Untuk yang kedua kalinya pada hari ini Eno dan Ujang mengobrol di bawah pohon taman harapan, mereka tidak ada niat kembali ke kelas dan ikut bersih-bersih.
Dari cerita Eno, Ujang juga tau akan acara besok tapi dia cuek saja sama seperti sahabatnya.
Setelah asik ngobrol bahas liga inggris dan club bola favorit masing-masing dua pemuda dari kalangan kasta rendah itu lanjut dengan mabar Mobile legends sampai bel pulang sekolah berbunyi.
"Emang bawa sial loe No, 4 kali kita kalah Mulu ini bisa main gak sih loe sebenarnya?". Ujang kesal meletakkan hpnya di atas rumput.
"Sialan malah salahkan gua loe, kalau loe enggak gegabah dan main dengan strategi enggak bakal kalah kita Ujang! loe main ngawur gitu". Eno balas menyalahkan.
"Udahlah mungkin ini bukan hari kita No dari pagi kita sial mulu, balik aja yuk lapar gua? kelas juga udah sepi paling". Ujang bangkit dan berdiri.
"Ok gua juga udah lapar". Eno juga bangkit.
Berjalan bersama di menuju kelas untuk mengambil tas.
Parkiran sepeda SMA harapan lumayan luas tapi sepeda yang terparkir di sana hanya 1 yaitu sepeda Eno saja.
Ada 3 area parkiran di SMA harapan, parkiran paling depan dekat gerbang pintu masuk adalah parkiran mobil yang mana mobil guru dan anak-anak orang kaya itu berada.
Parkiran sebelah Utara dekat dengan UKS adalah parkiran motor dan untuk parkiran sepeda walaupun luas berada di belakang sekolah.
Eno berjalan keluar gerbang sekolah dengan menuntun sepedanya.
"Tin-tin". Bunyi klakson motor berbunyi dari belakang dan suara kenalpot yang lebih mirip kaleng sarden di seret pun terdengar.
"Eno sahabatku daku duluan ya? Hati-hati saat dikau mengayuh dan jangan mampir-mampir". Ujang tertawa dan melewati Eno dan langsung tancap gas.
"Uhuk-uhuk, uhuk-uhuk". Eno langsung batuk menutupi hidung dan mulutnya.
"Temen laknat! Itu kenalpot apa asap mengusir nyamuk sih sebenarnya". Eno mengumpat karena asap dari motor butut Ujang yang ngebul ada oli juga yang muncrat dari sana.
"Gua sumpah in kumat itu motor". Eno mengutuk dan kutukannya itu langsung manjur.
Di depan sana motor Astrea butut Ujang tiba-tiba mati mesinnya dengan knalpot yang seperti asap kebakaran.
"Hahahaha". Eno tertawa lebar penuh kemenangan dan segera menaiki sepeda menuju Ujang yang sedang kesal menendang-nendang motornya yang dia parkir di pinggir jalan.
"Ujang sahabatku daku duluan ya? Hati-hati saat dikau dorong motor, kalau loe capek mampir aja ke tukang loak sekalian loak in motor butut loe itu, hahahaha". Eno membalas perkataan Ujang di depan gerbang tadi dan kali ini dengan lebih jahat.
Eno melewati Ujang dengan meliuk-liuk menaiki sepedanya.
"No! Tega loe tinggal gua dalam keadaan gini? dimana arti sahabat kita No". Ujang berteriak mencari simpati.
Eno berhenti dan menoleh ke belakang, "Arti Sabahat kita ada disini Jang". Eno menunjuk dadanya, "bukan disini". Berganti Eno menunjuk mulutnya.
"Sampai bertemu besok sahabatku". Eno tersenyum dan langsung naik mengayuh sepedanya lagi.
"TRESNOOOOO..!!!". Ujang berteriak.
Eno yang mendengar itu hanya tersenyum dan bersiul sambil terus mengayuh sepedanya.
...***...
Leona berjalan keluar dari sebuah toko dan membawa bunga di tangannya, bunga yang rencananya akan dia berikan kepada Marchel Harsono.
Tadi pulang sekolah Bram sempat ingin sama-sama membeli bunga karena dia juga akan menyambut Marchel Harsono tapi Leona langsung menolaknya mentah-mentah.
"Silahkan masuk nona". Sang supir membukakan pintu belakang untuk nona majikannya.
"Terima kasih pak, kita pulang sekarang". Leona masuk dan menaruh bunga di jok mobil Mercedes nya.
"Baik nona". Jawab sang supir sopan dan segera masuk ke dalam mobil duduk di belakang kemudi.
Di perjalanan Leona yang melamun menurunkan kaca mobil di sampingnya dan menatap kosong ke luar.
Membiarkan wajah cantik dan rambut indahnya di terpa angin yang masuk.
Di dalam benaknya masih teringat dengan kejadian di gedung aula rapat.
Kejadian yang membuat kedua matanya meneteskan air mata.
"Eno maaf". Leona bergumam pelan dengan ekspresi sedihnya.
Leona adalah gadis yang menyimpan rasa untuk Eno tapi karena status sosial dan pergaulan yang terlalu tidak sesuai Leona selalu ragu dan takut.
Takut di hina dan menjadi gunjingan, takut orang tua dan keluarga besarnya tau.
Sebelum bisa memulai Leona mempunyai banyak ketakutan di hatinya, dia juga takut Eno akan tersakiti dan karena semua itu Leona hanya diam satu tahun ini dan hanya memperhatikan dan melihat Eno dari kejauhan.
Satu tahun lebih tepatnya saat Leona dan Eno sama-sama di kelas 10.
Flashback satu tahun yang lalu.
Karena tamu bulanannya datang siang itu Leona meminta izin di jam pelajaran untuk beristirahat di ruang UKS sekolah dan disanalah dia pertama kali bertemu Eno.
Eno pada saat itu sangat panik karena pada pelajaran olahraga lensa hitam di matanya terlepas dan jatuh.
Dengan cepat dia berlari sambil menutupi matanya dan mendapat tatapan heran dari murid lainnya.
Untungnya Eno selalu siap sedia lensa cadangan dan langsung mencari tempat terdekat untuk memakai lensa hitamnya dan tempat terdekat itu adalah UKS.
Tanpa memeriksa Eno yang terburu-buru langsung memasang lensa di kedua mata biru indahnya, Eno tidak sadar jika ada sepasang mata yang memandangnya lekat sambil menutup mulut karena terkejut.
Eno dengan mata birunya terlihat sangat tampan dan sempurna bagi Leona dan mulai saat itu Leona terlalu penasaran dan rasa suka itu mulai muncul.
Leona mencari tau semua tentang pemuda bermata biru itu, pemuda yang terlihat misterius dan menyimpan banyak rahasia.
Leona juga sadar hanya dia yang kemungkinan tau soal warna netra Eno karena setiap hari dia curi-curi pandang netra itu selalu tertutup lensa hitam.
Leona kembali menutup kaca mobil di sampingnya pandangannya beralih ke depan dan ekspresi wajahnya langsung berubah karena melihat punggung seseorang yang sangat familiar sedang mengayuh sepeda.
"Eno?". ucap Leona lembut.
"Ada apa nona? Nona berbicara kepada saya?". Sang supir di depan bertanya ragu-ragu.
"Pak tolong salip orang yang naik sepeda di depan itu saya ingin memastikan sesuatu". Jantung Leona berdetak kencang saat ini dan dia tidak bisa tenang.
Dia tau Eno ke sekolah naik sepeda tapi saat pulang Leona selalu jalan duluan karena sudah di jemput.
Mungkin kali ini dia bisa melihat Eno karena tadi dia mampir beli bunga terlebih dulu.
Eno masih mengayuh sepedanya santai dan sudah tidak bersiul lagi karena bibirnya udah kering bersiul sejak tadi.
Jika dia paksakan tidak ada bunyi yang keluar juga malah yang ada air liurnya yang akan muncrat kemana-mana.
Suara angin terbelah di samping Eno dan mobil Mercedes hitam menyalipnya dengan cepat.
"Ya ampun kenapa pada ugal-ugalan semua sih? enggak Ujang dengan motor bututnya, orang kaya pun ugal-ugalan dengan mobil mewahnya".
"Gua kutuk mogok itu mobil". Eno mengutuk lagi dengan kesal.
Suara rem mobil berbunyi dan mobil itu berhenti di tepi jalan.
Eno yang melihat itu hampir terjatuh dari sepedanya.
Eno berhenti dan bingung, "Kutukan gua manjur lagi!".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Nur Tini
kutuk kutuk kutukan
2023-11-13
0
Hades Riyadi
Kayak Mbah Dukun ajaahh Lo...No, main kutukan segala bisa-bisa berbalik ke Elo...😛😀💪👍👍👍
2023-11-10
0