Episode 10

Makan malam itu berlalu dengan celotehan Alisa. Raya hanya menanggapinya sesekali saja.

Radit memilih banyak diam.

Tapi diam-diam dia membandingkan kedua gadis di depannya itu.

Raya lebih tenang dan pendam, sedang Alisa bawaannya ceria dan banyak bicara.

Tapi kalau di suruh memilih, Radit tentu saja akan lebih memilih Raya.

 "Untung kau datang, kakak merasa ada teman. Jadi tidak kesepian lagi." ucap Raya.

"Iya, aku mohon maaf banget karena tidak bisa hadir saat pemakaman Oma." jawab Alisa.

Raya hanya tersenyum.

"Tidak apa, yang terpenting itu doanya."

"Oh,ya.. Kenapa kakak bilang tidak ada teman, lalu mas Radit ini di anggap apa?" tanya Alisa.

Raya terdiam.

"Kita masuk, yuk..!" ia sengaja mengajak Alisa masuk untuk menghindari Radit.

"Aku yakin Raya belum bercerita tentang hubungan kita yang sebenarnya kepada Alisa." gumam Radit.

Saat datang Bik Suti, dia menahan tangan wanita itu.

"Bik, aku boleh tau sesuatu?"

'Tentang apa Mas?"

"Alisa.."

"Non Alisa?" Bik Suti duduk di sampingnya.

"Non Alisa adalah sepupu jauh Non Raya, tapi karena sudah dari kecil dan besar bersama membuat mereka sangat dekat."

Radit mengangguk mendengar cerita itu.

"Ada lagi, Mas?"

"Tidak, Bik. silahkan kerja lagi."

Radit kembali ke kamarnya.

Keesokan paginya, Raya sudah bersiap.

"Selamat pagi, Raya..."

Radit menyapanya dengan senyum lebar.

"Pagi.."

"Kau sudah siap berangkat?"

Raya mengangguk.

"Kita berangkat bareng, yuk!"

"Wah, sayang sekali aku tidak bisa. Arya sedang meluncur kesini." jawab Raya menyesal.

"Owh begitu, ya..?"

Raya mengangguk.

Tak lama kemudian klakson terdengar menjerit dari bawah.

Raya bergegas turun.

Radit mengikutinya dari belakang.

"Hay Dit, mau nebeng juga?" Arya meledeknya.

"Ah, tidak. Aku mau naik motor saja." jawab Radit.

"Dit, kau bisa pakai mobilku kalau kau mau?" kepala Raya menyembul dari dalam mobil.

"Terima kasih. Tidak usah."

Perlahan mobil itu meninggalkan halaman rumah mewah tersebut.

Radit menyambar helm nya dan naik ke motor bututnya.

"Tapi Alisa sudah melompat duduk di boncengannya.

"Kau?"

"Iya, aku.." jawab Alisa asal.

"Maksudku, kau mau kemana? Aku sedang buru-buru ke kantor. jadi please, cepat turun!"

Ucap Radit tanpa menoleh kebelakang.

"Kalau aku tidak mau?" tantang Alisa.

Radit terpaksa turun dari motornya dan meletak kan helmnya.

"Kau pergi saja sendiri..!" dengan santainya pria itu meninggalkan Alisa.

Alisa menghembuskan nafas kesal.

"Jangan panggil aku Alisa, kalau tidak bisa menaklukkan hatimu babang tampan."

Radit sudah menyetop taksi, tapi Alisa sudah lebih dulu masuk.

"Maumu apa, sih?" tanyanya kesal.

"Aku mau ikut ke kantor denganmu."

"Kau pikir kantor tempat bermain?"

"Iya, bagi ku, kantor adalah tempat bekerja dan sekaligus bermain. bagaimana? aku boleh ikut?"

"Aku bilang tida juga, sepertinya kau akan memaksa."

"Tepat sekali..! Kau pintar,Mas."

Radit terpaksa satu taksi dengan gadis yang periang itu.

*Sebenarnya kau mau apa ke kantor? Bekerja juga tidak." Radit membuka percakapan.

"Aku ingin melihat kak Raya bekerja. Suatu hari aku juga ingin membantunya di perusahaan."

Radit mengangguk. Ia mendukung niat Alisa.

"Kau benar, kalian harus saling membantu dalam menjalankan bisnis ini."

"Emm, kenapa bicara begitu? Kan ada mas Radit yang akan membantu dan menjaga kak Raya."

"Itu kalau aku masih bisa melakukannya. kalau tidak? Maka itu tanggung jawab mu."

Alisa memandang jalanan..

"Kak Raya sangat cantik, ya?" celetuk nya tiba-tiba.

Radit tidak menanggapinya.

"Sebenarnya, apa arti Kak Raya buat Mas Radit?" Radit terkejut mendapat pertanyaan itu.

"Kita sudah sampai. Ayo turun.." Radit membayar taksinya.

Alisa sendiri merasa kecewa karena Radit tidak menjawab pertanyaan nya.

"Mas, tunggu.. Aku belum hafal tempat ini." Alisa berlari kecil mengejar Radit.

"Ingat, ya..! aku kesini untuk bekerja, bukan untuk menemanimu jalan-jalan!" ucap Radit ketus.

"Iya, iya.. Cerewet banget,..!" sungut Raya pelan.

"Apa barusan kamu bilang?" tiba-tiba wajah Radit sudah di depan matanya.

"Eeeh, aku bilang Mas Radit sangat baik.. Ya sangat baik." ucapnya terkekeh.

"Dasar cewek aneh" ucapnya pelan dan terus melangkah.

Radit menenggelamkan diri dalam pekerjaannya. Sedang Alisa sibuk melihat-lihat seisi kantor.

Tiba saat makan siang. Radit bersiap akan mengajak Raya makan siang,.

"Ray.. Kau sudah istirahat?"

"Iya, ada apa, Dit?"

"Aku ingin menga..."

Tapi disaat itu muncul Arya.

"Hay sayang.. Aku menjemputmu untuk makan siang."

Raya terlihat senang.

"Kebetulan sekali, perutku juga sudah lapar."

"Ayo..!"

Arya menyodorkan tangannya. Dengan senang hati Raya menyambutnya.

"Oh iya Dit. Kalau ada yang ingin kau bicarakan, nanti saja, ya?"

Radit mengangguk kecewa.

Alisa menyaksikan semua itu dengan diam-diam.

"Makan siang, yuk! Aku lapar.." ucapnya dengan tampang memelas.

Radit masih terdiam.

"Please... !"

"Kenapa sih kau selalu muncul di depanku?" Radit terlihat kesal.

"Karena aku suka orang pemarah seperti dirimu." jawab Alisa asal.

Tapi akhirnya Alisa merasa lega karena Radit mau juga pergi dengannya.

***

Aku mau yang ini, yang ini dan yang ini juga." Alisa menunjuk beberapa makanan yang tidak murah.

"Kau lapar atau rakus?" sindir Radit.

"Dua duanya..." jawab Alisa tak perduli.

"Tapi aku tidak punya uang sebanyak itu hanya untuk makan." bisik Radit, ia khawatir di dengar oleh orang lain.

"Hah? Apa kau se susah itu, Mas?" Alisa pura-pura kaget.

"Walaupun aku ada uang, aku tidak akan menghambur-hamburkannya hanya demi makanan." jawab Radit serius.

"Hallah.. Sekali ini juga. Ayo Mas, kau pesan apa?"

"Aku air putih saja."

"Pesan saja, kau jangan khawatir, kali ini aku yang traktir. Tapi lain kali kau harus bayar dengan mentraktir ku."

"Terserah kau saja..!"

"Kau coba yang ini, sayang..!" Radit menoleh ke arah suara itu.

Radit terdiam. Di meja yang tidak jauh dari mereka, Arya dan Raya tengah duduk menikmati makanan mereka.

Sesekali Arya menyuapi Raya. Dengan senang hati gadis itu balik menyuapinya.

Radit terus menatap mereka dengan perasaan tidak suka.

Alisa tau semua itu.

"Mas, Aaaak..!" gadis itu menyodorkan sendok yang berisi makanan kemulutnya.

Radit berusaha menolak tapi Alisa terus memaksa.

"Nah, begitu.. Dong..!" Alisa sengaja mengeraskan suaranya. Benar saja, Raya menoleh kearah mereka.

Radit dan Raya saling pandang.

Saat itu Alisa sengaja kembali menyuapkan makanan.

Radit menolaknya dengan halus.

"Owh, kakak disini juga?" Alisa mendekati Raya.

"Iya, kau sendiri kenapa bisa bersama Radit?"

"Itu, aku kasian padanya, dia tidak ada teman makan. Makanya aku temani." bisik Alisa. Arya dan Radit mengernyit heran. Mereka tidak tau apa yang di bisik kan Alisa.

"Gimana kalau kita gabung saja? Kan seru!" tawar Alisa.

Semua saling pandang.

"Ada yang keberatan?" tanyanya lagi.

"Owh, tidak. gabung saja.." ucap Raya akhirnya.

Dengan berat hati Arya menyetujuinya.

Raya dan Radit Saling diam.

"Owh, ya sayang.. Kau belum mencoba yang ini." Arya menyuapkan makanan ke mulut Raya.

Tapi Raya menolaknya dengan sopan

"Maaf, Ar. Aku sudah kenyang."

Arya menatap Radit dengan penuh kebencian.

Ia beranggapan kalau Raya begitu karena kehadirannya.

"Kalau Mas Radit, pasti belum kenyang. soalnya belum sempat makan sesuatu. Iya, kan?" giliran Alisa yang menyuapkan makanan ke mulut Radit.

"Lis, aku juga sudah kenyang." jawab Radit sambil menatap Raya.

"Ok, ternyata kalian sehati, ya.. kenyangnya barengan lagi." goda Alisa.

Membuat Radit dan Raya salah tingkah

Terpopuler

Comments

Nunung

Nunung

iiihghhh geemeeezzzz aku sama raya dan Arya Thor buat raya cemburu sama radit biar alisha sama radit pura pura pacaran biar raya cemburu dan kalang kabut cemburu buta...makasih dah mau up....semangat 💪💪💪 see you ❤️❤️

2023-11-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!