Pagi sangat t cerah, Raya yang baru membuka mata menggeliat malas.
Ia terbangun karena suara ketukan keras di pintu.
"Berisik.. pagi-pagi sudah mengganggu saja." omelnya sambil menyeret langkahnya.
"Aku mau pinjam charger, punyaku ngga tau kemana.." Alisa masuk begitu saja dan mengambil barang yang dia mau.
"Kirain ada apa, menganggu saja..!" Raya masih menggerutu.
"Memang kakak kira siapa? Mas Radit,ya?" tebak Alisa tertawa.
"Ngaco...! Kenapa aku harus ngarepin dia? "
"Heh jangan takabur begitu, kalau mas Radit di sambar orang baru gigit jari. Jaman sekarang susah tau, cari pria model dia."
"Biarin saja, emang aku perduli?"
Raya kembali membenamkan wajahnya di bantal.
"Yakin kau rela mas Radit di ambil orang?"
Ledek Alisa lagi.
"Iya, kau ambil saja kalau mau..!" ucap Raya sambil menimpuk Alisa dengan bantal.
"Yakin?"
"Iya, bawel!"
"Benar, ya..? aku pegang ucapanmu."
"Siapa takut?" Raya semakin berani.
"Janji kau tidak akan mewek kalau aku yang merebut mas Radit?"
Ucapan Alisa yang terakhir membuat Raya terdiam sesaat.
"Tuh, kan? Baru beberapa detik sudah ragu."
"Aku tidak ragu. Ambil saja kalau kau mau..!"
"Serius?" Alisa menatapnya dengan mata lebar.
"Duarius...!" jawab Raya.
"Ok, deal..!" Alisa mengulurkan tangannya.
Raya sempat ragu menyambutnya, tapi akhirnya dia menjabat tangan Alisa.
"Kau harus bermain sportif. Dan ini hanya di antara kita berdua, lho."
Raya mengangguk dan mengusir gadis itu dari kamarnya.
Saat sarapan pagi. Raya merasa heran karena meja makan masih sepi.
"Bik, dimana yang lain? Kok masih sepi?"
Bik Suti terlihat muram.
"Ini Non..!"
"Apa ini?" Raya mengamati kertas yang di berikan Bik Suti.
Tiba-tiba hatinya terasa mencelos saat membaca pesan di kertas itu.
"Radit dan ibunya sudah pergi? Kemana?" belum habis rasa kaget nya. Bik Suti kembali memberikan sesuatu.
"Apa lagi ini?" Saat di bukanya ternyata isinya surat pernyataan bahwa Radit sudah menyerahkan semua aset dan properti ke pak Hasto. Di situ juga ada kunci mobil yang biasa di pakainya.
Raya termenung, dia tidak mengerti dengan perasaannya. Kemarin jelas dia masih menginginkan Radit pergi dari rumah dan hidupnya, tapi setelah itu benar terjadi, kenapa ia merasa ada sesuatu yang hilang?, ada rasa hampa dan kehilangan sesuatu yang dia sendiri tidak mengerti.
Alisa yang baru datang, merebut surat itu dari tangannya.
"Apa yang kau lakukan pada mas Radit dan ibunya? Aku yakin ini pasti gara-gara kak Raya!"
"Stop..! Jangan salahkan aku terus atas semua yang terjadi. Kalau mereka sampai pergi, tentu saja karena mereka memang menginginkannya. Bukan karena aku..!" pekik Raya. ia merasa terpojok karena semua menyalahkannya.
Bik Suti mulai menangis.
"Kenapa kau menangis, Bik?"
"Maaf, Non. Bibik merasa kehilangan mas Radit dan ibunya. Mereka adalah orang-orang baik."
Raya semakin merasa terpojok.
Dengan jengkel ia kembali ke kamar nya.
"Kau akan menyesal melakukan ini semua kak Raya..!" teriak Alisa.
Di kamar, Raya merasa gelisah.
"Ada apa denganku? Harusnya aku senang mereka sudah tidak ada lagi disini. Ini yang aku mau, bukan? Semua yang seharusnya menjadi milik ku pun akan kembali padaku. Tapi kenapa aku merasa tidak bahagia?"
Ia merasa sendiri, benar-benar sendiri. Orang-orang yang di sayangnya satu persatu meninggalkannya. Oma, papa dan mamanya, dan sekarang Arya, pria yang selama ini dianggap segalanya baginya, yang di perjuangkan nya. Raya merasa Arya semakin jauh darinya. Entah apa penyebabnya.
"Hanya Radit lah yang benar-benar tulus sayang padaku. Walau sudah berkali-kali aku sakiti, dia masih tetap bertahan. tapi sekarang dia pun sudah pergi dari ku...
Aku benar-benar sendirian..." ia merintih dalam kesunyian.
***
Sementara itu, Radit dan ibunya kembali ke rumah lama mereka.
Setelah membersihkan seluruh rumah. mereka duduk beristirahat.
"Ibu tidak apa-apa, kan kita kembali kerumah ini?" ucap Radit.
Bu Hana menggeleng.
"Ibu akan mendukung setiap keputusan mu. Kenapa harus sedih, dengan kembali kesini, ibu merasa senang. Disini banyak tersimpan kenangan masa kecilmu dan Aisyah."
Bu Hana menghembuskan nafas panjang.
Entah dimana anak gadisnya itu saat ini.
Radit menggenggam jemarinya .
"Ibu juga tidak masalah hidup di manapun, asal tetap bersama mu." ucapnya menyemangati Radit.
"Ibu harap Raya:segera menyadari kekeliruannya.." ucap Bu Hana lagi.
Dia mulai bersedih. Hatinya pilu karena kedua putrinya sudah tidak bersamanya lagi.
"Maafkan aku, Bu. ibu terpaksa berjauhan dengan putri ibu karena aku.."
"Kau jangan berkata begitu, ibu akan bertambah sedih. ini bukan salahmu. Raya lah yang tidak menghendaki kita."
"Ini bukan saatnya untuk bersedih. Kita harus bangkit. Aku akan mencari pekerjaan baru." ucap Radit bersemangat.
"Ibu akan membeli sayur di warung untuk makan malam kita."
Mereka tersenyum penuh semangat.
Radit berusaha menghubungi teman--teman nya untuk mendapat pekerjaan.
Sebenarnya tidak sulit baginya mendapat pekerjaan dengan posisi mentereng. mengingat pengalamannya selama dua bulan di perusahaan Oma Safira. Banyak rekan bisnis yang mau mengajaknya bergabung. Tapi dia menolak. Alasannya sangat sederhana. Dia tidak ingin kembali ke dunia yang bukan miliknya. Ia juga takut kalau masih di komunitas itu akan bertemu Raya kembali.
Ia ingin melupakan masa lalu yang menyakitkan baginya.
Sampai seorang kenalannya menawarkan pekerjaan di sebuah toko busana. Ia di percaya mengelola sebuah cabangnya. Radit menerima dengan rasa syukur yang tiada terkira.
"Alhamdulillah aku tidak menganggur lagi." Ucapnya lega.
Di tangan Radit, toko itu maju pesat, strategi marketing yang dia pakai membuat penjualan melonjak tinggi.
"Saya kagum dengan prestasi mu, Dit, baru sebulan kau disini sudah membawa banyak perubahan. saya ada rencana membuka cabang baru. kalau ada waktu, temani saya meninjau lokasinya."
Radit mengangguk setuju.
Bagaimana mungkin dia menolak perintah orang baik itu.
Sorenya mereka mereka berangkat menuju lokasi yang akan di survei.
Di tempat lain, Raya sedang kebingungan. Semenjak kepergian Radit, perusahan tidak terkendali. Korupsi disana sini. banyak pegawai yang mogok kerja karena minta gaji di naikkan, padahal hasil penjualan produk mereka merosot tajam.
"Kenapa jadi begini? semua runyam semenjak kepergian Radit..." ucap nya sambil memegangi kepala.
"Bu Raya, ada kabar buruk." sekretaris nya datang tergopoh.
"Ada apalagi? Kepala saya masih pusing. Jangan kamu tambah lagi." tak sadar dia membentak anak buahnya.
"Tapi ini penting, Bu. Beberapa orang rekan bisnis kita membatalkan kerjasamanya. Itu berarti kita mengalami kerugian total." ucap gadis di depannya prihatin.
"Belum lagi demo di depan yang menuntut kenaikan gaji."
"Cukup! Jangan teruskan lagi. Kepalaku mau pecah mendengarnya."
Raya duduk sambil di suapi makan oleh Bik Suti.
Sejak pulang kantor tadi siang badannya meriang.
"Bik, Alisa dimana? Belum pulang juga?"
"Belum, Non. Sebelum pergi, dia sempat bilang pada Bibik. Akan mencari mas Radit sampai ketemu."
Tiba-tiba selera makannya terasa hilang.
"Radit? Dimana dia sekarang? Kembalilah, Dit.. Perusahaan menunggu kepemimpinan mu." ucapnya dalam hati.
"Kok berhenti, Non. Ayo sedikit lagi."
"Aku tidak mood, Bik." Raya minta makanan itu di singkirkan dari kamarnya.
Kini ia kembali sendiri.
Arya hanya sesekali saja menemuinya. pemuda itu beralasan kalau dia sedang sibuk dengan pekerjaan di perusahaan ayahnya. Sebenarnya Raya tidak percaya, tapi ia tidak ada niat untuk mencari tau lebih jauh.
Tiba-tiba bayangan Radit melintas di kepalanya.
"Dit, kau dimana sekarang? aku mau kau kembali kerumah ini, aku ingin seperti dulu, kita bertengkar dan saling mengejek, tapi itu tidak pernah membuatmu lelah, tapi kali ini kau pergi dan tidak kembali lagi..?" rintihnya dalam hati.
"Tuh, kan.. Setelah aku tinggal, kau masih juga malas-malasan di rumah. Harusnya kau urus perusahaan sana!"
Raya mengucek matanya. Benarkah yang berdiri di hadapannya ini Radit?
"Dit, kau kembali?" ucap Raya bahagia.
"Iya, aku kembali karena tau kalau sebenarnya kau tidak bisa jauh dariku. kau merindukan diriku, iya, kan?" Radit meledeknya.
"Iya, iya.. Aku mengaku padamu. Aku memang tidak bisa jauh darimu. Aku kesepian tanpamu.. " jawabnya tergagap dengan airmata yang hampir tumpah.
"Sekarang aku sudah datang, ayo peluk suami mu ini..!" Radit membuka kedua tangannya sambil tersenyum manis.
Raya tidak mau menuruti ego nya seperti kemarin-kemarin, ia tidak perduli janjinya pada Alisa, tidak perduli juga apa yang di pikirkan Radit tentang dirinya. Yang dia tau saat ini tidak akan melepaskan Radit lagi. Raya langsung maju dan memeluk tubuh Radit dengan air mata bahagia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Holipah
lanjut Thor
2023-12-02
1
Nunung
Alhamdulilah akhirnya..yang di tunggu terjadi juga selamat Radit kamu bisa kembali ke raya semoga ini nyata bukan mimpinya raya Thor....semangat ya Thor see you ❤️❤️ moga sehat selalu Aamiin.
2023-12-02
0