Pantun Cinta 9

Hari ini Pandu cukup lelah dengan kegiatan di sekolah adiknya. Bahkan dia selalu di kejutkan dengan tingkah guru di sana. Belum lagi Mahat. Adiknya itu sejak kapan menjadi romantis kepada perempuan apalagi status perempuan itu gurunya.

Sebelum istirahat Pandu menatap sang adik yang belum tidur. Dia mengerjakan semua Tugas. Nampak jelas bahwa Mahat memiliki perubahan yang signifikan. Pandu hanya tersenyum sumbang semoga perasaannya salah kali ini. Pandu yang mendekati adiknya itu ...

" Mahat ... Sedang apa?" tanya Pandu pada adiknya itu. Mahat menoleh dan nampak belajar dengan giat.

" Akan ada ujian semester kedua bang. Mahat akan menyelesaikannya dengan baik," jawab Mahat dengan tersenyum. Kemudian kembali fokus pada bukunya dan latihan mengerjakan.

" Mahat ... Apakah ada sesuatu yang membuatmu ingin segera menyelesaikan pendidikan di SMA?" tanya sang kakak dengan menatap Mahat seperti orang mengintimidasi seorang Napi. Mahay kemudian menggelengkan kepalanya.

" Abang merasa ada yang berbeda padamu hari ini," lanjut Pandu pada adiknya ini. Mahat yang fokus akhirnya menatap sang kakak dengan tatapan tak paham.

" Aku ingin menjadi diriku sendiri dan aku ingin suskes sebelum dia menikah dengan orang lain. Bahkan abang menjadi seorang Komandan di usia yang sangat muda. Jika abang sukses pada bidang abang maka aku akan melakukan hal yang sama," jawab Mahat tegas. Pandu bisa melihat sikap dewasanya kali ini. Jika sebelumnya Mahat seperti anak kecil kini dia bisa melihat Mahat memang sedang mengejar kesuksesannya.

" Kau sudah memiliki seseorang Mahat??" tanya Pandu pada Mahat. Mahat mengangguk dan tak merespon lagi. Saat Pandu sudah menggapai pintu kamar mahat.

" Bang ... Setelah semester aKhir biarkan aku pindah sekolah. Aku sudah mengisi blanko siswa mutasi beasiswa. Maaf ... Jika Mahat pindah tidak bilang abang. Tapi, Mahat ingin mandiri dan akan segera kembali di tengah-tengah kalian semua. Bukan Mahat tidak sayang sama abang tapi abang fokuslah pada pekerjaan. Mahat berjanji akan membanggakan abang dan keluarga," ujar Mahat membuat Pandu gamang. Namun Pandu tak bisa menolak permintaan Mahat. Mahat berhak atas hidupnya dia juga berhak menentukan arah jalannya sendiri.

" Baiklah ... Jika menurutmu baik! Maka lakukanlah Mahat. abang hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu," jawabnya kemudian pergi dari sana.

Nampak Pandu menutup pintu kamarnya sendiri. Dia menatap layar ponselnya. Dia menatap Delila Noveliana yang masih memeluknya dengan erat. Tunangan Pandu itu tewas dalam aksi demokrasi untuk kesejahteraan pendidikan Mahasiswa. Ya, Delila Adalah Mahasiswi jurusan Sosial Politik. Dia sangat aktif di kampus. Bahkan gadis cantik itu mengetuai Badan Eksekutif Mahasiswa. Namun karena kejadian itu memberikan kenangan pahit dan malam kelam pada pandu. Hingga detik ini bahkan pandu tak bisa memberikan hatinya pada siapapun.

" Delila ... Adikmu Mahat ... Aku bisa apa? Dia seperti adikku sendiri. Dia ingin menjauh dari pemantauanku ... Maka akan aku bebaskan Mahat. Tidak salahkan aku delila? Kamu dan ibumu menitipkan Mahat pada kami saat usianya masih kecil. Mungkin dia lupa Delila bahwa kakaknya adalah dirimu. Dia pun mulai menyukai lawan jenisnya .... Tidak mungkin bukan aku melarangnya. Selama ini demi melupakan kesedihanku aku bahkan sampai rela pergi ke tempat jauh sekali pun untuk bertugas bahkan sangat berbahaya tapi nasib baik masih menyertaiku Delila. Tidakkah kamu di sana merindukanku? Aku di sini masih bernyawa Delila tapi hatiku kebas untuk sekedar menjalin sebuah hubungan kembali," lirih Pandu menatap Foto itu. Dia bahkan sampai harus mengahpus air matanya sendiri karena meleleh tak beraturan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Visual Mahatma Pandu Satria.

Pandu terlelap dalam tidurnya. Semua orang akan mengatakan bahwa Mahat adalah adiknya karena namanya sudah di ganti seperti keluarga besar Mahat. Pandu mengingat semua orang waktu itu yang sibuk mengganti nama Mahat. Keluarga Delila adalah keluarga jauh Pandu. Karena kepergian Ayah Delila di Medan pertempuran itulah Mahat menjadi keluarga kami. Sebab setelah hari itu ayah Mahat tak pernah kembali. Semenjak hari itu pula Pandu dan Delila sudah di putuskan akan di satukan dalam ikatan pernikahan. Baik Pandu dan Delila tak menolak karena mereka memang sangat dekat.

" Pak ... Jangan lupa ingatkan Mahat bahwa besok ada Ujian. Jangan lupa belajar!"

tiba- tiba saja terlintas wajah Pushi di saat Pandu mengingat kembali Delila. Pandu jadi mengerjap merasakan hal aneh kenapa Pushi hadir dalam benaknya.

Apakah Mahat menyukai gurunya itu???? Bu pushi memang terlihat masih muda. Bahkan memakai seragam sekolah pun masih pantas. Apa benar Mahat kau menyukai gurumu itu?

Jangan lupa likeeee ya!!!

Terpopuler

Comments

Najmah Aulia Raziq

Najmah Aulia Raziq

semangat kk

2024-01-03

0

Mika Saja

Mika Saja

Semangat mba Anna

2023-11-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!