Episode 12

"Diam...! Kau harus menyalahkan kakak mu atas semua ini. Kau tau? Dia, kakakmu itu sudah merebut cintaku, harta Karun ku dariku!"

Aisyah yang di bungkam mulutnya tidak bisa bersuara.

"Kakakmu sok jagoan...!" ucap Arya lagi dengan sengit.

"Kenapa? Kau tidak terima? Memang benar, dia pecundang dan benalu."

Aisyah meronta dalam ikatannya.

"Baiklah, aku juga ingin mendengar suaramu."

Arya membuka ikatan pada mulut gadis itu.

"Siapa kau sebenarnya? Kenapa begitu membenci Mas Radit?"

"Kau mau tau? Dia adalah pecundang. Kau dan ibumu pasti berpikir kalau selama ini dia sudah bekerja untuk mendapatkan uang yang di berikan nya kepada kalian. asal kau tau, dia mendapatkan uang itu dengan menjual harga dirinya." Mata Aisyah terbelalak.

"Dia sudah mau menjadi suami pura - pura dari kekasihku demi sejumlah uang." lanjut Arya sambil tersenyum penuh ejekan.

"Aku tidak akan pernah percaya dengan omonganmu. Aku tau persis bagaimana kakak ku." teriak Aisyah tidak terima.

"Kau butuh bukti? Iya?" Arya memegang hijab Aisyah dari belakang dengan kasar.

Lalu menunjukkan photo pernikahan Radit dan Raya.

"Kau masih belum percaya juga?"

Aisyah merasa shock.

'Mas Radit... Apakah semua itu benar?" air mata mulai mengalir dari sudut matanya.

"Kau pasti bohong. Mas Radit tidak pernah bercerita pada kamui bahwa dia sudah menikah."

"Tentu saja, karena memang pernikahannya hanya pura-pura. Dia tidak mau membuat kalian hancur kalau mengetahui hal yang sebenarnya."

"Lalu apa maumu dengan menyekap ku seperti ini?"

"Aku ingin Radit juga merasakan sakit yang aku rasakan karena kehilangan orang yang kita cintai."

"Kau sudah tidak waras, apa yang akan kau dapatkan dengan menyekap ku seperti ini?"

"Tentu saja aku akan mendapatkan kepuasan." ucap Arya tersenyum penuh kemenangan.

 Aisyah di sekap di sebuah villa terpencil milik orang tuanya. Arya tidak sendirian. dia bersama dua orang teman sekaligus anak buahnya.

Dia sangat kecewa karna Raya mulai berpaling ke Radit, itu yang dia rasakan. hal itulah yang membuatnya berbuat nekat dengan menculik Aisyah.

"Aku akan pulang malam ini, kalian jaga gadis itu baik-baik. Jangan sampai kabur atau terjadi sesuatu padanya!" ia memberi instruksi pada anak buahnya.

"Siap, Bos..!"

Setelah itu, dia langsung pulang ke jakarta.

Sementara itu , Radit dan ibunya merasa putus asa karena Aisyah belum juga ketemu. Polisi juga kesulitan melacak keberadaan nya.

Di samping itu dia juga sedang menghadapi masalah di kantor.

Alisa selalu memberinya semangat. Di juga yang selalu menunggu kepulangannya walaupun sampai larut malam. Sedangkan Raya, dia tetap cuek walaupun sudah tidak terlalu membencinya juga.

Seperti malam itu,

Alisa membukakan pintu untuk Radit.

Wajah Radit yang terlihat lelah sangat membuatnya iba.

"Belum ada kabar juga?"

Radit menggeleng lemah.

"Silahkan kau ganti baju dulu, biar aku hangatkan makanan. kau pasti belum makan." ucap Alisa tegas.

'Terima kasih, tidak usah repot begitu, ini sudah malam, kau tidurlah...!" elak Radit.

"Jangan membantah! Ini perintah." ucapnya tersenyum.

Radit menurutinya.

Setelah dia mengganti bajunya, dia kembali keruang makan.

Alisa dengan setia menungguinya makan.

"Walaupun kita sedang ada masalah. jangan sampai kita lupa makan."

Radit hanya tersenyum kecil mendengar wejangannya.

Saat itu Raya terbangun dari tidurnya. ia merasa tenggorokannya sedikit kering.

Ia meraih gelas di meja.

"Aah, airnya habis.." ucapnya malas.

Saat di liriknya jam di dinding sudah menunjuk pukul dua belas.

"Terpaksa aku kedapur mengambil air."

Dengan malas dia menuruni tangga hendak kedapur.

Tapi apa itu? Dia heran melihat lampu ruang makan masih menyala.

"Bik Suti pasti lupa mematikan lampunya." gumam Raya terus melangkah.

Tapi dia spontan menarik langkahnya kembali saat melihat Radit sedang makan di temani Alisa.

"Apa yang mereka obrolkan malam-malam begini?" pikirnya

Dengan penuh perhatian Alisa menuangkan air minum di gelas Radit.

Hati Raya merasa panas juga melihatnya.

Bergegas dia menghampiri mereka.

"Kalian belum tidur? Kelihatannya sedang asik mengobrol, aku mengganggu, ya?"

"Raya..? Kau belum tidur juga?" sapa Radit heran.

"Bukan belum tidur, tapi terbangun dari tidur. aku mau mengambil air putih. Tentunya aku tidak sekuat Alisa yang bergadang." sindirnya lagi.

"Kau salah paham, kak. Aku sedang mengerjakan proyek ku yang belum kelar. Kebetulan aku belum bisa tidur saat Mas Radit datang. aku pikir apa salahnya panaskan makanan untuknya, menolong orang itu ladang pahala lho , kak." jawab Alisa dengan wajah lugunya.

"Kau tidak salah, Lis. Jangan salah tingkah begitu." sindir Raya lagi.

"Alisa benar, Ray. Dia hanya perhatian dengan masalah yang sedang ku hadapi. Mana Aisyah belum ketemu lagi.." keluh Radit.

"Oh begitu, ya? maaf, mudah-mudahan adikmu bisa cepat ketemu."

"Terima kasih Ray... Kau sudah mau mengerti." ucap Radit.

"Tapi aku juga mau masalah di kantor cepat kelar, waktunya tinggal empat hari lagi." ucap Raya cepat.

Alisa menatapnya tidak suka.

"Kak, kau tidak lihat wajahnya yang layu karena kurang tidur? Itu karena menanggung beban yang berat. Adiknya hilang. Kau masih mau membebaninya dengan urusan kantor?"

"Kau tidak tau apa-apa, jadi sebaiknya diam saja." ucap Raya ketus.

Ia tidak senang karena Alisa mulai berani menentangnya.

"Tapi...!"

"Sudah..! Kalian jangan ributkan itu lagi. memang benar, masalah di kantor itu aku yang bertanggung jawab." matanya kearah Alisa.

"Dan kau, Ray. Kau tidak usah khawatir, walaupun aku sedang ada masalah pribadi, urusan kantor tetap aku nomor satukan." Radit langsung melangkah ke kamarnya.

Raya juga ikut meninggalkan tempat itu.

Tinggal Alisa sendiri menahan geramnya.

"Kak Raya keterlaluan, ya.." ucapnya gemas.

***

"Pagi sayang...!" Raya langsung memperhatikan layar ponselnya, ternyata Arya yang menelpon. Barusan dia hanya asal terima saja.

"Kapan kau pulang? kerjaannya sudah rampung?"

"Iya, urusannya bisa kelar lebih cepat dari yang aku perkirakan, karena itu aku bisa pulang cepat."

"Aku jemput, ya,?"

"Boleh.." jawab Raya. Ia ingin menumpahkan kekesalannya semalam dengan membuat Radit panas.

Saat sarapan, Raya, Radit dan Alisa saling diam. masing-masing merasa gengsi untuk memulai percakapan.

"Mas, hari ini kau masih melanjutkan pencarian Aisyah?" tanya Alisa.

"Iya, Lis. Tapi sebelumnya aku mau mengurus urusan kantor dulu." jawab Radit.

Raya diam menyimak sambil menyuap sarapannya.

"Mas, aku sudah minta bik Suti menyiapkan makan siang buatmu, aku yakin kau tidak akan sempat keluar untuk makan siang." ucap Alisa perhatian.

"Terima kasih, kau tidak usah repot-repot. Aku bisa jaga diri "

Raya membuang mukanya. Ia merasa muak dengan obrolan kedua orang di depannya itu.

"Ray, kau berangkat dengan siapa?" Radit berusaha mencairkan ke kakuan di antara mereka.

"Aku bisa pergi sendiri... Kau tidak perlu pikirkan itu " jawab Raya bangkit dan mengambil tas kerjanya.

"Fokus saja pada tanggung jawabmu di kantor." ucapnya sebelum melangkah keluar.

Radit hanya terdiam.

Di saat yang sama, Arya datang dan langsung di sambut dengan tangan lebar oleh Raya.

"Kau datang di saat yang tepat sayang, aku lagi butuh sopir hari ini." ucapnya dengan manja sambil melirik Radit.

Arya menyambutnya dengan tak kalah mesranya. Alisa dan Radit hanya terdiam mematung.

Terpopuler

Comments

Nunung

Nunung

Semoga cepat dapat karmanya raya atas perbuatanmu yang selalu menyakiti hati suamimu sendiri ...sabar ya Radit semoga hatimu diberikan keluasan dan kesabaran hati , dan untukmu Arya semoga kamu dapat musibah yang akan menyadarkan mu...makasih Thor dah mau up see you ❤️❤️ semangat 💪💪 ya moga selalu sehat Aamiin.

2023-11-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!