Walaupun dalam keadaan sedih dan galau karena adiknya belum ada kabar, Radit tetap memenuhi janji dan tanggung jawabnya pada Raya.
Hingga dia berhasil mendapatkan bukti bahwa Fandi sudah menggelapkan uang perusahaan, lalu dia melakukan kesepakatan dengan seorang wanita untuk membeli bahan baku produk yang tidak asli.
Hal itulah yang membuat perusahaan merugi, penjualan merosot karena konsumen meragukan produk mereka.
Fandi terbukti sengaja melakukannya untuk menjatuhkan Raya.
Setelah melihat semua itu, Raya merasa sangat geram.
"Aku tidak menyangka, orang yang ku anggap sebagai saudara sendiri tega menikam ku dari belakang." ucapnya sangat marah.
Fandi juga mengakui kalau semua itu adalah rencananya. Ia merasa tidak puas atas keputusan Oma. Ia merasa dirinya lah yang paling berjasa dalam membesarkan perusahaan itu, lalu kenapa harus Raya yang masih anak ingusan yang menduduki kekuasaan tertinggi?
Ia juga terbukti beberapa kali ingin menghabisi Raya. Termasuk tentang pizza yang telah di bubuhi racun.
Raya merasa malu karena telah menuduh Radit mengada-ada saat itu.
Akhirnya Fandi di pecat dengan tidak hormat.
Selain itu dia juga tidak bisa lari dari jeratan hukum.
"Terimakasih, karena kau sudah berhasil menyelamatkan nama baikku." ucap Raya sambil menjabat tangan Radit.
Radit hanya tersenyum. wajahnya terlihat kuyu.
Selain mengurus masalah kantor, dia juga harus bolak balik ketempat ibunya yang sendirian setelah kepergian Aisyah.
Ibunya pun mulai sakit-sakitan.
Radit berpikir akan membawa ibunya tinggal bersamanya di tempat Raya.
"Ray, aku ingin membicarakan sesuatu."
Radit menghampiri Raya di kamarnya.
"Tentang apa? Bicara saja." jawab Raya acuh.
"Ibuku sakit-sakitan, setelah kepergian Aisyah, dia sendirian di rumah..."
"Lalu?"
"Apa boleh aku mengajak ibuku tinggal disini?"
Raya menatap matanya.
"Aku sih, tidak keberatan. Tapi apakah ibumu sudah tau kalau kita sudah menikah pura-pura?"
Radit menggeleng.
'Lalu kau akan menjawab apa kalau dia bertanya apa hubunganmu dengan rumah ini? Aku takut setelah dia tau apa yang sebenarnya terjadi."
Radit termenung sejenak. Ia membenarkan ucapan Raya, apa tanggapan ibunya nanti saat dia tau kalau dirinya selama ini tinggal d rumah megah itu. dia pasti bertanya apa hubungan dirinya dengan rumah itu.
"Kalau kau merasa tidak nyaman ibuku tau tentang kita, aku akan pura - pura kita hanya bos dan karyawan, bagaimana?"
"Kalau kau merasa itu paling aman, ya sudah. Bawa saja ibumu kesini. "
"Terimakasih, Raya.." ucap Radit bersungguh-sungguh.
"Tidak usah berterimakasih, anggap saja sebagai ucapan terima kasihku karena usahamu menyelesaikan masalah di perusahaan."
Padahal dalam hati, Radit berharap suatu saat bisa membawa Raya kepada ibunya sebagai menantu yang sesungguhnya.
Tapi keadaan berkata lain.
"Kamu mau bawa ibu kemana, Dit? biar saja ibu disini. Ibu juga tidak ingin nantinya menganggu pekerjaanmu." ucap ibunya khawatir saat Radit mengutarakan maksudnya.
"Ibu, ibu tidak mungkin tinggal sendiri. Ibu juga belum sehat benar. Tenang saja, di tempat Radit bekerja orangnya sangat baik. Ibu akan senang tinggal di sana." bujuknya lagi.
"Benar ibu tidak akan menganggu pekerjaanmu?"
Radit mengangguk
Seminggu sudah Aisyah pergi tanpa kabar berita. Hal itu sangat menggoncang perasaan wanita itu. Radit sangat mengerti apa yang di rasakan ibunya itu.
"Kita akan terus cari Aisyah, Bu." ucapnya menghibur.
***
Radit membawa Ibunya kerumah Raya.
"Dit, rumah siapa ini? Besar sekali?"
"Ini rumah bos nya Radit, Bu."
"Lha, terus, kamu kerjanya disini juga? sebagai apa?"
Radit tersenyum melihat kepolisan ibunya.
Radit kerjanya di kantor, tapi tinggalnya disini. Disini juga Radit tidak tinggal sendiri. Ada Raya pemilik rumah ini, ada juga Alisa, dia adiknya Raya. Ada bik Suti yang kerjanya memasak dan beberes. Ada juga pak min tukang kebon dan masih banyak lagi."
"Oh, gitu to.. lalu ibu kerja apa?"
"Ibu disini bukan untuk bekerja, cukup Radit yang bekerja."
Bik Suti datang menyambut mereka.
"Selamat datang ibunya mas Radit...!"
"Terimakasih.." jawab wanita itu sopan.
"Terima kasih, Bik. Yang lain mana?" bisik Radit.
"Non Raya?" Bik Suti ikut berbisik.
Radit mengangguk.
"Biasa, Mas.. kayak ngga tau dia saja. jam segini non Raya itu pasti keluar sama si kelelawar."
Radit mengerti maksud Bik Suti. Dia memang menjuluki Arya dengan kelelawar.
"Selamat datang ibu..!" tiba-tiba Alisa datang dan mencium tangannya.
"Saya Alisa." ucapnya ramah.
"Oalaah.. Namanya cantik seperti orangnya." puji ibunya Radit.
"Kau tidak kerja, Lis?" Radit merasa heran melihat Alisa masih di rumah.
"Aku sengaja pulang dulu untuk menyambut kedatangan ibu mu." jawab Alisa dengan riang.
Radit mengerutkan keningnya.
"Wes, tidak usah di pikirkan. pekerjaan jadi aktivis itu tidak terikat, jadi bisa kita yang atur."
Mereka beriringan masuk rumah.
Bu Hana tidak berhenti berdecak kagum saat melewati bagian dalam dari rumah itu.
Tiba-tiba matanya tertegun saat melihat photo Oma terpampang di sana.
Raut wajahnya berubah.
"Ada apa Bu?" bik Suti merasa heran.
"Oh tidak apa-apa,.slayok..!" ia mengelak dari pertanyaan bik Suti.
Radit dan Alisa sedang terlibat dalam percakapan seru, mereka tidak mengetahui perubahan wajah Bu Hana.
"Nah, ibu tinggal di kamar ini." ucap Radit.
Kamar itu bersebelahan dengan kamar Bik Suti.
Alisa merasa heran.
"Kau apa-apaan? Masa ibu mau tinggal di kamar paling belakang.?"
"Tidak apa-apa, Nak. Ini juga sudah lebih dari cukup." Bu Hana merendahkan diri.
Alisa mengambil tas wanita itu dan membawanya ke kamar atas.
"Lis, kau bawa kemana. Ibu?" Radit mengejarnya.
"Kau keterlaluan, Mas. masa ibumu kau tempatkan di kamar pembantu." omel Alisa.
"Tapi, Raya..." Radit tidak meneruskan ucapannya.
"Kak Raya akan marah? Tidak akan! Biar aku yang bicara padanya." ucap Alisa berkeras
"Nah, ibu tinggal disini. di sebelah ini kamar saya, yang itu kamarnya kak Raya. Dan yang ini kamarnya Mas Radit." Alisa menunjuk satu persatu.
"Tapi, Nak Alisa. Kamar ini terlalu bagus. Ibu takut malah tidak bisa tidur nantinya." jawaban polos ibunya membuat Radit tersenyum.
"Ibu harus biasakan, ya..?" ucapnya sambil memeluk wanita yang telah melahirkannya itu.
"Ibu istirahat saja. Mas aku mau balik ketempat kerja." ucap Alisa mohon diri.
"Anak yang sopan dan manis..!" ucap Bu Hana lirih.
"Ibu bilang apa?" Radit penasaran dengan gumaman ibunya
Wanita itu hanya menggeleng.
Sore harinya, Raya baru pulang dari berpergian bersama Arya.
Di teras, dia berpapasan dengan Bu Hana yang sedang menyiram tanaman.
Raya tertegun sesaat.
Bu Hana yang menyadari kedatangan Raya langsung membungkuk memberi hormat.
Raya membuka kaca matanya.
Bu Hana takjub melihat kecantikan gadis itu.
"Mungkin ini ibunya Radit .." ucap Raya dalam hati
Raya hanya mengangguk kecil dan kembali melangkah masuk.
"Gadis itu sangat cantik.. Wajahnya mengingatkan aku pada seseorang.." ucap Bu Hana penuh kekaguman.
Alisa mendekati Bu Hana yang asik menyiram.
"Rajin sekali, Bu." sapanya dengan hangat.
"Ibu tidak enak hanya diam saja disini... Kami, kan hanya numpang."
"Siapa bilang ibu numpang? Mas Radit, kan..." Alisa hampir saja keceplosan.
Dia langsung menutup mulutnya.
"Radit kenapa, Nak Alisa?"
"Maksud saya, kenapa ibu merasa numpang disini, Mas Radit kan bekerja juga."
Bu Hana terlihat bingung dengan penjelasan Alisa.
"Sudahlah, jangan di pikirkan. Itu saya bawakan teh hangat untuk ibu. Kita duduk disana, yuk." ajak Alisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Nunung
Jangan bilang keluarga mereka saling kenal dan mereka ....sudah di jodohkan dari kecil...aku gak bisa komen apa apa lagi Thor terserah anda aku mengikutimu...makasih lopyou ❤️❤️ semangat 💪💪 ya
2023-11-17
0
Holipah
belagu si raya nnti nangis2 ,😅
2023-11-16
0