujang Eno langsung berlari keluar dengan tergesa-gesa.
"Tidak biasanya itu bocah pelupa, pulpen yang gua pinjam dari dia setahun yang lalu aja masih ingat.. Hem". Ujang memegang dagunya curiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Nur Tini
sistem terbuka
2023-11-13
0
Hades Riyadi
Lanjutkan Thor 😛😀💪👍🙏
2023-11-10
0
Hades Riyadi
Sistem kok hidup mati gak jelas getooo... mirip-mirip kayak lampu ato listriknya PLN mati hidupnya kagak bisa diprediksi...😛😀💪👍👍👍
2023-11-10
2