Pantun Cinta 2

" Hei ... Dadar Gulung! Kenapa mojok kayak pojok baca di sana!" seru Pushi pada siswanya itu. Siswanya itu nampak cuej. Pembawaannya terlalu cool untuk anak remaja setengah dewasa itu. Pushi yang masih berusia 23 tahun terkadang mendapat perlakuan istimewa. Bahkan tak jarang banyak siswa yang mengagumi sosoknya yang seperti kuntilanak hahahah hush ngawur tapi mbak kunti hahha. Heleh lakok jadi kemana -mana bahasannya.

Pushi mendekati pemuda tampan itu ...

" Wait! Bukankah kamu seharusnya ikut latihan di lapangan," ujar Pushi padanya. Pemuda itu melirik tajam pada pushi.

" Bu ... Berhentilah mengintimidasi saya! Saya tidak suka menjadi prajurit. Abang yang menginginkannya," jawabnya agak protes. Bahkan baru kali ini dia memprotes gurunya. Sebab kejengkelan dalam dadanya ynag bertengger.

" Lalu? Kenapa tidak katakan saja pada abangmu?? Hmmm ... " tanya Pushi padanya. Dia menatap gurunya tak sungkan. Tak ada jawaban sehingga pushi mencubit lengannya.

" Auhhh sakit bu!" keluhnya.

" Ibu tanya kamu jawab bukan malah menatap tidak jelas seperti itu!!!" demo pushi karena terkadang anak-anak itu suka jelalatan matanya. Pushi berharap sudah harus bisa menggiring anak -anak untuk bertanggung jawab pada pilihannya masing-masing.

" Siapa namanya???" tanya Pushi sambil melihat buku tabel yang dia bawa di salam map Snell yang ada pada perangkatnya. Pushi menatap siswanya itu dengan tajam Karena mengatakan hal sengak bagi pushi.

" Nama abang apa nama saya bu???" cengirnya dengan sangat menyebalkan dan tatapan horor pushi sudah memenuhi ruang pojok baca itu. Namun siswanya itu cuek saja.

" Nama jenderal kesatuan abangmu!!!! Dasar anak cerdas ya ... Yang sekolah di sini memangnya abangmu atau jenderalnya???" Suara maraton Pushi sampai pada penghujung sekolah. Sampai beberapa guru yang lewat di pojok baca Pushi sampai menoleh dan tertarik untuk menengok sejenak sambil unjuk gigi.

Tatapan Pushi membuat semua guru -guru itu nyengir dan berlalu dari sana. Pushi kemudian duduk di hadapannya. Pushi masih menatap siswanya itu. Pushi malas jika asa keluarga yang memaksakan kehendak pada siswa untuk memilih sesuai dengan yang mereka harapkan. Sungguh itu mengesalkan sekali bagi pushi.

" Kelas berapa kamu?" tanya pushi dengan memegang bolpointnya dengan siapa mencari datanya. Dia diam saja tanpa menjawab. " Ada apa ? Apakah bu pushi akan menggigitmu sampai kamu tak bisa menjawab? Hmm ... " cicitnya pagi. Agaknya pagi menjelang siang ini rasanya bu pushi agak sedikit bawel karena satu orang yang meresahkan jiwa gurunya dan tidak sesuai dengan aturan yang dia harapkan.

" XI IPS 2 bu namaku Mahatma Gusli Satria panggilanku Mahat. Apakah sudah puas bu? Biarkan aku pergi! Aku sedang tidak ingin di ganggu," jawabnya seketus pohon. Lihat saja Pushi sudah geram padanya seketika. Bagaimana bisa ada siswa sepertinya.

Pushi hanya menatap punggung anak itu. Tak ada kelembutan dalam dirinya. Dia nampak sangatlah tertekan. Pushi pun hanya menggelengkan kepalanya. Dia kemudian menuju ke ruangannya. Di sana dia mendapati angga yang sedang menatapnya.

" Apa melihatku seperti itu?" tanya Pushi pada Angga sang guru olahraga yang menatapnya sinis.

Angga adalah guru olahraga yang menyukai Pushi namun gadis itu telah merajut kasih dengan Letna Zaki yang tak lain adalah teman semasa dia bersekolah di sekolah menengah Atas. Mereka memang menjalin hubungan berkomitmen ke arah serius. Bahkan pushi juga tak suka laki -laki yang menye-menye.

" Apakah setelah putus dari Tentara itu kau mengincar kakak dari Mahat?" tanyanya Sinis. Angga terlalu marah karena Pushi menolaknya dengan tegas tanpa ada roman-roman mohon maaf atau maafkan aku.

" Apakah aku mengenal kakak Mahat? Mulut anda ini semakin kemari semakin tidak beretika sama sekali. Pembahasan anda benar-benar tak bermutu," jawab Pushi kemudian fokus pada laptopnya yang terang benderang dan bersiap menge-print sesuatu.

Aku akan memanggil abang Mahat. Ini tidak boleh berlarut sebab Mahat akan semakin malas mengikuti mapel lainnya juga. Ini tidak bisa di biarkan.

Pushi memiliki nama panjang Paramitha Ayunda Pratiwi jauh sekali dengan nama panggilannya. Malah terdengar seperti meong hahahah. Ya, tapi inilah nama aslinya dan nama kerennya. Pushi adalah seorang guru Di salah satu Sekolah Taruna Jaya. Dia adalah Guru Bahasa Indonesia sekaligus BK untuk jenjang kelas XI dan Guru Talenta Puisi, Drama, Musikalitas bahkan Tari. Semua seni berbelok ke arahnya. Pushi berasal dari keluarga menengah ke bawah tapi dukungan orang tuanya yang menjadikan dia seperti ini.

Nampak printer itu sudah mencetak lembar surat untuk Mahat. Pushi pun segera memasuki ruangan pemanggilan dan menggemakan suara Mahat di pengeras suara.

" Kepada Ananda Mahat! Silahkan menemui Bu Pushi di ruang BK," serunya di pengeras suara.

Mahat yang mendengar namanya di panggil jadi menghela nafas. Bu pushi tak membiarkan mahat duduk dengan tenang saat ini. Mahat nampak berjalan dengan cepat ke ruangan BK di mana di ada bu Pushi.

Sesampainya Mahat di sana ...

" Duduklah Mahat!" seru pushi dengan tegas. Mahat pun segera duduk. Pushi mendorong surat yang ada di tangannya pada Mahat.

" Mahat berbicara denganmu tidak ada gunanya! Berikan ini pada abangmu bu Pushi ingin bertemu dengannya," ujarnya lagi dengan memastikan mahat akan memberikannya.

" Akan aku hubungi abang sekarang bu! Membuat janji dengannya agak sulit bu," jawab Mahat dengan serius. Pushi pun mengangguk pada Mahat.

" Baiklah Mahat," jawabnya menyetujui.

...----------------...

Di rumah dinas itu nampak Pushi duduk di ruang tamu yang berada di ruangan sepetak namun cukup bersih. Mahat juga menyajikan minuman Teh dingin untuk gurunya itu.

" Silahkan bu! Abang masih dalam perjalanan kemari," ucapnya.

" Terima kasih! Mahat gantilah bajumu! Bu pushi bisa di tinggal," ujarnya agar Mahat pergi dari sana. Pushi tahu bahwa Mahat tidak bisa meninggalkannya karena sungkan.

" Assalamualaikum!"

Tak seberapa lama Mahat masuk suara seseorang datang dari arah depan pintu. Suara tegas dan tak ada lembek-lembeknya kayak ote-ote yant udah dingin.

" Waalaikumsalaam," jawab Pushi layaknya suara perempuan. Bukan mbak kunti loh ya suara perempuan hahahah.

Langkah kaki tegas itu terhenti dan sejenak menatap apa yang ada di depannya. Seorang perempuan muda yang tak pernah ada di rumahnya.

" Siapa? Apakah kekasih Mahat?" tanyanya dengan spontan tanpa melihat seragam yang di gunakannya.

Bodoh ya! Katanya Letnan tapi lihatlah kebodohannya. Apakah wajah ini seperti anak-anak sehingga pantas menjadi kekasih Mahat. Ya Ampun mulut lemes kakaknya ini rupanya juga harus di tabok sama sepatu lancipku.

" Dia bu Pushi Bang ! Yang akan menemui abang," jawab Mahat keluar dari lubang semut. Eh, bukan lubang buaya ya ampun bukan dari dalam ruang kamarnya. Heheheh.

" Oh ... Sebentar!" serunya dengan ber-oh ria sjaa. Lelaki bego apa tolol sih. Ini waktu istirahat loh gue kemari melakukan kunjungan lebih kerennya Visit. Ya elah lama benar yang mau bilang gue mau ngapelin abangnya hahaha.

Ogah. Ini kenapa? Bisa Visit kemari. Hadew salah loe pushi ngapain cari perkara ke rumah ini mana masuk aja kayak ******* tunggu ba bi bu baru boleh masuk. Heleh. Ribet hidup gue.

...Jangan lupa likeeee...

Terpopuler

Comments

Mika Saja

Mika Saja

mba Anna ko semuanya LG dikit ya,,,,kuurang mba Anna 🥰🥰🥰

2023-11-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!