Episode 16

Radit menahan nafas mendengar kisah yang di ceritakan ibunya.

"Jadi, aku bukan anak kandung ibu?" ucapnya dengan air mata mulai keluar.

"Maaf kalau ibu sudah merahasiakan semua ini. Ibu takut kau akan meninggalkan ibu dan Aisyah lalu mencari orang tuamu yang asli." Bu Hana memeluk Radit.

"Ibu juga sangat terpukul dengan kenyataan ini, ibu mau, anak ibu tetaplah kamu..!" Bu Hana ikut terisak.

"itu artinya Raya adalah...?" Radit tidak mampu meneruskan kata-katanya.

"Kau benar, jika Raya putri dari pak Haris, berarti dia adalah putri ibu." ucap Bu Hana gemetar.

Radit ikut terduduk lemas.

Tentu saja dia tau persis kalau Raya adalah putri tunggal dari Al marhum pak Haris, yang berarti adalah orang tua kandungnya.

Radit tertunduk. Berita ini sangat memukul bathin nya.

Bagaimana tidak? Bu Hana yang sangat dia cintai dan hormati ternyata bukan ibu kandungnya. Walau ia tidak memungkiri kalau Bu Hana dan ayah Fajar begitu mencintainya .

Berbagai macam pikiran berkecamuk di otaknya.

 Lalu kenapa pula Oma Safira mewariskan kekayaan padanya? Apakah sebenarnya dia sudah tau bahwa dirinya adalah cucu kandungnya? Pertanyaan itu terus menggelayut di benaknya. Semua menjadi teka teki baginya.

"Maafkan kami karena telah membuat hidupmu sengsara, kau terpaksa harus hidup dalam kemiskinan gara-gara keserakahan ayah dan ibu."

Bu Hana semakin tersedu.

Radit merasa iba melihat dada wanita itu terguncang hebat

"Bukan itu yang membuatku sedih. Aku tidak pernah menyesal menjadi anak ayah dan ibu.

 Walaupun kalian tidak memberiku kemewahan, tapi kalian sudah memberiku kasih sayang dan keluarga yang utuh." ucap Radit menenangkan Bu Hana.

"Yang menjadi pikiranku, jika Raya benar anak ibu, apakah dia sanggup mendengar kenyataan ini?" gumam Radit.

'Ibu juga tidak tau... Ibu bingung."

"Aku mohon pada ibu untuk merahasiakan semua ini dulu. Aku takut Raya tidak siap mendengarnya."

"Tapi, Raya harus tau kenyataannya sepahit apapun itu..."

"Tapi jangan sekarang, Bu..!"

Bu Hana mengamati wajah Radit yang murung.

"Kau mencintainya?"

Mendapat pertanyaan itu, Radit tertegun.

"Kau mencintainya, Nak?" ulang Bu Hana.

"Terlepas dia suka atau tidak, sekarang dia adalah istriku yang sah."

Perbincangan itu berakhir. Bu Hana kembali ke kamarnya.

***

Pagi itu Radit, ibunya dan Alisa sedang duduk di meja makan.

Tiba-tiba Raya datang dan menumpahkan air di kepala Radit.

Semua yang menyaksikan itu menahan nafas.

"Kak, kau apa -apaan?" semprot Alisa tidak suka.

"Ini pelajaran pertama bagi pembohong seperti dia. baru kemarin dia mengetahui kalau harta kekayaan Oma atas namanya, pagi ini dia sudah besar kepala dengan congkak membawa ibunya duduk di meja makan ini."

Radit masih terdiam.

Tapi Bu Hana tidak tahan melihat perlakuan Raya kepadanya Radit.

"Kau..?"

Radit cepat memberi isyarat pada ibunya untuk diam.

"Owh, sekarang ibumu juga sudah berani meninggikan suara padaku...? Aku maklum sih, orang udik, merasa ada kesempatan langsung saja melonjak. Dia berani begini pasti karena mendengar kau pemilik rumah ini sekarang..." ucap Raya santai

Bu Hana merasa tertusuk oleh sindiran Raya.

"Raya, jaga ucapanmu. Dia orang tua, tidak sepatutnya kau bersikap begitu." ucap Radit mengingatkan.

"Itu orang tuamu, dan aturan yang baru kau sebutkan itu berlaku padamu, bukan padaku!" jawabnya enteng.

"Kak.. Kau sudah tidak waras? Apa benar ini keluar dari mulut seorang wanita terpelajar seperti dirimu?"

Alisa tidak terima.

"Kau tidak usah cari muka..!" jawabnya tidak suka.

"Sudah..! Kalau kehadiran ibu di meja makan ini yang menjadi akar masalahnya. Ibu mau kedapur saja." Bu Hana langsung bangkit dan menuju kedapur.

Sebenarnya hatinya terasa pilu karena anak kandungnya sendiri yang telah tega bicara tidak sopan padanya.

***

Raya duduk dengan enggan. Di kursi satunya ada Radit juga sedang gelisah.

Sastro seorang pengacara mendiang Oma Safira akan membacakan surat wasiat.

Radit terdiam saat pak Sastro membacakan surat wasiat itu. Dia sudah mendengar sendiri dari Raya kemarin.

"Ayo, silahkan tanda tangan!"

"Aku keberatan, pak..!" ucap Raya tiba-tiba.

"Aku yang cucu kandungnya, sedangkan dia hanya suami pura-pura yang aku bayar. Lalu kenapa Oma malah memberikan tujuh lima persen dari hartanya pada Radit? Sedang aku hanya mendapat dua puluh lima nya saja?"

"Mba Raya, saya tidak tau persis alasan dari Bu Safira. Saya hanya menjalankan perintah sesuai yang di pesan kan."

"Pokoknya aku tidak terima..!" Raya memandang Radit dengan penuh kebencian.

"Begini, pak. Saya juga tidak tau alasan Oma melakukan semua ini. tapi, yang jelas saya tidak mau menerimanya. Intinya saya menolak pemberian Oma dan isi wasiat itu." jawab Radit dengan yakin.

Raya merasa puas.

"Tapi tidak bisa, Mas. Di sini tertulis, kalau sampai mas Radit tidak mau atau tidak bisa menerimanya. Maka semua aset' dan kekayaan Bu Safira akan di serahkan ke badan amal..."

Raya begitu kaget mendengarnya.

Radit memandang Raya dengan rasa tidak enak.

Dengan kesal dia meninggalkan tempat itu.

Radit masih termenung menatap kepergian Raya.

"Bagaimana, Mas? Bisa tanda tangan sekarang?"

Dengan berbagai pertimbangan,

akhirnya Radit menyetujuinya.

"Pak, saya ingin tau. kenapa Oma melakukan ini semua? Dan kapan surat wasiat ini di buat?"

 "Saya tidak tau persis alasannya. Tapi yang jelas, surat ini di buat tiga hari sebelum beliau meninggal." penjelasan pak Sastro membuat Radit merasa kaget.

"Lalu apakah beliau tidak menyinggung tentang asal usul saya atau yang lainnya barang kali?" desak Radit lagi.

Pria itu menggeleng.

"Tapi memang dari dulu beliau tidak suka Mba Raya bergaul dengan pacarnya. Bu Safira beranggapan kalau Arya itu hanya memanfaatkan mba Raya saja. Dia pernah mengeluh ingin menyerahkan Mba Raya pada pria yang tepat. Mungkin itu salah satu alasannya. Mas Radit adalah orang yang tepat menurut nya untuk menjaga mba Raya juga aset-aset nya."

Radit menarik nafas panjang.

keterangan dari pak Sastro tidak memberinya titik terang.

"Kak, kenapa masih santai Jam segini? Tidak ngantor?" tanya Alisa saat melihat Raya masih tiduran.

"Buat apa aku ngantor lagi. Toh sudah ada Radit, dia pemilik perusahaan sekaligus rumah ini." jawabnya kembali menarik selimut.

"Tapi banyak yang harus kau tanda tangani hari ini.." Radit ikut bicara.

"Buat apa aku capek kerja, toh suamiku kaya raya." sindirnya lagi.

"Ray, kau tetap atasanku di kantor itu. Aku janji tidak akan mengungkit masalah ini." bujuk Radit.

"Bodo amat..!"

Raya menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Alisa dan Radit keluar dari kamar itu dengan heran.

"Menurutmu, apa yang membuat Oma memberikan semua ini padaku?" Radit mencoba mencari jawaban pertanyaan nya lewat Alisa.

"Yaaah, kalau menurut ku, mas Radit pantas menerimanya. Kau suaminya kak Raya. Kau jujur, mampu, bertanggung jawab dan pastinya amanah. Tentu saja Oma melihat potensi itu, sebelum memutuskan.

Coba kalau atas nama Kak Raya? Bukankah yang diuntungkan adalah Arya?"

Radit mengangguk kecil. "Masuk akal juga pendapat Alisa. Mungkin Oma khawatir kalau Raya yang memegang semuanya, akan di ambil alih oleh Arya..."

"Sudahlah.. Jangan di ambil pusing. Kerja saja yang semangat, nanti lama-lama kak Raya juga akan sadar kalau keputusan Oma ini sudah tepat." ucap Alisa menepuk pundak Radit.

Raya yang melihat dari atas merasa kesal.

"Kenapa Alisa malah memihak pada Radit?awas kau, ya..!"

Terpopuler

Comments

Nunung

Nunung

Rasain kamu raya mang enak ....apa lagi kalau tahu bahwa dia bukan cucu kandung Oma Safira...woww tak terbayangkan gimana malunya dia sama radit...dan tau siapa orang tua kandungnya...makasih Thor dah mau up...see you ❤️❤️ moga sehat selalu Aamiin.

2023-11-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!