Episode 6

Dengan hati kesal, Radit memacu mobilnya pulang. ia langsung menuju ke kamarnya.

Ia melihat Raya sudah tidur dengan pulas.

"Sungguh tega hati mu berbuat ini padaku.." bisiknya sambil menatap gadis itu.

Setelah mengambil jaket dari dalam tasnya. Radit pergi kerumah sakit dengan motornya sendiri.

Sebelumnya dia sudah mengirim pesan pada Oma tentang keadaan ibunya. dia juga minta ijin untuk tinggal dalam beberapa hari.

"Ais.. maafkan mas Radit karena baru datang. Bagaimana keadaan ibu?"

"Tenang, Mas. Ibu sudah dapat penanganan dokter."

 Mereka duduk terpekur.

Diam-diam Aisyah melirik Kakaknya.

Ia merasa kalau Radit agak kurusan. rambutnya juga gondrong seperti banyak beban yang sedang di tanggung nya.

"Mas, kau tidak usah khawatir. Ibu sudah baik-baik saja. sekarang juga sudah boleh pulang, kok." hibur Aisyah sambil menggenggam tangan kakaknya.

"Kalau begitu ayo kita temui ibu."

Setelah berbincang dengan dokter, mereka membawa ibunya pulang kerumah.

Setelah cukup lama mereka mengobrol. Radit mohon diri untuk beristirahat.

"Ais, Mas Radit mau tidur sampai pagi, Jangan ganggu dulu."

"Memangnya Mas tidak kerja?"

Radit terdiam. Ia teringat perlakuan Raya padanya. Ada perih di hatinya.

"Hari ini Mas,libur."

 Saat itu waktu sudah menunjuk pukul tiga dini hari.

Aisyah Membiarkan kakaknya istirahat.

Sementara itu, Raya yang baru bangun, membentangkan kedua tangannya

Ia bangkit dengan ceria. Tak seperti hari biasanya. Ia merasa sangat lega.

"Aku merasa lega dan bebas pagi ini. Kenapa, ya?" ia bertanya sendiri

"Apa karena tidak melihat tubuh Radit meringkuk di pojokan itu?"

Tiba-tiba ia teringat Radit yang biasanya masih meringkuk di pojok kamarnya."Dimana dia?" Raya kembali teringat kejadian semalam.

"Ray, biar aku antar pulang.' ucap Arya kepadanya.

"Serius? tapi.. Bagaimana dengan Radit?"

"Perduli amat. ini saatnya kita kerjain dia."

Arya membisikkan sesuatu.

Akhirnya Raya setuju dengan usul Arya. Diam-diam dia keluar dari tempat pesta dengan memakai jaket dan topi dari seorang temannya. otomatis Radit tidak bisa mengenalinya.

Raya membiarkan Radit menunggunya.

Saat mau kekamar mandi, matanya menangkap kunci mobil sudah berada di tempatnya.

"Jadi dia sudah pulang? Lalu di mana dia sekarang?"

Raya tidak ambil pusing dengan ke tidak munculan Radit pagi itu.

Tapi Oma menanyakannya saat mereka sarapan.

"Dimana Radit, kenapa dia tidak ikut sarapan bersama kita?"

"Tidak tau juga, Oma. Kunci mobil sudah ada di tempatnya. tapi dia tidak nongol. Mungkin juga masih kelayapan di luaran sana. Makanya, Oma jangan tertipu dengan penampilan polosnya itu." jawab Raya acuh.

Oma Safira yang sebenarnya sudah tau keberadaan Radit hanya ingin menguji Raya.

"Kenapa kau bicara begitu, Ray? Bagaimanapun sekarang dia itu suami mu."

"Tau, ah Oma. belain saja terus." sungutnya tidak suka.

Raya terpaksa menyetir sendiri karena Radit tidak datang sampai waktu mereka pergi ke kantor.

"Raya, mulai besok.. Mungkin Oma tidak bisa ke kantor lagi." ucap Oma saat mereka sudah di dalam mobil.

"Oma, kenapa bicara seperti itu? Raya tidak suka."

"Oma sudah tua, karena itu, kau harus memperbaiki hubunganmu dengan Radit"

"Oma, aku tidak butuh orang lain lagi, aku hanya butuh Oma di sampingku."

Raya menggenggam tangan Oma nya dengan sebelah tangannya.

 Semua berjalan seperti biasa. Oma Safira sedang memeriksa beberapa berkas di depannya saat tiba-tiba saja dia memegangi dadanya.

"Raya.,..!" ucapnya lirih. orang tua itu ambruk dari kursi kebesarannya.

Seisi kantor berkabung dengan kepergian Oma Safira. Apalagi Raya. Dia tidak bisa membendung perasaan sedihnya.

"Yang sabar, ya Ray..!" ucap Fandi bersimpati.

Raya hanya bisa duduk terdiam di samping jasad Oma nya. semua rekan dan relasinya datang untuk berbelasungkawa.

Radit yang sedang menikmati sarapan siangnya tiba-tiba tersedak saat menerima telpon dari Bu Suti tentang kepergian Oma Safira.

"Kenapa, Dit?" sapa ibunya.

"Ibu, Radit mohon diri. Ada sesuatu yang sangat penting." ucapnya mencium tangan ibunya lalu bergegas pergi.

"Mas.. Makananmu belum di habiskan..!" teriak Aisyah. tapi Radit sudah jauh meninggalkan rumah sederhana mereka.

***

Di depan rumah Raya sudah dipenuhi karangan bunga. Radit merasa menyesal karena tidak ada di saat terakhir Oma Safira.

"Maafkan aku, Oma." batin nya.

Radit Terus mask. di lihatnya Raya dengan pakaian serba putihnya tengah duduk dengan linglung.

Disampingnya ada Fandi yang menerima ucapan belasungkawa mewakili keluarga.

Radit tidak bisa mendekati Raya saat itu.

Ia memilih ikut menyiapkan keperluan acara pemakamannya bersama Bik Suti dan yang lainnya.

"Bik, bagaimana kejadiannya? kemarin Oma masih baik-baik saja." bisik Radit.

"Bibik juga kurang jelas. Katanya Oma tiba-tiba saja ambruk saat di kantor. Itu yang Bibik dengar."

"Sangat aneh...!" gumam Radit.

"Maksud Mas Radit?" ternyata Bik Suti, ternyata dia mendengar gumamnya.

"Ah, tidak, Bik. Lupakan saja."

Radit memilih diam. Ia tidak ingin Bik Suti ikut kepikiran dengan ucapannya.

Arya datang ke pemakaman. Dengan wajah sedih dia merangkul Raya.

"Ray, maaf.. Aku baru mendengar kabar duka ini." Raya menangis sedih di pelukan Arya.

"Sudah, kau tidak usah sedih. Kan masih ada aku. Aku janji akan menjagamu selamanya." janji Arya.

Radit hanya mendengarnya sambil diam.

Ia tau pasti. Fandi maupun Arya tidak tulus kepada Raya. Mereka hanya bersandiwara karena berharap ikut menikmati harta kekayaannya.

Arya sempat melirik kearah Radit sambil melemparkan senyum sinis nya.

Radit tidak ingin ada keributan di hari terakhir Oma. Dengan sebisa mungkin ia menahan emosinya.

Malam itu Radit mendekati Raya yang masih bersedih.

"Ray, maaf karena aku terlambat datang." ucapnya terbata.

Raya masih terdiam, hanya air matanya saja yang berderai.

"Yang kuat, ya..!" ucap Radit lagi.

"Tentu saja. Raya tidak akan kenapa-kenapa, karena aku akan selalu ada di sampingnya." ucap Arya tiba-tiba.

Raya menatapnya heran.

"Kau belum pulang, Ar?"

"Tadinya aku sudah mau pulang. Tapi aku pikir, aku harus menemanimu di masa-masa sulit ini." ucapnya penuh perasaan. Membuat Raya terharu.

"Terima kasih..." ucap Raya.

"Kau tidak perlu berterimakasih.. Ini sudah jadi kewajibanku." ucap Arya sambil membelai kepala Raya.

Radit hanya bisa diam.

"Ayo aku antar ke kamarmu..!" ucap Arya lagi.

Tanpa melihat kepada Radit. Raya menurut saja saat Arya menuntun nya ke kamar.

Arya sempat melirik kearah Radit dengan senyum mengejek.

Radit terkejut mendapati tasnya di tenteng Bi Suti.

"Bik, mau di bawa kemana tas ku?" sergah Radit heran.

"Ini, mau Bibik pindahkan ke kamar sebelah."

"Perintah Raya?"

Bik Suti menggeleng.

"Aku yang menyuruhnya..!" tiba-tiba Arya sudah berdiri di belakang Radit.

"Aku pikir, karena Oma sudah tidak ada, sandiwara pernikahan kalian juga harus berakhir."

Radit menatap Arya dengan tenang.

"Itu menurutmu, kalau menurut ku, pernikahan kami bukan sandiwara. Tapi pernikahan yang sah di mata hukum dan agama. Jadi seberapa keras pun kau berusaha. Raya akan tetap menjadi istriku."

Setelah berkata demikian, Dia melangkah dengan membawa tasnya ke kamar sebelah.

"Ray, ku harap kau tidak bersediih lagi."

Ucap Arya yang tiba-tiba masuk begitu saja ke kamar Raya.

"Arya? Aku pikir kau sudah pulang? Ini sudah malam. Sebaiknya kau pulang saja. Aku tidak apa-apa."

Arya menggeleng.

"Aku akan menemani mu malam ini, bahkan mungkin malam-malam selanjutnya juga."

Raya termenung.

"Kau tidak keberatan, kan sayang?" Arya melingkarkan kedua tangannya di leher gadis itu.

Raya merasa risih. Arya sangat agresif dan berani. Mungkin karena itulah Oma nya tidak menyukainya. Lain dengan Radit yang cuek.

Lalu dimana pria itu?

Raya baru teringat Radit. Ia tidak melihat keberadaan Radit maupun tas pakaiannya di tempat semula.

"Kau tau Radit dimana? Tas nya juga sudah tidak ada.." ucap Raya sambil mengurai pelukan Arya.

"Buat apa mikirin gembel itu, tas nya sudah aku pindah keruang sebelah. Dia maupun tas kucel nya itu tidak akan merusak pemandangan di kamar ini lagi."

Raya tercengang.

Arya sudah bertindak sampai sejauh itu?

Melihat Raya terdiam, Arya merasa heran.

"Kau keberatan aku mengusirnya dari kamar ini?"

"Oh, tidak. Tentu saja tidak.. " jawabnya menutupi yang sebenarnya.

"Aku sudah tau, kau tidak mungkin masih mau sekamar dengannya setelah kepergian Oma." Arya merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk itu.

"Tapi Ar, boleh tidak, malam ini. Aku sendiri saja.?"

Arya menatapnya heran.

"Yakin tidak mau aku temani?"

Raya mengangguk.

"Baiklah.. Aku akan pulang. Tapi besok aku akan datang lagi."

Arya keluar dari kamar Raya dengan wajah kesal.

Di depan pintu, dia melihat Radit yang bersedakep sambil tersenyum sinis.

"Raya mengusir mu, ya? tidak gampang menggantikan aku di kamar itu bro.." ucapnya tersenyum puas.

Like dan komen dong, biar aku semangat update 🙏

Terpopuler

Comments

Nunung

Nunung

Sungguh kamu gak punya perasaan raya dan....kamu Arya semoga kamu dapat hidayah dari Allah...sabar ya Radit semoga kebahagiaan menghampirimu dan mereka yang zalim padamu di bukakan hatinya Aamiin. makasih Thor see you ❤️❤️ semangat 💪💪 ya jangan telat mulu ya makasih.

2023-11-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!