MENGINGAT KEMBALI KE MASA ITU

Informasi detail dari target:

Seorang siswa sekolah menengah atas bernama Tresno Mangku Bumi yang belajar dan menempuh pendidikan di SMA Harapan Jakarta Selatan.

Lahir di keluarga sederhana dan di besarkan dengan penuh cinta oleh kedua orangtuanya.

Nama Ibu Herlina dan nama Ayah Sugeng keduanya membuka kios daging ayam di pasar Pesanggrahan Jakarta Selatan.

Alamat target: Rumah susun rusun di tebet, lantai 4 no 7.

Itulah beberapa baris kata yang ada dilayar dan dibaca oleh marchel Harsono, info dari target dari misi yang di berikan System.

Marchel menarik nafas panjang sejenak dan berjalan pelan menuju balkon kamar rumah sakit yang dia tempati.

Kedua matanya menerawang jauh melihat melewati gedung-gedung tinggi, segala macam pertanyaan muncul di dalam benaknya saat ini.

Melihat dan membaca file identitas target yang disediakan oleh system, target yang bernama Tresno Mangku Bumi itu hanyalah siswa sekolah menengah biasa dan dari keluarga biasa juga.

Tidak ada yang spesial dan menarik dari target misi tapi ada satu hal yang membuat Marchel merasa aneh, kenapa seakan-akan system yang dia miliki ini malah berputar disekitar siswa Tresno itu.

"System apakah ada hal yang membedakan atau hal yang spesial dari target misi ini?". Marchel bertanya untuk rasa penasarannya.

(Ding, host belum dapat membuka file rahasia tingkat tinggi silahkan tingkatkan kesukaan atau tingkatkan hubungan target terhadap host)

(Tingkat kesukaan target terhadap host masih 0)

(Tingkat hubungan target dan host masih sebatas orang asing yang tidak saling mengenal)

Mendengar jawaban dari System marchel kembali termenung dan kali ini dia secara kasar sudah bisa menebak.

Dengan kerahasiaan tingkat tinggi yang dikatakan System identitas target pasti sangat luar biasa dan spesial.

"Bersin!".

"Bersin!".

Ditengah pelajaran sejarah yang masih berlangsung dengan tenang tiba-tiba terdengar suara bersin dua kali dan suara itu datang dari bangku belakang.

Semua siswa termasuk Bu gladys langsung melihat ke arah sumber suara dan pandangan semua orang tertuju ke Ujang yang malah tersipu saat di tatap Bu gladys.

"Maaf Bu ada apa ya? Saya juga bisa malu jika ibu pandang seperti itu". Ujang tersenyum dengan wajah merah.

Jika yang bicara seperti itu Bram atau murid lainya pasti semua orang akan tertawa tapi beda jika yang bicara itu adalah Ujang.

Beberapa siswa menatap Ujang dengan jijik, pandangan mereka seakan-akan bersuara dan bisa bicara menyerukan Ujang agar sadar diri.

Sebagai guru, Gladys cukup penyabar walaupun terkadang dia cukup tegas pula, dia tidak terlalu menanggapi candaan dari Ujang.

"Ujang apa kamu sakit?". Tanya Bu gladys kemudian.

Mendapat perhatian dari guru idolanya Ujang semakin dag dig duk ser, "Saya sehat kok Bu". Dengan senyum secerah mentari pagi Ujang menjawab.

"Ya udah bagus kalau kamu sehat tapi tolong ya lain kali kalau bersin volumenya di kecilkan sedikit, teman-teman kamu pada terkejut tadi". Bu gladys tidak marah karena bersin adalah hal wajar.

"Bersin Bu? yang bersin tadi bukan saya Bu". Merasa difitnah Ujang langsung mengklarifikasi.

Ternyata Bu gladys dan para anak gedongan ini menatap gua karena bersin, Ujang bicara dalam hati.

"Kalau bukan kamu terus siapa? suaranya kan datang dari belakang tempat kamu duduk". Bu gladys tampak tidak percaya dengan Ujang yang mungkin saja sedang berbohong.

"Benar Bu bukan saya, yang bersin dengan merdu tadi itu seonggok nyawa yang sedang menunduk di samping saya ini". Ujang dengan polos menunjuk Tresno.

Sekali lagi pandangan semua murid teralihkan dari Ujang menuju ke Cinta yang menopang dunia alias Tresno Mangku Bumi.

Bu gladys tampak terkejut begitu juga dengan wanita cantik duduk di baris paling depan Leona, dia tersenyum tipis memandang pemuda yang menunduk tampak malu di belakang sana.

"Ketua kelas apa tadi kamu yang bersin?". Kali ini dengan lembut bu gladys bertanya.

Di benak Gladys Eno adalah ketua kelas yang baik dan bertanggung jawab.

Eno juga termasuk murid berprestasi, Eno selalu masuk 10 besar nilai tertinggi di seluruh siswa kelas 12 walau tidak pernah menjadi yang pertama.

Gladys juga merasa ada sesuatu yang berbeda dari Tresno, sifat dan prilakunya berbeda dengan kebanyakan siswa.

"Eno ayo ngaku loe, jangan buat gua jadi kambing hitam bisa hancur nama baik gua di mata Bu gladys ini". Ujang berbisik pelan sambil menginjak pelan sepatu Eno.

Pelan Eno mendongak dan langsung berdiri dari duduknya dia menatap sang guru dan bicara menjawab "Maaf Bu jika bersin saya mengganggu aktifitas belajar mengajar, maaf semuanya". Eno langsung membungkuk untuk beberapa detik dan kembali berdiri tegak menunggu respon dari Bu gladys.

Melihat Eno yang meminta maaf dengan begitu sopan secara tidak sadar Gladys tersenyum dan memandang Eno lekat dan itu tidak luput dari perhatian Ujang.

Ok sip udah gua putuskan suatu saat nanti jika ada jam pelajaran sejarah lagi, gua akan acting bersin agar mendapat senyum dan perhatian Bu gladys, Ujang memantapkan rencananya dalam hati.

Ujang menatap sahabatnya yang masih berdiri dengan iri ternyata loe lebih berbakat ya No.

"Tidak perlu minta maaf Eno bersin adalah hal yang wajar, jika kamu merasa tidak enak badan silahkan ke UKS". Bu gladys memberi saran campur perhatian dengan lembut.

"Tidak Bu saya baik-baik saja, pelajaran sejarah yang ibu ajarkan dan terangkan lebih penting jadi saya akan tetap di kelas". Jawab Eno cepat.

******! bisa menggombal juga ternyata ini bocah, belajar dimana coba itu dia kata-kata bisa fasih banget seperti itu. Ujang kembali bicara dalam diam.

Gladys kembali tersenyum dan mengangguk kecil, "Baik kalau seperti itu silahkan kamu duduk kembali dan pelajaran akan ibu lanjutkan".

Mendengar perintah gurunya Eno kembali duduk dan mengambil nafas lega.

"Tresno loe tadi pura-pura bersin kan? pinter banget loe cari perhatian Bu gladys". Ujang yang masih iri langsung cemberut menatap Eno dan berbisik pelan.

"Pura-pura mata loe, Tadi itu tiba-tiba hidung gua gatel banget Ujang! Sepertinya ada yang sedang mikirin gua ini". Eno menjawab jujur.

"Kebanyakan baca novel loe, apa hubungannya coba bersin sama orang lain yang mikirin loe? Jika itu benar paling-paling yang mikirin loe cuma orang tua loe doang, kalau gak itu paling juga Amelia".

"Amelia? Amelia siapa?". Eno menatap Ujang bingung.

"Amelia teman SMP kita dulu yang kasih loe surat cinta, loe tolak dan langsung pindah sekolah dia, dia kaya raya dan cakep harusnya loe terima dulu itu". Ujang mengingatkan.

"Sialan masih ingat aja loe Jang, gua aja udah lupa". Eno langsung teringat masa itu.

Keputusan yang Eno ambil dulu sudah tepat karena berbagai alasan tapi yang tidak dia sangka adalah gadis itu langsung pergi gitu saja pindah sekolah.

Dari kabar yang Eno dengar Amelia pindah ke luar negeri, lebih tepatnya di Inggris negeri tempat club bola favoritnya berada Liverpool.

Terpopuler

Comments

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Dilanjuuutt Thor 😛😀💪👍🙏

2023-11-10

0

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Like and Favorit 😛😀💪👍👍👍

2023-11-10

0

Ymmers

Ymmers

waaah rumah di rusun Tebet, sekolah di Pesangrahan, JakSel..

2023-11-07

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!