Episode 20

Raya tidak mau melepaskan kesempatan itu lagi, dia meyakinkan dirinya kalau akan memperbaiki segalanya, ia rela minta maaf dan mengakui semua kesalahannya di depan Radit.

"Jangan pergi lagi, Dit" ucapnya penuh harap.

Tapi ia terkejut, dirinya hanya memeluk ruang kosong. Tidak ada siapapun di depannya.

Matanya sibuk mencari ke segala arah.

Raya terduduk lemas.

"Segitunya aku mengharapkan Radit, sampai-sampai aku membayangkannya datang..."

Raya mengacak rambutnya dengan kesal.

Kini ia merasakan sepi yang sangat menyiksa.

"Non, ada seseorang sedang menunggu depan." suara Bibik mengejutkannya.

"Seseorang? Apakah Radit?" Ia bicara sendiri sambil bangkit dan berlari kedepan.

Kali ini pasti benar Radit. dia tidak akan bisa lama-lama meninggalkanku." ucapnya penuh keyakinan.

"Radit..." ucapannya terhenti saat di lihatnya bukanlah Radit, tapi Arya.

"Arya? Kenapa kau berada disini?" sapanya heran.

"Kenapa kau bertanya begitu? Akhir-akhir ini kita jarang bertemu, apa kau tidak rindu padaku?" Arya malah balik bertanya.

"Maksudku, tiba-tiba saja kau ada waktu buatku. Biasanya juga selalu sibuk dan sibuk."

"Itu kemarin, sekarang aku ingin memperbaiki kesalahanku dengan menghabiskan waktu selalu bersamamu." Arya menggenggam jemarinya dengan erat.

Raya merasa bingung. Arya sudah kembali dan berjanji akan terus menemaninya, harusnya dia merasa bahagia. tapi kenapa ia

 merasa biasa saja. Ia tidak merasakan getaran apapun lagi di hatinya saat bersama pria itu.

"Ray, kenapa kau diam saja? Kau belum memaafkan ku?"

Arya merasakan keanehan pada sikap kekasih nya itu.

"tidak apa-apa, aku hanya kurang enak badan saja. Aku meriang dari tadi siang."

"Sekarang gimana keadaanmu? Apa perlu kita kedokter?"

"Tidak perlu, aku sudah baikan."

Mereka berbincang banyak hal. Tapi Raya merasakan sesuatu yang hampa. Dia sedang berbincang dengan Arya, tapi yang ada di kepalanya adakah Radit.

"Ray, kelihatan nya kau memang tidak mood sore ini. Sebaliknya aku pulang dulu. Kau istirahat lah..!"

Arya merasa kalau Raya banyak berubah sepanjang perbincangan mereka, Raya hanya menjawab pendek. Ya, atau tidak.

"Sorry, ya Dit, aku kurang fokus." ucap nya merasa bersalah.

"Apa tadi kau bilang? Dit.? Jadi dari tadi kita mengobrol panjang lebar.pikiranmu pada pria itu?""

Arya terlihat tidak suka.

"Bukan, bukan begitu. Kau jangan salah sangka." jawab Raya membela diri.

"Simpan saja alasanmu itu, sebaiknya sekarang kau istirahat..!" Arya meninggalkannya dengan kecewa.

"Arya, kau salah paham..!" teriak Raya.

Tapi Arya sudah menghilang dari pandangannya.

Raya termenung sendiri.

"Kenapa dengannya, kak? Tumben perginya sangat tergesa." Alisa ikut duduk di sampingnya.

"Aku tidak tau." jawab Raya asal.

"Oh, ya? Kata Bibik, kau sering pergi mencari alamatnya Radit, sudah ketemu?"

Alisa menatapnya heran.

"Hanya ingin tau saja, bukan bermaksud apa-apa.." ucapnya pelan.

"Aku belum menemukan alamatnya, mereka hilang bagai di telan bumi." jawab Alisa.

Mereka kembali terdiam.

"Apakah kau tau alamat rumahnya yang lama?" tanya Alisa lagi.

Raya menggeleng. Selama ini dia memang tidak tau asal usul Radit dan juga tidak pernah mencari tau.

Mereka hanya kenal saat di kampus.

"Aku tau..!" ujar nya hampir terpekik.

"Apa?"

"Kampus, pihak kampus pasti punya arsipnya." ucap Raya bersemangat.

"Kau benar, kita tanya ke pihak kampus."

sore itu juga mereka pergi mencari tau. Tapi pihak kampus menolak untuk bekerjasama.

"Apa sih untungnya buat mereka menyembunyikan data-data itu..." omel Raya Tek sadar.

Alisa memperhatikannya dengan seksama.

"Aku perhatikan, kau sering iring-iringan sekarang, dan kenapa kau bersemangat sekali mencari Radit? berubah pikiran?" tebak Alisa langsung.

"Tidak, aku hanya, hanya... iseng saja."

Jawabnya dengan gugup. Dia khawatir Alisa menangkap sorot matanya yang sedang berbohong.

***

Sore itu, Radit dan atasannya sedang meninjau lokasi cabang toko mereka yang baru.

"Tempatnya ramai walaupun masih agak kumuh." ucap Bosnya.

"Tapi menurut saya, tempat ini sangat strategis, selain memang ramai, posisinya juga di persimpangan." Radit memberi pendapat nya.

"Untuk lebih tau masyarakat asli disini, ayo kita mampir minum kopi di warung itu." ajak bosnya.

Mereka duduk berbaur minum kopi sambil menikmati beberapa camilan.

Tiba-tiba makanan di depan Radit di sambar seseorang.

Hal itu di ketahui si pemilik warung. Dia mengambil paksa kembali makanan itu dan memukuli si pencuri.

"Dasar gembel, berani sekali mengganggu pelanggan ku." omelnya marah. Si pencuri menangis karena kesakitan.

Radit tak tega melihatnya.

"Kenapa dia, mang?" Radit tidak bisa mengenali wajah Kumal di depannya. Keadaannya sangat memprihatinkan.

Biasa Mas. Dia orang gila yang biasa menganggu orang-orang yang lewat disini."

"Orang gila?" ulang Radit.

"Iya, dia gila. tapi sedang hamil. Entah siapa yang tega memanfaatkan keadaan nya." terang di pemilik warung.

"Kasian dia sedang hamil. sebaiknya jangan pukuli dia. berikan yang dia mau. Nanti saya bayar." ucap Radit.

"Kenapa?" Radit merasa heran karena pria di depannya terbangun.

"Saya hanya heran, perbuatan baik apa yang telah dia lakukan dulu hingga ada saja orang baik yang menolongnya."

"Maksudnya?"

"Setiap seminggu sekali, ada seorang pria yang selalu datang padanya, dia selalu membawakan makanan yang cukup banyak.

Tapi sudah seminggu belakangan ini dia belum kelihatan lagi." penjelasan pemilik warung itu menarik perhatian Radit.

Dia berjongkok mengamati orang gila itu.

"Mba.. Mba baik-baik saja?" tanyanya pelan. Entah kenapa dia merasa ada ikatan dengan orang itu.

Wanita itu hanya diam sambil mengusap perutnya.

"Tenang, saya bukan orang jahat.. Tenang, ya?" Radit menyentuh lengannya.

Wanita itu serentak mundur ketakutan.

"Jangan dekati aku..! Jangan, aku tidak akan melawan. Aku janji..!" ucapnya tersenyum.

Radit mencoba menyibak rambut nya yang sudah gimbal karena tidak pernah di bersihkan

Hatinya mengatakan dia mengenal wanita di depannya. Dan saat ia memandang wajahnya ia langsung terbayang wajah adiknya, Aisyah.

"Aisyah..? Apa benar kau Aisyah?" Radit begitu gugup. Ia semakin yakin kalau itu adalah adiknya. Lalu Ia minta pada bosnya untuk pulang terlebih dahulu.

Dengan sebuah taksi ia membawa Aisyah. Ke satu tempat.

"Aku tidak mungkin membawanya pulang dalam keadaan seperti ini, bisa-bisa ibu jatuh pingsan.." pikirnya.

Radit membawa Aisyah pada seorang rekan kerjanya yang kebetulan wanita juga.

Setelah menceritakan semuanya, temannya bersedia membantu. Aisyah di mandikan dan di beri pakaian yang layak.

"Temui lah dia di kamar, Kau jangan histeris, itu akan membuatnya semakin ketakutan."

Radit mengangguk dengan hati berdebar.

Radit masuk perlahan, ia melihat Aisyah sedang mengelus perutnya yang sudah terlihat membuncit. Hati Radit bagai tersayat sembilu saat melihatnya.

"Siapa yang telah melakukan ini padamu? Dia sungguh biadab..!" umpatnya marah.

"Ais... Kau ingat aku? Aku kakakmu, Radit. Kau ingat?"

Aisyah hanya terdiam tanpa reaksi.

Radit memalingkan wajahnya. Matanya merah menahan tangis.

"Aku janji, aku akan membalas setiap inci dari sakit yang kau rasakan, Ais..." Radit memeluk gadis itu dengan air mata yang tumpah ruah.

Terpopuler

Comments

Bijey jenawi

Bijey jenawi

ko tamat

2024-12-13

0

Holipah

Holipah

kpn si Arya dpt karma nya

2023-12-04

0

Nunung

Nunung

Alhamdulilah akhirnya Aisyah di temukan Radit...semoga ais cepat ingat semuanya siapa yang melakukan itu padanya dan Arya bisa dihajar Radit ...makasih Thor see you ❤️❤️ tetap semangat ya

2023-12-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!