Satu Persinggahan

Satu Persinggahan

Episode 1

"Awas, ya. Jangan berani melewati batasanmu. kau bukan suamiku sebenarnya...!"

Raya menatap pemuda di depannya dengan tajam.

"Tapi kau sudah jadi istriku, Ray.."

"Itu di mata orang-orang. Dan ku harap kau masih ingat perjanjian kita." ucapnya ketus lalu meninggalkan Radit sendirian di kamar yang megah itu.

"Eeh... Enak saja tidur di kasur...!" suara bentakan Raya mengusik telinga Radit yang sudah pulas. Acara siang tadi cukup menguras tenaganya. Hingga saat Raya keluar meninggalkannya, dia memutuskan untuk tidur di ranjang yang empuk itu.

"Ada apa sih, ini masih malam. Kenapa kau ribut-ribut? Nanti apa pikiran Oma, coba? Di kira aku bermain terlalu kasar..." ucap Radit sambil tersenyum simpul.

"Dasar otak ngeres. Jangan berani membayangkan sesuatu tentang diriku. Hih jijik..!" ucap Raya dengan angkuhnya.

Raya langsung naik ke ranjang kebesarannya.

Ia tidak perduli pada pria yang baru saja di nikahinya. Radit sendiri berdecak kagum menatap Raya.

Gadis itu terlihat sangat cantik di matanya malam itu. rambut yang tergerai dengan leher jenjangnya yang putih mulus bak porselen.

Radit menelan ludahnya tersendiri.

"Bagaimana cowok sekampus tidak tergila-gila padanya, dia seperti bidadari..."

Batin Radit.

"jaga matamu! Pikirkan saja kalau esok hari kau harus keluar dari rumah ini karena perjanjian kita telah usai. dengan apa kau akan membiayai keluargamu." ledek Raya dari dalam selimut.

"Itu urusanku. Tapi ngomong-ngomong, terimakasih, kau sudah perhatian pada keluarga ku." ucap Radit senang.

Raya mendengus kesal.

Dia hanya ingin mengingatkannya, eh malah di anggap perhatian. Sial, pikirnya.

Radit memandang ke Kanan dan kirinya. Tidak ada yang bisa di pakainya untuk alas tidur. bahkan satu bantal saja Raya tidak memberikannya.

Lalu ia memberanikan diri membuka lemari yang ada di pojokan.

Disana dia menemukan bad cover.

"Lumayan lah untuk melewati malam ini." ia bergumam sendiri.

Radit merebahkan tubuhnya di atas bad cover itu. Ia menyilangkan tangannya di bawah kepala sebagai bantal. di tatapnya langit-langit kamar itu .Ia merasa sangat beruntung dapat menikah dengan gadis idaman hatinya. Tapi dia juga merasa sedih karena pernikahan mereka di landasi suatu perjanjian.

Walaupun sebenarnya pernikahan mereka hanyalah sandiwara. Itu menurut Raya, tapi bagi Radit, pernikahan adalah untuk seumur hidup.

 Ia menganggap prosesi pernikahannya adalah sah karena cukup syarat dan rukun nya. setidaknya itu yang dia dengar dari guru ngajinya di kampung.. Ia tidak perduli kalau Raya menganggapnya hanya pura-pura.

Radit menyipitkan matanya saat merasakan

sebuah bantal menimpuk kepalanya.

'Bangun! Jangan enak-enakan. ingat, disini kau bukan lah seorang menantu tapi pesuruh ku."

Radit menatap kaki jenjang di depannya sambil menguap panjang. terus keatas, dan dia melihat Raya sudah berkacak pinggang di depannya.

"Bisa ngga lembut sedikit pada suami mu?" ucap Radit sambil beringsut duduk.

"Lembut katamu, aku memang begini adanya.

Sudahlah, Itu tidak penting. Sekarang cepat kau bersiap, pakai baju yang rapi. Oma mengajak kita sarapan."

Radit berdiri dengan malas.

beberapa saat kemudian dia sudah berdiri di depan istrinya.

Mata Raya melotot kearahnya.

"Apa ini? Apa kau tidak punya baju yang lebih keren dikit dari ini?" Raya mengguncang kaos pendek yang di pakainya.

Radit mendesah panjang.

"Aku tidak sempat membawa baju yang lain. Kau tau sendiri, pernikahan kita mendadak. Bahkan kedua orang tuaku saja belum tau."

 "Aah, aku tidak mau dengar alasan apapun. Pokoknya menghadap Oma itu harus rapi, kau tau? Oma membenci Arya justru karena style nya yang kurang cocok buat Oma. Jangan sampai aku di keluarkan dari list anggota keluarga gara-gara dirimu."

Ucapnya panjang lebar.

"Tunggu sebentar,." ucapnya mengambil sesuatu dari lemari.

"Pakai ini, kayaknya pas di badanmu."

Radit masih menatap pakaian di tangannya.

"Itu pakaian Arya yang waktu itu ketinggalan di mobil." ucap Raya seolah bisa membaca pikiran Radit.

Meskipun ada rasa tidak suka setiap kali Raya menyebut nama Arya. namun dirinya tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah rapi, mereka turun kelantai bawah dimana Oma sedang menunggu pasangan pengantin baru itu. Merasa di perhatikan oleh Omanya. Raya memasang senyum mesra kearah Radit.

"Gandeng tanganku.." bisiknya lirih sambil tetap tersenyum.

"Apa?" Radit tidak mendengarnya.

"Gandeng tanganku, atau Oma akan tau sandiwara kita."

Dengan senang hati Radit menggandengnya.

"Jangan berlebihan..!" umpat Raya namun berusaha tetap tersenyum di depan Omanya.

"Oma sudah baikan?' Raya mendekati orang tua itu.

"Duduk lah...!"

Raya dan Radit duduk berdampingan.

Mata orang tua itu menatap Radit.

"Mulai hari ini kamu ikut Raya ke kantor."

"Hah? Buat apa, Oma?" Raya merasa cemas. Kalau Radit sampai muncul di kantor, semua temannya akan tau kalau mereka adalah suami istri. Dan Raya tidak mau itu terjadi.

"Tentu saja, Oma menyuruhmu menikah tujuannya agar ada yang mendampingi mu dalam mengelola bisnis kita. Oma pikir Radit bisa belajar untuk itu."

Selama sarapan, wajah Raya terus cemberut. Ia tidak mungkin membantah ucapan Oma nya.

Kalau itu ia lakukan, Oma pasti mengancam akan menarik hak ahli waris satu-satunya dari dirinya.

"Oma memang keterlaluan..!" omelnya kesal.

Radit yang mengekor di belakangnya mendengar keluhannya.

"Menurut mu bagaimana? Aku ikut atau tidak?"

"Kalau tidak ingin Oma curiga, kau harus membawaku."

"Terserah..!" jawab Raya jengkel.

"Tapi ingat.. Jangan sampai orang kantor tau bahwa kita sudah menikah."

Radit mengangguk pasrah.

"Berhenti di sini!" tiba-tiba Raya menyuruhnya berhenti di sebuah tempat.

"Kenapa?" Radit merasa heran.

"Apa kau pikir pantas mengantar ku dengan pakaian seperti itu?"

tanpa menunggu reaksi Radit, gadis itu sudah masuk ke sebuah toko besar yang khusus menyediakan fashion pria

Raya duduk menunggu saat Radit mencoba beberapa kemeja.

"Bagaimana?" Radit muncul dengan setelan lengkap dengan sepatunya. Ia terlihat gagah dengan kostum itu.

Raya sampai pangling di buatnya.

Namun dengan cepat ia menepisnya.

"Biasa, tapi tidak jelek juga." ucapnya cuek.

Mereka sampai di kantor. Radit membukakan pintu mobil untuk Raya.

,"Ingat jangan malu-maluin!" oh, ya . Kau tidak usah ikut masuk. selama aku kerja. Kau boleh kemana pun kau mau. Asal saat aku butuhkan kau sudah siap disini." pesannya lagi.

"Jadi sekarang aku sopir mu?"

Raya mengangguk.

"Hanya itu pekerjaan yang pantas buatmu."

"Lalu perintah Oma?"

"Oma tidak akan tau kalau kau tidak cerita."

Radit mengangguk.

"Selamat pagi, Ray.." seorang pemuda berlesung pipi menyapanya ramah.

"Pagi, Fandi." Jawa Raya dengan ramah.

Membuat Radit merasa heran.

"Degan orang lain dia bisa bersikap manis, tapi denganku?"

Fandi menatap Radit, lalu berpindah ke Raya.

"Siapa dia? pegawai baru?"

Raya menggeleng cepat.

"Dia sopir ku." ucap Raya tanpa beban.

Radit mengangkat wajahnya menatap mata Raya. Tak sedikitpun ada rasa bersalah di sana.

"Oowh, aku pikir kekasihmu atau siapa lah.."

"Bukan! Masa dia kekasihku." bantah Raya menepiskan tangannya.

Raya mengajak Fandi masuk, ia membiarkan Radit yang berdiri menatapnya.

Radit meninggalkan tempat itu dengan membawa mobil Raya.

💞Minta dukungannya ya say

Terpopuler

Comments

Nunung

Nunung

Akh keren Thor pernikahan kontrak yang pada akhirnya jadi bucin sendiri...cuma kasihan Aditia nya Thor ....see you Thor lopyou untukmu atas karya barumu ❤️❤️

2023-10-30

0

Holipah

Holipah

lanjut Thor

2023-10-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!