TERBANG DAN HILANG TERTIUP UDARA MUSIM PANAS

Dengan senyum yang tercetak di bibirnya Eno berjalan di koridor menuju ke kelasnya setalah dari kamar mandi.

3 elikser hadiah dari System berada di saku celananya dan dia berencana, 2 akan Eno berikan kepada orang tuanya yang telah bekerja keras selama ini.

Eno masuk ke dalam kelas kembali, walau dia menjabat sebagai ketua kelas itu hanya status saja dan dia bagai udara yang tidak terlihat.

Tidak ada yang pernah menyapanya jikapun ada itu hanya sapaan yang menghina dan mencaci.

Eno duduk kembali di bangku, 5 menit kemudian sang wali kelas pak Reno guru matematika datang.

Keadaan dan suasana kelas yang semula seperti pasar langsung sepi sunyi seperti kuburan.

Di sekolah manapun itu guru matematika akan menjadi guru yang paling ditakuti siswa.

Gua matematika adalah guru killer ke dua setelah guru BK.

"Selamat siang anak-anak". Dengan suara tegas pak Reno menyapa.

Seperti anak TK yang sedang paduan suara semua murid pun menjawab dengan serempak.

Pelajaran pun langsung di mulai, para murid memperhatikan dengan seksama.

Apa sebenarnya yang ditakuti siswa saat mata pelajaran matematika? jawabannya ada 2.

Yang pertama adalah gurunya itu sendiri dan yang kedua adalah moment di saat siswa yang terpilih ditunjuk untuk mengerjakan soal di papan, moment itu bagi para siswa adalah moment paling menegangkan.

Eno tersenyum sendiri saat ini melihat Ujang yang tidak berkedip di sampingnya melihat dan mendengar penjelasan pak Reno di depan, Ujang adalah salah satu siswa yang sangat benci dan takut dengan pelajaran matematika.

Siswa yang lainnya pun seperti patung saat ini duduk dengan tenang tanpa bergerak takut jika tubuhnya goyang sedikit saja akan menjadi orang yang terpilih untuk maju.

Cuma 2 orang yang tampak tenang dan santai, sang ketua kelas pemilik System error dan wakilnya Leona kecantikan no 3 di SMA harapan ini.

SMA harapan terkenal dengan 7 keajaiban dunianya istilah untuk tujuh kecantikan yang paling luar biasa cantik dan mempesona di antara para siswa.

7 siswa wanita itu menjadi idola sejuta umat bagi semua siswa pria yang tidak hanya dari SMA harapan.

Terkadang saat jam pulang sekolah telah tiba, di luar gerbang ada banyak pria dari STM atau SMA lain yang nongkrong dengan gayanya masing-masing mencoba untuk menarik perhatian siswi SMA harapan yang terkenal akan kecantikannya.

Kembali ke pelajaran, Pak Reno menulis 1 buah contoh soal di papan dan menjelaskan dengan rinci cara memecahkan jawabannya.

"Apa kalian sudah mengerti dengan penjelasan dari bapak?". Pak Rena bertanya dan menatap luas ke seluruh muridnya.

"Mengerti!". Jawab para murid serempak.

"Apakah ada pertanyaan yang mungkin ingin kalian tanyakan?". Pak Reno kembali bertanya dan memberi kesempatan.

Para murid diam tidak ada yang menjawab dan pak Reno mengangguk mengerti.

Selanjutnya pak Reno kembali menulis sebuah soal di papan tulis dan aura di dalam kelas terlihat mencekam dengan raut wajah siswa yang terlihat pucat melihat tindakan guru mereka.

Suhu sudah panas karena musim kemarau ditambah dengan suasana mencekam dan tegang membuat keringat para murid menetes dengan derasnya.

"Jang loe gak apa-apa kan?". Eno bertanya kepada sahabatnya yang diam seribu bahasa dengan tatapan mata kosong memandang pak Reno yang sedang menulis soal.

Pelan Ujang memutar lehernya melihat Eno, dia tersenyum menggelengkan kepala tapi dengan ekspresi wajah yang seakan-akan mau menangis.

"Rileks sob, matematika itu tidak mengerikan seperti yang loe kira kok asal loe tau rumusnya semua akan baik-baik saja". Eno mencoba menenangkan Ujang.

"Rumus? Apa itu rumus?". Ujang malah bertanya seperti orang yang sedang lupa ingatan, tubuhnya seakan-akan hanya cangkang kosong saat ini dan nyawanya udah mengungsi entah kemana.

"Benar-benar udah tidak bisa diselamatkan loe Jang". Eno mendesah pelan bersamaan dengan pak Reno yang telah selesai menulis sebuah soal di papan tulis.

"Baik, siapa yang ingin maju untuk mengerjakan soal di depan?". Pak Reno berbalik badan dan melihat kearah anak didiknya.

Tidak ada yang memberi komando secara serempak dan seirama para murid langsung menunduk dengan segala macam acting yang dilakukan.

Ada yang sedang pura-pura membaca buku ada yang ber acting berfikir dan ada pula yang komat-kamit memanjatkan doa.

"Jang kebiasaan deh loe itu kalau tegang pasti meremas benda yang tidak seharusnya loe remas, jijik gua liatnya". Eno sedikit bergeser menjauh dari Ujang.

"Diam loe No, ini cara gua untuk mengatasi rasa tegang sialan ini". Ujang menjawab sambil terus menunduk dan meremas benda di dalam celananya.

Sialan! Kenapa gua bisa berteman sama orang gila mesum seperti ini bocah sih? Eno mengumpat dalam hati.

"Tidak ada yang mencalonkan diri untuk maju ini? Baik kalau seperti itu bapak akan tunjuk salah satu dari kalian".

Jedar! suara pak Reno bagai guntur di siang bolong yang masuk ke indra pendengaran para murid.

Pak Reno melihat murid-muridnya siap untuk menunjuk.

"Ujang yang duduk pojok kanan paling belakang, silahkan maju dan kerjakan soal di depan". Pak Reno menunjuk dan menyebut nama Ujang.

"Saya pak?". Ujang terbata dengan wajah pucat pasi.

"Iya kamu ayo cepat maju". Pak Reno memberi isyarat dengan lambaikan tangannya.

"No gimana ini No?". Ujang berdiri dengan tubuh bergetar hebat seperti orang yang terkena penyakit ayan.

"Rileks dan tenang sob, loe cuma di suruh maju untuk mengerjakan soal bukan disuruh maju untuk perang, gua nyakin loe pasti bisa". Eno memberi semangat.

Ujang berjalan pelan ke depan dengan kaki yang sempoyongan dan keringat deras yang mengalir dari dahinya.

"Ujang berhenti di sana!". Pak Reno menunjuk dan mundur ke belakang melihat ke keanehan di celana bagian tengah muridnya.

"Kamu ngompol Ujang!". Pak Reno melotot melihat Ujang dan tidak habis pikir dengan muridnya yang satu ini.

Sontak semua murid terkejut dan langsung melihat Ujang lebih tepatnya melihat celana depannya.

Para murid pria tertawa dan murid wanita berteriak heboh.

Eno langsung menepuk jidatnya saat ini, Sumpah itu bukan teman gua.

"Ujang kalau kamu ingin kebelakang kenapa tidak bilang nak?". Pak Reno tidak tau harus tertawa atau marah saat ini.

Ujang yang sudah merasa malu dan terhina hanya diam dan terpaku seperti patung sambil menunduk, saat ini harga dirinya seakan-akan telah hancur berkeping-keping menjadi debu dan terbang terbawa udara musim panas.

"Cepat kamu ke kamar mandi dan bersihkan diri kamu! Udah gede kok masih ngompol".

Para murid kembali tertawa dan berteriak heboh.

Ujang dengan air mata yang menetes dari kedua matanya langsung berlari keluar kelas dengan kecepatan cahaya.

Mungkin bagi pak Reno dan para murid Ujang ngompol dengan menahan buang air kecil tapi itu salah.

Hanya Ujang sendiri yang tau basah di celana itu bukan air bening tapi air kental.

"Sudah puas kalian semua tertawanya? sekarang siapa yang mau maju untuk mengantikan Ujang?". Pak Reno kembali ke mode serius.

Semua murid kembali terdiam dan sesaat kemudian dari depan tangan ramping dan mulus menjulur ke atas, "Biar saya yang mengerjakannya pak". Leona berdiri dengan percaya diri.

"Oh wakil ketua kelas, baik silahkan kerjakan". Pak Reno memberi Leona spidol hitam.

Akhirnya para murid bisa bernafas lega karena ada dewi penyelamat yang mengajukan diri.

Eno diam mengamati soal di papan dengan daya kerja otaknya yang meningkat berkat hadiah System.

Soal itu tidak semudah dari contoh yang telah diberikan di awal dan itu penuh dengan jebakan.

Terpopuler

Comments

cahaya

cahaya

pelajaran matematika itu adalah pelajaran jebakan yang diawal mudah dan yang akhir menyulitkan

2024-06-07

0

Nur Tini

Nur Tini

tes matematika... gampang itu mah

2023-11-13

0

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjutkan Thor 😛😀💪👍🙏

2023-11-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!