Permintaan Maaf: Cinta yang tulus

Beberapa menit berlalu, Rita akhirnya kembali sadar, dengan tubuh terikat di kursi meja makan. Ayak Kardi hanya tersenyum, Rita menangis.

Dia kaget melihat beberapa potongan tubuh dan darah yang masih segar ada di atas piring, ada pergelangan tangan dengan cincin masih terpasang di jari manis, dia sangat mengenali orang yang memakai cincin tersebut, Rita syok, dia tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya terdiam, dengan air mata yang perlahan mengalir di pipinya. Cincin tersebut milik Ray suaminya, yang berarti bahwa bapak Kardi pergi ke rumah mereka dan membunuh Ray dengan kejam, sementara Rita sedang berada di rumah Kardi.

“Kamu belum makan ya?” Kata bapak Kardi menatap tajam Rita.

Rita memberontak, dia terus mencoba melepaskan ikatannya, tetapi ikatannya terlalu erat. Bapak Kardi kemudian mendekati Rita, tertawa di dekat wajah Rita yang membuatnya menutup mata karena ketakutan. Rita menangis kembali, lalu bapak Kardi membukakan Kain yang menyumpal mulut Rita.

“AAAAAAKH......TOLOOOOONG!!!” Rita berteriak sekuat tenaga.

“Sssst......tidak ada yang bisa mendengarmu.” Ujar bapak Kardi.

“DASAR BINATANG KAU!!” Rita marah, dan meludah ke wajah bapak Kardi.

Bapak Kardi memegang, menarik rambut Rita, dan membenturkan wajah Rita di meja makanBerikut du kali, Rita menjerit kesakitan. Darah mengalir keluar dari hidungnya, hidung dan dahinya tergores, terluka, pak Kardi melepaskan rambut Rita.

“Semua ini karena ulahmu, dasar perempuan tidak tahu diri.” Bapak Kardi berbicara di samping Rita.

“Gara-gara kamu, Kardi menderita, dia stres dan bunuh diri, setelah itu kamu juga membunuh istriku, dasar bajingan.” Lanjutnya.

“Bapak dan anak sama saja, tidak bisa menerima kenyataan.” Balas Rita sambil melempar ludah ya ke arah bapak Kardi.

Merasa kesal mendengar perkataan Rita, bapak Kardi langsung menampar pipi kanan wajah Rita dengan tangan kanannya. Wajah Rita memerah.

“BERENGSEK!!” Kata bapak Kardi sambil menangis.

Dari kejauhan dia melihat mayat istrinya tercinta, dia tidak menyangka jika istrinya harus mati di tangan perempuan yang sudah menghancurkan hati anaknya, perempuan yang kali ini juga menghancurkan keluarganya, perempuan yang sangat dia benci. Bapak Kardi kembali menarik rambut Rita, mendekatkan wajah Rita dengan daging di atas piring meja makan.

“MAKAN INI, MAKAAAN!!” Bapak Kardi berteriak sambil mendorongkan wajah Rita.

Rita yang masih terikat di kursi, menangis, menutup matanya, dia tidak sanggup melihat tangan kekasihnya yang di mutilasi begitu mengerikan, dia terus mencoba menahan dorongan bapak Kardi, tetapi dia tidak sanggup.

“TIDAAAAK!” Rita juga berteriak.

“MAKAN TANGAN SUAMI MU INI!!!” Bapak Kardi terus memaksa.

Rita menutup erat mulutnya, bibirnya menyentuh potongan daging tersebut.

“MAKAAAAN!!”

Rita masih menolak membuka mulutnya, dengan cepat bakap Kardi kembali membenturkan wajah Rita ke meja makan.

“CEPAT MAKAAAN!!” Ujar bapak Kardi dengan suara keras.

Bekas darah menempel di meja makan, darah yang terus menetes dari hidung Rita, dan wajah Rita yang penuh luka, bapak Kardi tidak peduli, dia belum puas menyiksa dan membuat Rita menderita. Tiba-tiba terdengar suara keras dari arah ruang tamu. Bapak Kardi dan Rita kaget mendengar suara tersebut.

"Siapa itu?!!" Tanya bapak Kardi.

Tini berjalan pelan, sampai di ruang tamu, lalu berhenti. Dia terlihat sedih, rambutnya acak-acakan, dan dengan mata yang penuh air mata di mengeluarkan pistol dan monodongkannya ke arah bapak Kardi.

"Tini apa yang kamu lakukan di sini??" Kata bapak Kardi sambil melepaskan genggamannya dari rambut Rita.

Bapak Kardi mencoba mendekat berjalan ke tempat Tini berdiri.

"Berhenti, jangan mendekat!!" Tini mengancam dengan berjalan menuju ruang makan.

Mendengar itu bapak Kardi menghentikan langkahnya.

"Kau harus tembak dia Tini, dia menyebabkan semua ini." Bapak Kardi menunjuk Rita yang tertunduk.

Rita tidak bergerak sedikit pun, dia sudah sangat capek, badannya terasa sangat sakit, dia hanya pasrah dengan keadaannya saat ini.

"Tenang Tini, setelah dia mati, kamu bisa ketemu dengan Kardi." Lanjutnya.

Tini mengalihkan pandangannya ke arah Rita, menodong ya sambil menghapus air matanya.

"Dia bohong, Kardi sudah lama mati, yang tersisa di atas hanya mayatnya." Rita mencoba menjelaskan sambil mengangkat kepalanya.

"Tembak dia Tini." Ujar bapak Kardi.

Tini tidak mengatakan apapun, dia hanya terus menodongkan pistol ke arah Rita.

"Silahkan tembak." Ucap Rita dengan menutup matanya.

"TEMBAAAK." Bapak Kardi berteriak.

Dengan cepat, Tini membelokkan bidikannya, tepat lurus ke badan bapak Kardi, lalu menembaknya berulang kali.

Suara tembakan berkali-kali bergema di rumah tersebut, meramaikan suasana di malam yang begitu suntuk, akhirnya peluru pistol Tini habis. Bapak Kardi jatuh tersungkur, Selongsong peluru berserakan di lantai, darah menyelimuti badan bapak Kardi dan lantai ruang makan, bapak Kardi sudah tidak bernyawa, Tini lalu melempar pistolnya ke sudut ruangan.

Rita yang awalnya ketakutan mendengar suara tembakan, kemudian membuka matanya, dia tidak menduga Tini menyelamatkannya dari bapak Kardi. Suasana menjadi hening, Tini kemudian berjalan duduk di hadapan Rita, sambil menangis, dia berteriak melampiaskan semua kesedihannya, setelah beberapa menit dia menghapus air matanya, dan berhenti menangis.

"Kenapa??" Tanya Rita.

"Kardi selalu menceritakan tentang mu, meskipun saat kami menghabiskan waktu bersama, saya tahu itu menyebalkan, dan hati ku selalu tidak terima, tetapi dia selalu terlihat bahagia menceritakan mu, saya sudah tahu kalau Kardi sudah tidak ada, tetapi saya hanya ingin melihatnya sekali lagi, dan mereka ini yang menghalangi saya."

Rita hanya mendengarkan Tini, dia tidak berbicara sepatah kata pun, Rita tahu bahwa Tini tidak sempat mengungkapkan perasaannya kepada Kardi, Rita juga mengerti bahwa tanpa dia sadari dia juga menyakiti perasaan Tini.

"Kardi adalah satu-satunya orang yang selalu membantu saya di saat saya butuh, walaupun dia hanya menganggap saya seorang teman, tetapi itu sudah luar biasa, sayangnya perasaan itu sudah hilang sejak Kardi tidak ada." Lanjut Tini.

Tini kemudian beranjak dari tempatnya, mendekati Rita, dan melepaskan semua ikatan Rita. Dengan berjalan pincang, Rita langsung bergegas mencari suaminya di rumah tersebut, dan betapa kagetnya dia melihat mayat Ray yang sudah di mutilasi, terpotong-potong menjadi beberapa bagian di dalam sebuah karung di kamar mandi. Melihat itu, Rita menjerit, menangis sekeras-kerasnya, walaupun dia selamat, tetapi perasaannya telah mati melihat kekasihnya yang mati mengenaskan.

Rita lalu membawa karung berisi mayat Roy keluar dari rumah Kardi, menariknya, menyeretnya sekuat tenaga, dengan tenaganya yang masih tersisa, melewati pagar rumah dengan hati yang terluka.

Sementara itu, Tini yang berada di dalam rumah Kardi, membuang semua bensin di lantai satu setiap sudut dalam rumah Kardi, dia menyalakan api, yang mengelilingi setiap tempat, tanpa membuatnya bisa keluar dari rumah tersebut. Tini sudah bertekad, dia ingin mati di samping orang yang dia cintainya, dia kemudian beranjak naik ke lantai dua, masuk ke kamar Kardi, berbaring di samping Kardi dan melihatnya dengan perasaan lega.

"Terima kasih." Ucapnya dengan suara lembut dan air mata yang perlahan mengalir di pipinya.

"TAMAT"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!