Episode 7

Seminggu sudah sejak kepergian Oma.

Perlahan, Raya mulai bisa menerima kenyataan.

Hari itu dia memutuskan untuk mulai ke kantor.

"Hari ini kau tidak usah mengantarku." ucap Raya saat mereka sedang sarapan.

"Nyetir sendiri? dengan keadaanmu ini kurang baik menyetir sendiri." ucap Radit menanggapinya.

"Kau tidak usah khawatir, kan ada aku."

Arya tiba-tiba saja muncul dan bergabung dengan mereka.

"Arya? Sejak kapan kau di sini?" sapa Raya.

Itu tidak penting. Yang penting, kapan kau butuh aku, aku akan segera datang." ucapnya dengan senyum lebar.

Radit mengunyah makanannya dengan malas.

"Si brengsek ini selalu muncul di saat yang tidak tepat." batin Radit.

"Mas, kenapa diam saja? Non Raya itu istrinya Mas Radit. Perjuangkan dong!" Bi Suti iku gemas dengan tingkah Arya.

"Maunya sih, begitu, Bik. Tapi kalau Raya sendiri yang menolak ku, aku bisa apa?" keluh Radit.

"Huh, Bibik ingin bejek-bejek tuh mulut pedas

Si Arya."

Radit hanya bisa menarik nafas panjang.

Raya sudah berangkat ke kantor di antar Arya. Radit sendiri berangkat dengan motor bututnya. Di tengah perjalanan, hujan turun dengan lebatnya.

Radit terpaksa berteduh di sebuah warung.

Arya dan Raya yang melihatnya tersenyum puas.

Begitulah, tidak ada kesempatan yang terlewatkan untuk menjatuhkan Radit. Baik itu di rumah maupun di kantor.

"Dit, kita berpisah saja. Kali ini aku mau meminta dengan baik-baik." ucap Raya menemuinya di kamarnya.

Radit terdiam sejenak.

"Aku tidak bisa, bagiku, pernikahan hanya sekali seumur hidup." jawab Radit.

"Tapi aku tidak mau. dan bukankah isi perjanjian kita, begitu adanya."

"Ray, tolong jangan lakukan ini padaku. Aku tidak mau bercerai denganmu. Ini adalah amanat.."

Radit menutup mulutnya.

"Amanat siapa? kau jangan mengarang."

Hampir saja Radit keceplosan kalau dia sudah menerima amanat dari Oma.

"Pokoknya aku mau berpisah sesuai kesepakatan kita. harusnya kau senang karena bisa lepas dari ku, bukankah aku sudah banyak menyusahkan mu?"

"Tidak..! Apapun yang akan kau lakukan. Aku tidak akan pernah menceraikan mu." Radit bersi kukuh.

"Kalau aku tidak mau?"

"Talak ada di tanganku..."

Tiba-tiba Raya berdiri dengan marah. Lalu pergi meninggalkannya.

Saat itu Arya sudah menunggunya di halaman.

Radit terus mengejarnya.

"Raya.. Aku tidak akan menceraikan mu. Kau dengar itu."

Raya berhenti dan menatap Radit.

"Kalau begitu lihat saja apa yang akan aku lakukan untuk berpisah dari mu!" Raya melepas Cincin Pernikahan mereka, lalu melemparnya kedalam kolam.

Dengan wajah puas gadis itu meninggalkan Radit yang masih berdiri mematung.

"Cincin nya..!" Radit panik dan terjun ke kolam

untuk mencari cincin yang di lempar oleh Raya.

"Aku harus mendapatkan cincin itu kembali..."

Dua jam dia mencari dan akhirnya ketemu.

Radit menyimpan cincin itu baik-baik.

Sementara itu, Raya dan Arya tengah duduk di sebuah restoran mahal.

"Terus gimana, dong? Gembel itu tidak mau lepas darimu." keluh Arya.

"Aku juga bingung. Tapi aku akan membuatnya semakin tidak betah dan akhirnya dia sendiri yang akan minta berpisah dariku."

"Kau harus tegas padanya.."

Saat itu seorang gadis datang membawakan pesanan mereka.

" Mba, boleh aku minta air putih saja.." pinta Raya.

Gadis itu mengangguk.

Tak berapa lama kemudian. dia datang kembali membawa air putih untuk Raya.

Tanpa sengaja kakinya terantuk sesuatu. Air putih itu langsung tumpah menimpa wajah Arya.

Arya memandangnya dengan marah.

"Maaf, saya tidak sengaja. Sungguh."

"Maaf kau bilang? Kau sudah membasahi wajahku!" bentak Arya sambil menarik hijab yang di pakai gadis itu. Dia juga menumpahkan jus nya ke kepala gadis itu.

"Ar.. Kau berlebihan. Dia kan tidak sengaja!" Raya tidak setuju dengan ulah Arya.

"Kau mau membela dia?"

"Bukan begitu. Tapi reaksimu saja yang berlebihan." jawab Raya.

Dia mengambil tissue dan mengelap wajah gadis itu.

"Ingat, ya..! aku akan melaporkanmu pada bos mu biar kau di pecat."

  Gadis itu menggigil ketakutan.

"Kau tidak apa-apa?" Raya berusaha menyapanya.

Gadis itu mengangguk.

Arya mengajak Raya keluar dari tempat itu.

"Tempat ini sudah tidak asik lagi..." ucapnya sambil melangkah keluar.

Setelah mereka pergi.

"Aisyah .! Malam ini juga kamu saya pecat. Kamu sudah kecewakan pelanggan utama kita."

Aisyah tidak bisa mengelak dengan keputusan itu.

"Aku harus kerja apa lagi, padahal aku melakukan ini untuk mengurangi beban Mas Radit." keluhnya sambil melangkah keluar dari restoran itu.

***

Bik, tolong kemasi beberapa baju ku dan keperluan lainnya."

"Non Raya mau kemana?"

"Mau kepuncak, Bik." jawab Raya ringan.

"Dengan mas Radit, kan?" tebak Bik Suti.

Raya menggeleng.

"Dengan Arya.."

Bik Suti terlihat kecewa.

"Lalu perginya berapa hari?"

"Mungkin dua hari."

"Ray, jangan pergi. Tanggung jawab mu di kantor bagaimana?" sela Radit yang baru bergabung dengan mereka.

"Sudah ada Fandi. Aku percaya padanya."

Radit menggeleng keras. Fandi? Manusia culas itu di beri kepercayaan oleh Raya.

'Tidak, Ray. Fandi tidak bisa di percaya. Dia punya maksud tertentu."

"Bisa ngga, singkirkan rasa curigamu itu? Tidak semua orang punya pemikiran yang sama denganmu."

Raya menatapnya kesal.

Radit terdiam.

"Aku tidak akan membiarkan mu pergi berdua saja dengan Arya." batin Radit.

Setelah Raya dan Arya pergi.

Radit juga bersiap pergi.

"Mas Radit mau pergi juga?" sapa Bik Suti.

"Iya, Bik. bagaimanapun, aku tidak akan membiarkan istriku pergi berdua saja dengan pria lain."

"Bagus itu, Mas. Bibik dukung, perjuangkan Non Raya..!" "

"Terima kasih." jawab Radit.

Sampai di tujuan, Arya langsung memesan kamar.

"Sudah, ayo masuk.!" Arya membukakan pintu.

Raya masuk dan langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

"Aah.. Nyamannya. " ia berucap sambil memejamkan mata.

Tiba-tiba saja Arya juga sudah rebahan di sampingnya.

Sejenak Raya merasa kaget.

"Arya? kenapa kau di sini?" tanyanya heran.

"Kok gitu nanyanya, bukankah tujuan kita kesini untuk ini?"

Arya menatapnya heran.

"Aku memang gadis modern, pergaulanku juga bebas. Tapi untuk melakukan hal itu di luar nikah, aku tidak setuju." ucap Raya menyesal.

"Ray, ayolah. Jangan memperpanjang masalah." ucap Arya sambil merengkuh tubuh Raya.

Karena merasa kaget. Refleks dia menendang

Tubuh Arya.

Arya menatapnya heran.

'Maaf, Ar.. Aku berlebihan. Aku tidak terbiasa " ucapnya menyesal.

"Kita masih bertahan sampai saat ini, bukankah untuk ini juga? Lalu apa bedanya kita menikah atau belum?"

Raya terdiam.

"Baik lah, aku tidak akan protes lagi."

Ucap Raya menghibur Arya yang terlihat kecewa.

"Tersenyum, dong..!" goda Raya lagi.

Walaupun hatinya sedikit gelisah. Arya adalah pria yang di cintainya, tapi untuk melakukan hal itu rasanya dia tidak siap.

"Aku mandi dulu, ya..! rasanya gerah sekali."

Saat Raya masuk kekamar mandi, ada yang mengetuk pintu.

"Arya merasa heran. Aku tidak merasa memesan sesuatu", pikirnya sambil membuka pintu.

Saat pintu terbuka, dia kaget mendapati Radit sudah berdiri di sana.

"Awas..,!" Radit mendorong tubuh Arya dan masuk begitu saja.

"Hei benalu..! Kau berani sekali masuk kekamar ku." ucapnya emosi.

Radit tidak perduli. Dia langsung duduk di kursi yang tersedia dengan santai.

"Kau?" Arya bertambah emosi.

"Ssst.. Diam.. ! Biar aku jelaskan." ucap Radit mengangkat tangannya.

Raya keluar dari kamar mandi hanya menggunakan kimono.

Ia tercengang melihat keberadaan Radit.

"Apa maksudnya ini!" dia menatap Radit dengan kesal.

"Ray, usir dia sekarang juga..!" Arya kehilangan kendali.

"Ok, kalau aku harus pergi dari sini, itu harus bersama Raya.kalau tidak, biarkan aku bersama kalian disini." ucap Radit santai

"Benar, kan Ray?"

"Omong kosong..!" kata Raya.

"Kau pikir siapa dirimu hah?" Arya merangsek padanya dan hendak meninjunya.

Tapi Radit tetap santai.

"Ayo pukul! Setelah itu semua orang akan tau kalau kalian adalah pasangan haram."

"Jangan, Ar. Apa yang dia bilang itu benar.

Aku tidak mau orang akan mempertanyakan hubungan kita "

Arya menurunkan tangannya.

"Lalu apa maumu sekarang?" tanya Raya tidak sabar.

"Aku mau tetap disini bersama kalian..!"

Raya dan Arya saling pandang.

"Kau sudah gila?" tantang Arya.

"Aku masih waras. Bahkan sangat waras.

justru aku tidak waras kalau membiarkan istriku tinggal satu kamar dengan pria lain."

"Berhenti menganggap aku istrimu!" ucap Raya gemas.

"Tapi itu kenyataannya, Ray.."

Raya menghentak kan kakinya di lantai. Ia merasa sangat kesal.

Akhirnya malam itu mereka bertiga tinggal di satu kamar. Raya tidur di ranjang sendirian. Sedangkan Radit dan Arya tidur di lantai sebelah kanan dan kirinya.

💞Sepinya, jadi malas up😭

Terpopuler

Comments

Nunung

Nunung

Semoga Arya dan raya dapat karmanya...sabar ya Radit doaku menyertaimu

2023-11-05

0

Nunung

Nunung

Aku yang akan meramaikan novel mu Thor tapi jangan bosen ya baca komen komen ku.....lanjut ya makasih untuk up nya 🤭 see you ❤️❤️ moga sehat selalu Aamiin 💪💪

2023-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!