Malam itu Raya tidak pulang ke rumah.
Hal itu membuat Radit dan ibunya merasa cemas.
"Kemana dia sebenarnya? Ini sudah malam lho, ibu khawatir." keluh Bu Hana.
"Apa dia bilang sesuatu sebelum pergi?" tanya Radit.
"Tidak, hanya saja dia terlihat seperti orang linglung. Ibu sarankan untuk pakai sopir saja,
Tapi dia tidak merespon ucapan ibu." keluh Bu Hana lagi.
"Ibu tenang saja, aku akan mencoba mencari nya."
"Kemana kau akan mencarinya? jakarta ini sangat luas "
"Aku tau dimana biasa dia mangkal bersama Arya."
"Ibu sangat tidak suka mendengar nama itu..." ucap Bu Hana ketus.
"Tapi Raya sangat mencintainya, Bu."
"Cinta? ibu tidak sudi putri ibu jatuh cinta pada pria macam itu."
"Tapi kenyataannya putri ibu juga tidak bisa mencintaiku." jawab Radit putus asa.
"Kau harus sabar, ibu sangat yakin. Suatu saat dia akan menyadari kalau kau lah jodoh terbaiknya."
Radit mengangguk penuh harapan.
Lalu dia mohon diri untuk mencari Raya. dia menyusuri jalanan kota yang ramai.
Tujuannya hanya satu. tempat biasa Arya membawanya.
Tapi setelah bertanya kesana sini, Raya dan Arya tidak ada di tempat itu. Radit termenung sendiri.
"Kenapa mereka tidak ada disini? Kemana Arya membawa Raya?" keluhnya sendiri.
"Mas mencari mba Raya, kan?" tiba-tiba seorang pria menyentuh pundaknya.
"Iya, Mas. Apa Mas melihatnya?" tanyanya penuh harap.
"Dia ada di bar sedang minum sendirian. Cepat ajak pulang, bahaya bagi seorang gadis sendirian di tempat seperti itu. Banyak pria hidung belang yang mengincarnya."
Setelah mengucapkan terima kasih dan meminta alamat bar nya. Radit langsung meluncur.
Benar saja, dia melihat Raya sedang duduk di temani tiga orang pria paro baya.
"Bapak-bapak.. tolong jangan ganggu istri saya..!" Radit masih bisa bersikap sopan.
"Siapa kau datang-datang langsung mengaku suaminya. Aku juga bisa mengaku sebagai suaminya..." ujar mereka mengoloknya.
"Kalau tidak percaya, tanya saja dia.." Radit menunjuk Raya.
"Ray, kau ingat aku, kan? Katakan pada mereka bahwa kita suami istri." Radit menyentuh pipi istrinya.
Raya terlihat linglung. Lalu memperhatikan wajah Radit.
"Siapa kau, enak saja mengaku-ngaku sebagai suamiku. Kapan kita menikah?" ucap nya seperti kehilangan kesadarannya.
"Bapak-bapak dia sedang tidak sadar. Saya bisa menunjuk kan bukti bahwa kami suami istri."
Radit mengeluarkan ponselnya. Lalu menunjukkan photo pernikahan mereka.
"Iya benar dia suaminya." ucap mereka mengeluh.
" Kenapa kau biarkan istrimu di tempat ini?" mereka menggerutu kesal.
Setelah mereka berlalu. Radit berusaha memapah Raya keluar dari tempat itu.
"Aku tidak mau pulang, aku benci rumah itu. Aku benci Radit. Dia lah penyebab kehancuran ku. Aku kehilangan semuanya gara-gara dia..!" Raya terus meracau.
"Kita harus pulang, Ray...!"
" Aku ingin sendiri.. tidak ada lagi yang perduli padaku. bahkan Arya juga sudah tidak mencintaiku. Dia meninggalkanku." Raya terjatuh tidak sadarkan diri. Untung mereka sudah di dalam mobil.
Radit menyelimuti tubuh Raya dengan jaket yang di pakainya.
"Kau sangat menderita karena aku,
Bahkan aku tidak menyangka kalau kau sebegitu bencinya padaku.."
Radit berpikir kalau Raya menderita karena harta itu telah jatuh ke tangannya.
"Apa kau ingin aku mengembalikan hak mu?
Kalau itu bisa mengurangi penderitaanmu, akan aku kembalikan."
Radit terus menunggui Raya yang tidak sadarkan diri.
Telpon dari ibunya pun dia abaikan. Radit merasa bingung menghadapi keadaan Raya.
Paginya.
Raya membuka matanya. dia melihat Radit tertidur dengan bertumpu pada kedua tangannya.
perlahan dia bangkit dan mengingat yang terjadi semalam.
"Bukankah aku sedang menenangkan diri di sebuah bar? kenapa bisa disini bersama Radit?"
Radit juga mulai sadar.
"Ray, kau sudah bangun?" ia menyapa sambil mengusap matanya.
"Kenapa aku berada disini?" tanya Raya tidak mengerti.
"Kau mabuk berat semalam. aku hendak membawamu pulang, tapi entah kenapa aku juga ketiduran."
"Kenapa kau lakukan ini? Harusnya kau biarkan saja aku, mau mati kek, atau apa?"
Radit terdiam.
"Semua gara-gara kau.. !" tuding Raya.
"Aku tau, kau begini karena aku. Seberapa pun besarnya cintaku padamu, tidak akan bisa menghapus kebencian di matamu.
Aku akan mengembalikan semuanya aset itu."
Raya tersenyum sinis.
"Sekarang kita pulang. Ibu pasti sangat mengkhawatirkan kita."
"Aku mau pulang asal ibumu berhenti ikut campur urusan kita."
Radit menatapnya sambil menahan nafas.
"Kenapa kau sangat membenci ibu? Dia sangat menyayangimu." bujuk Radit.
"Sayang? Ibumu sayang padaku? Yang ada dia malah mengutuk ku karena aku sudah menyusahkan mu." ucapnya geram.
Radit menggeleng melihat kerasnya hati Raya.
"Baiklah, setelah ini kau tidak akan mendengar omelan atau nasehat ibuku lagi. aku janji."
Raya tersenyum lega.
"Aku harap kau menepati janji mu. Karena janji seorang pria adalah harga dirinya." ucap Raya tersenyum sinis.
Raya menurut saat Radit mengajaknya pulang.
Sampai di rumah, Bu Hana menyambut mereka.
"Syukurlah kalian tidak apa-apa. ibu sangat khawatir, kalian tidak bisa di hubungi."
Raya langsung melenggang ke kamar nya.
"Raya.. Ibu belum selesai bicara, Nak.." Raya tidak perduli pada teriakan Bu Hana.
"Tidak usah pura-pura baik padaku. aku tidak butuh itu." ucap Raya setengah berteriak.
Bu Hana ingin bicara lagi. Tapi Radit mencegahnya.
"Biarkan dia istirahat, Bu."
"Ini tidak baik. Kau selalu menghalangi ibu mengatakan hal yang sebenarnya." sesal Bu Hana.
Radit pergi ke kamarnya dengan wajah murung. Tekatnya sudah bulat. Dia akan melepaskan semua yang sudah menjadi miliknya saat ini.
***
Di tempat lain.
Arya sedang duduk dengan gelisah di sebuah warung pinggir jalan.
Dia sedang mencari sosok Aisyah yang dia tinggalkan di tempat itu beberapa bulan yang lalu.
"Apakah dia masih hidup? Lalu bagaimana keadaannya?" pertanyaan itu berkecamuk dalam otaknya.
Dia duduk dengan beberapa pengunjung lainnya.
Beberapa kali panggilan dari Raya dia abaikan.
" Den mau minum apa?" sapa seorang wanita cantik penjaga warung.
"Kopi saja..!" jawabnya acuh. Tempat itu memang terletak agak di perkampungan.
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara ribut-ribut.
seorang pria sedang memukuli seseorang.
"Dasar pencuri. berani sekali dia mengambil roti ku." teriak peria pemilik warung itu.
Arya melihat sosok hitam dekil dengan rambut gimbalnya yang panjang sedang duduk menangis sambil memegangi perutnya yang buncit.
Dada Arya berdesir. Dia bisa mengenali sosok itu.
"Aisyah..!" walaupun terlihat Kumal tapi masih terlihat sisa kecantikannya.
Beberapa orang mengusirnya dengan kejam.
"Aku heran, siapa yang Sudi menanam benih pada wanita gila seperti dia.." ucap mereka tertawa. Arya menelan ludahnya sendiri.
Apa kata mereka kalau sampai mereka tau dirinya lah ayah dari bayi yang di kandung orang gila itu.
"Sudah lah bapak-bapak. Percuma menyakitinya. Dia, kan orang gila. Biarkan dia pergi." ucapnya berpura-pura mengusir Aisyah.
Arya menuntun gadis itu menjauh dari kerumunan.
Aisyah menurut saja.
Ia membawa gadis itu ketempat yang agak sepi.
Arya melirik perut buncit Aisyah.
"Aku sangat bersalah padamu. Bagaimana caranya aku menolongmu dari keadaan ini?" keluhnya dalam hati.
"Kau duduk dulu di sini." Arya berlari ke mobil nya.
Saat kembali, di tangannya sudah ada makanan yang memang sudah dia siapkan dari rumah.
"Kau lapar, kan? Makan lah..!" Aisyah menyambar roti yang di ulurkan oleh Arya.
Mulutnya sampai belepotan karena makan dengan tergesa.
"Pelan-pelan saja makannya, aku masih punya banyak." Arya juga memberikan botol minuman.
Setelah kenyang, gadis itu tertidur di tempatnya duduk.
Arya memandanginya dengan prihatin.
"Bagaimanapun, anak yang di perutnya itu adalah anak ku.." hatinya begitu bimbang.
Kalau dia menolong Aisyah saat ini dan keluarganya sampai tau kalau gadis itu mengandung anaknya. Dia pasti akan di bunuh oleh ayahnya, belum lagi dia harus siap menghadapi kemarahan Radit dan keluarganya. Lalu Raya, apa yang akan dia katakan pada Raya?
Tapi kalau dia membiarkannya, rasa bersalahnya akan semakin besar.
Arya menutupi tubuh Aisyah dengan selembar kain. Ia meninggalkan gadis itu dengan persediaan makanan yang cukup banyak di sampingnya.
"Saat ini aku belum bisa menolongmu, tapi aku akan datang lagi untuk melihat keadaan mu." bisiknya seolah pada diri sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Nunung
Makan tuh raya warisan dari Oma Safira ...walaupun bukan hak kamu , itu semua mutlak milik Radit....dan kamu Arya kamu pasti kena karma karena melecehkan dan membuat Aisyah hamil.....aku mohon satukan Arya dan Aisyah kahan .see you ❤️❤️ moga sehat selalu Aamiin,
2023-11-29
0