ARTI SAHABAT

Rapat telah usai para guru, staf dan kepala sekolah keluar dari aula terlebih dahulu di ikuti para siswa yang juga langsung berhamburan keluar ingin segera menyebarkan info tentang rapat kepada para temannya.

Eno juga termasuk orang yang segera keluar berlari kecil dan menghilang di tengah kerumunan.

Eno berjalan cepat di koridor melewati kelas 10 di lantai pertama dan kelas 11 di lantai kedua.

Sampai di lantai tiga Eno segera berlari menuju kamar mandi dari tadi perasaannya sudah tidak enak memikirkan satu-satunya sahabat yang dia miliki.

Setelah sampai segera Eno mencari keberadaan Ujang tapi 4 pintu di kamar mandi 3 kosong.

1 pintu terkunci rapat dari dalam dan mungkin Ujang ada di situ mengurung diri.

"Jang loe di dalam kan? Ayo keluar semua akan baik-baik saja kawan". Eno memanggil bicara membujuk.

Tidak ada jawaban dari dalam tapi Eno mendengar suara yang misterius yang tidak pernah dia dengar sebelumnya.

Reflek Eno menempelkan telinganya di pintu mencoba mendengar suara itu lagi.

"Astagfirullah!". Eno langsung beristighfar dan mundur sampai jatuh terduduk di lantai.

Sialan! kenapa mereka malah melakukan olahraga bercampur dosa di kamar mandi, Eno mengumpat dalam hati dan segera berjalan pergi.

"Ujang-Ujang kemana sih loe sebenarnya?". Sampai di luar Eno bergumam sendiri dan mencoba berfikir sejenak.

Tidak lama Eno teringat sesuatu tempat dan segeralah dia melangkah pergi kembali menuruni tangga untuk sampai di lantai satu.

Eno segera menuju ke belakang gedung perpustakaan tempat di mana taman harapan berada berharap Ujang ada di sana.

Sesampainya di taman Eno segera mencari setiap sudut sampai di dalam tong sampah Eno mencari.

Ujang kan sama seperti dia cara berpikirnya berbeda siapa tau saja dia sembunyi di dalam tong sampah karena terlalu malu tapi sayangnya Ujang tidak ada di sana, Eno pun kecewa.

Eno sudah tidak tau lagi saat ini harus mencari Ujang kemana, Ujang seperti menghilang ditelan bumi saja.

Capek akhirnya Eno memutuskan istirahat sejenak duduk di bawah pohon tempat biasanya dia nongkrong bersama Ujang.

Sambil menyeka keringatnya efek naik turun tangga, Eno kembali menggunakan otaknya yang telah di upgrade oleh system untuk berfikir.

"Ujang loe dimana sih?". Eno bertanya pada semilir angin yang lewat.

"Eno gua disini no".

Sebuah suara terdengar masuk ke dalam indra pendengaran Eno dan itu adalah suara sahabatnya, tidak mungkin angin yang jawab kan itu?

Eno langsung bangkit dan clingak-clinguk ke kanan dan ke kiri mencari dari mana sumber suara berasal.

"Jang loe dimana Jang?". Eno berteriak karena tidak melihat satupun orang di taman.

"Eno gua disini No jangan liat ke kanan dan ke kiri loe tapi coba liat ke bawah dan ke atas".

Tanpa pikir panjang Eno langsung melihat ke bawah, "Jang loe enggak gila kan? Enggak mungkin cuma gara-gara ngompol loe akan sembunyi dan mengubur di dalam tanah kan Jang?". Eno mulai panik sendiri.

"Hei Tresno Mangku Bumi! siapa yang ada di dalam tanah? emang gua undur-undur apa".

"Kalau enggak di bawah berarti loe ada di, Eno langsung mendongak melihat ke atas.

"Astaghfirullah!". Untuk kedua kalinya hari Eno beristighfar karena terkejut.

"Halo sahabatku Ayo sini ikut naik, pemandangan dari atas sini indah lho". Di atas pohon Ujang tersenyum lebar.

"Bocah gendeng! Kagak tau loe gua cariin dari tadi, dari kamar mandi lantai 3 sampai seluruh taman dan tong sampah gua obok-obok tidak taunya loe malah seperti monyet nangkring di atas pohon". Eno langsung meluapkan kekesalannya.

"Lho tadi itu loe cariin gua No? Dari tadi gua liat sih loe mondar-mandir di sekitar taman, gua kira loe lagi olahraga". Ujang juga tampak terkejut.

"Ngapain sih loe Jang sebenarnya nangkring seperti itu? masak cuma gara-gara masalah sepele gitu aja loe ngambek, dunia berasa jahat ya?". Eno mencibir.

"Dunia bukan jahat No tapi masih indah saat gua pandang tapi gua malu sama dunia saat ini, andai gua bisa putar ulang waktu". Ujang mendesah pelan dengan wajah sedih.

"Udah deh jangan sok puitis loe, cepat turun leher gua sakit ini liat ke atas terus". Eno membujuk Ujang sambil memijit lehernya.

"Bukannya gua enggak mau turun No dari tadi juga udah mau turun tapi ada sedikit kendala". Ujang tersenyum canggung.

"Kendala apaan? Loe ngompol lagi di atas sana". Eno menebak asal.

"Bukan itu Tresno! Gua tau cara naik tapi tidak tau gimana caranya turun mana tinggi banget lagi ini, tolongin gua No hanya loe harapan gua satu-satunya". Ujang memandang Eno dengan ekspresi wajah melas.

"Astaghfirullah!". Untuk yang ketiga kalinya Eno beristighfar dan kali ini sambil tepok jidat, kesal dan geram bercampur jadi satu.

"No tangkap gua ya? Gua mau loncat ini". Ujang udah bersiap di atas sana.

"Berhenti loe kampret! Mau mampus bersaman kita?". Eno langsung mundur menghindar.

"Kenapa sih No takut amat loe tinggal tangkap doang".

"Tinggal tangkap apa yang tinggal tangkap? Loe kagak pernah ngaca badan loe itu Segede apaan? 2 kali bobot badan gua Ujang!". Eno tampak semakin kesal.

"Lha terus gimana dong? apa kita hubungi damkar saja? Kan lagi viral itu di tik tok petugas damkar yang bisa selamatkan apa saja". Ujang datang dengan idenya yang sungguh sangat brilian yang membuat Eno semakin ingin berteriak saat mendengarnya.

"Udah loe disini dulu biar gua ambil tangga di gudang sekolah". Eno berjalan pergi.

"Cepetan ya No, celana gua udah kemasukan semut ini". Ujang berteriak.

...***...

Semua siswa dari kelas 10 sampai kelas 12 saat ini sedang sibuk membersihkan setiap sudut ruangan dan koridor tidak terkecuali kelas 12a, kelas dimana Eno dan Ujang belajar.

Ditiadakannya pelajaran pada siang ini membuat para murid bersemangat walau di isi dengan bersih-bersih setidaknya mereka masih bisa bercanda dan bergurau.

"Guys kalian lihat dua rakyat jelata gak? Kemana itu mereka mengungsi?". Bram bertanya kepada kepada orang-orang yang berada di dalam ruangan.

"Bukannya yang satu abis ngompol tadi tidak balik? sementara yang satu kan sama-sama kamu ke aula Bram". Jawab Rendi teman sebangkunya.

"Benar-benar rakyat jelata gak tau diri, tidak punya tanggung jawab sebagai ketua kelas!". Bram mengepalkan tangan erat.

Pintu kelas terbuka dan masuk Leona yang membawa air di ember dan lap putih.

"Ya ampun Leona kamu mau ngapain?". Ekspresi wajah Bram berubah dan buru-buru mendekat.

"Aku gak punya banyak waktu untuk menanggapi kamu Bram, minggir aku mau bersihkan kaca". Leona berjalan tapi langsung dihadang oleh Bram lagi.

"Cewe cantik seperti kamu itu enggak baik bekerja terlalu berat, sini". Bram meraih ember dan lap di tangan Leona.

"Apa sih Bram? Balikin gak". Leona yang sudah kesal dengan Bram sejak di aula semakin kesal saat ini dia.

"Rendi sini loe". Bram memanggil Rendi.

"Ini loe yang bersihkan kaca".

Rendi nurut saja dan hanya mengangguk segera mengambil ember dan lap dari tangan Bram.

"Leona kamu pegang ini saja, kalau capek istirahat jangan terlalu memaksakan diri ya". Dengan senyum Bram memberi Leona sapu.

Mood Leona sudah rusak dia menyambar sapu dan langsung pergi keluar.

Tunggu saja Leona, loe akan jadi milik gua apapun yang terjadi. Bram bicara dalam hati memandang punggung gadis yang dia dambakan.

Terpopuler

Comments

Nur Tini

Nur Tini

tangga tangga

2023-11-13

0

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Lanjuuuuutt Thor 😛😀💪👍🙏

2023-11-10

0

Hades Riyadi

Hades Riyadi

Eno sebagai Ketua kelas malahan mikirin urusan pribadi temennya si Ujang, lupa akan tanggung jawabnya... payaaahh MC-nya...🤔🙄😩😛👎👎

2023-11-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!