"Tapi bukannya kalimat yang baru saja bapak katakan tadi itu sama dengan yang di katakan sama Albert Einstein yang sering di tulis di bagian belakang truk?". Eno berucap tapi tidak berani menatap pak Reno secara langsung.
Tidak Eno sangka Pak Reno malah tertawa terbahak-bahak sambil terus menepuk pundak muridnya.
"Kamu memang cerdas Eno, bapak jadi malu sama kamu ketahuan mengutip kata dari Einstein". Pak Reno tampak tidak marah.
"Tidak pak saya tau kok memang kalimat itu cocok dengan keadaan saya, terima kasih telah atas perhatian yang bapak berikan". Eno berucap tulus.
"Bagus jika kamu bisa bersabar, jika memungkinkan nanti bapak akan bicara dengan Bram agar dia bisa menjaga sikapnya".
"Bagi orang yang tidak punya kekuatan dan berkasta rendah seperti kita butuh perjuangan besar untuk berubah nasib dan jalan terbaik untuk kamu saat ini hanya dengan fokus belajar".
Selain fokus belajar saya juga punya System pak walau error juga mungkin itu bisa jadi jalan ke dua untuk saya, Eno menjawab dalam hati.
"Kamu tau kan orang tua Bram mempunyai perusahan kontruksi dan baru-baru ini bapak baca berita jika perusahan keluarganya menandatangani kesepakatan besar dengan Harsono grup, sungguh orang seperti kita tidak bisa dibandingkan dengan para orang kaya itu".
Eno tau saat ini pak Reno sedang menghawatirkan dia, "Baik pak saya mengerti untuk kedepannya saya tidak akan pernah terpancing dengan perkataan dan sikap Bram".
"Maaf Eno bapak tidak menyuruh kamu untuk mengalah dan menjadi pecundang yang hanya diam saat dihina tapi ingat terkadang pecundang lah yang berdiri paling akhir". Pak Reno bicara dan menatap mata Eno serius.
"Baik pak tapi..
"Tapi apa lagi Eno? iya bapak ngaku kata-kata kalimat barusan itu dari film Transformers, kenapa kamu tau segalanya sih?".
Baru ini Eno lihat wali kelasnya tampak cemberut, padahal kan dia pria berkumis dan berjenggot lagi.
"Bukan pak saya tidak tau itu, saya cuma mau bilang sepertinya kita akan telat jika tidak segera ke aula". Eno bicara dengan menahan tertawa.
Guru matematika yang biasanya ditakuti semua murid sekarang entah kenapa merasa takut saat berada di dekat muridnya yang bernama Eno ini.
Eno dan pak Reno kembali berjalan dan berbincang kecil, tidak lama mereka telah sampai di gedung aula tempat rapat mendadak ini di selenggarakan.
"Eno kamu cari tempat duduk bapak akan ke depan". Tanpa menunggu jawaban Eno pak Reno berjalan ke depan ke tempat para guru dan staf sekolah duduk.
Aula SMA harapan begitu besar dan megah, Eno segera mencari tempat duduk yang sialnya hanya tersisa 1 kursi kosong yang berada tepat di samping Bram yang sebelahnya ada Leona juga.
"Wah-wah siapa ini yang datang? Bukannya ini ketua kelas kita yang paling pintar". Bram langsung menyambut dengan kata-kata pedasnya saat Eno mendekat.
"Terima kasih atas pujiannya tapi gua tidak sepintar itu kok". Eno menanggapi dengan positif yang membuat Bram langsung geram.
Dengan acuh tak acuh tanpa memandang musuhnya Eno mencoba duduk tapi dengan cepat Bram menarik kursi itu kebelakang, akibatnya sudah bisa di tebak Eno jatuh duduk di lantai.
Siswa dari kelas lain yang ikut rapat telah hadir dan duduk di sekitar langsung tersenyum dan menahan tawa tidak ada satupun yang membatu Eno.
"Ya ampun ketua kelas Kenapa kamu malah duduk di lantai seperti itu? ini kan ada kursi, apa jangan-jangan kamu sudah sadar diri ya? Jika memang tempat orang seperti kamu di bawah kaki kita?". Dengan senyum mengejek penuh kemenangan Bram semakin merendahkan Eno.
Kedua tangan Eno mengepal keras sampai kuku di ujung jarinya menusuk ke daging, perih dan sakit tapi rasa sakit itu tidak seberapa dibandingkan dengan sakit di hati Eno.
Apa memang dunia seperti itu? harta dan kedudukan selalu di atas segalanya sampai menjadi miskin sudah di anggap dosa?
Apa mungkin yang di katakan bajingan itu benar jika tempat gua adalah disini? Eno menunduk dan bicara dalam diam, dia ingin berteriak tapi kata-kata pak Reno terngiang di telinganya.
Tidak apa jadi pecundang, terkadang pecundang lah yang masih bisa berdiri di akhir.
"Bram apa-apaan sih kamu? Kamu lupa kita ada dimana?". Leona yang melihat semuanya dari tadi tidak kuasa untuk tidak menegur dan memandang sayu Eno yang masih duduk di lantai.
Semua siswa yang sedang melihat drama terkejut mendengar perkataan Leona yang tiba-tiba, begitu juga dengan Eno yang langsung mendongak melihat Leona.
Apa dia bicara untuk gua? apa dia membela gua? Tangan Eno yang mengepal perlahan terbuka dan sedikit bisa melihat cahaya terang, dari sinar mata Leona yang menatapnya.
"Leona semoga yang aku pikirkan ini tidak benar". Bram menatap Leona serius.
"Apa sih maksud kamu? Emang apa yang kamu pikirkan? Udah deh Bram jangan seperti anak kecil kamu".
Bram tidak terpengaruh dengan ucapan Leona dia tetap menatapnya dengan serius karena saat ini dia sedang memikirkan sebuah kemungkinan.
"Leona apa jangan-jangan kamu suka sama rakyat jelata ini? Setiap aku main-main sama dia kamu selalu ikut campur, apa benar seperti itu?". Secara terang-terangan Bram menodong Leona dengan pertanyaan yang sangat mengejutkan.
Mengejutkan bagi Leona itu sendiri , Eno dan para siswa lainya.
Wajah Leona tampak langsung pucat mendapati dirinya di pandang oleh begitu banyak pasang mata yang menunggu jawabannya.
Leona diam memandang Eno sekilas dan kemudian beralih ke yang lainnya yang sedang saling berbisik.
"Leona jangan bilang kamu benar-benar..
"Bicara apa sih kamu Bram? kalau bercanda itu jangan kelewatan siapa yang suka sama dia". Dengan suara bergetar Leona bicara.
"Ada apa itu kalian rame-rame?". Salah satu guru BK datang.
"Tidak kok pak kami hanya bercanda". Bram menjawab dengan senyum manipulatif nya.
"Kenapa kamu duduk di lantai? cepat berdiri dan duduk yang benar, rapat akan segera di mulai". Guru BK itu menatap Eno.
Tanpa menjawab Eno bangkit dan duduk di bangku yang tadi di geser oleh Bram.
"Loe udah GR kan tadi? berharap ya loe Leona akan suka sama elo? hahahaha". Bram tertawa lebar.
Eno tersenyum tipis tidak menjawab, dari awal juga gua tidak berharap apa-apa tidak mungkin juga Leona akan suka sama orang macam dia pemuda dari keluarga miskin dan tidak punya kedudukan apapun di masyarakat.
Eno memejamkan mata dan dan pura-pura bisu menghiraukan apa yang ada di sekitarnya.
Yang tidak Eno tau adalah gadis yang baru saja bilang tidak suka padanya sekarang hatinya sedang tersiksa seperti ditusuk ribuan jarum.
Leona menangis dalam diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Nur Tini
gitu ya..
2023-11-13
0
Hades Riyadi
Lanjuuuuutt Thor 😛😀💪👍🙏
2023-11-10
0
Hades Riyadi
Kalo suka yaaa...bilang ajaahh...suka, kenapa musti maluuu seehh...😛😀💪👍👍👍
2023-11-10
0