Sementara itu di kantin perusahaan, tempat dimana jam segini para karyawan biasa memesan kopi atau minuman dingin. Tapi spesial untuk hari ini mereka tidak perlu repot-repot lagi meninggalkan meja kerja mereka karna ada dua pelayan baru yang siap mengantarkan pesanan mereka langsung ke meja masing-masing. Dan mereka berdua adalah Karin dan Laras, dua karyawan yang baru saja mendapat hukuman dari Axton. Mereka berdua terlihat masih kesal tapi bukan pada Tia melainkan pada Dona. Karna sebenarnya Dona lah yang menyuruh mereka mengolok-olok Tia.
"Sial! Karna tergiur dengan tawaran sekretaris direktur kita malah mendapat hukuman," gerutu Laras. Mereka saat ini sedang menunggu semua pesanan minuman.
"Kau benar. Tapi kenapa sekretaris juga ikut terpanggil? Apa direktur sudah tahu dia yang menyuruh kita?" tanya Karin.
"Mungkin saja. Aku harap ia juga mendapat hukuman."
"Kalian sedang membicarakan aku?"
Karin dan Laras dibuat tersentak kaget mendengar suara Dona dibelakang mereka. Saat mereka menoleh, ternyata benar Dona terlihat berjalan mendekati mereka berdua.
"Hah?! Ti-tidak. Ka-kami tidak bermaksud begitu. Kami mohon maaf sekretaris."
"Aku tahu kalian kesal, tapi semua ini salah pelayan itu. Kita harus membuat ia membayar atas perbuatannya."
"Tapi bagaimana? Kita tidak bisa menyentuh dia di perusahaan ini," tanya Karin.
"Iya. Dia pasti langsung mengadu pada direktur. Dasar gadis pengecut!"
"Di perusahaan memang tidak bisa namun diluar perusahaan tidak akan ada yang melindunginya. Aku akan sewa sekelompok orang untuk bermain dengannya. Dengan begitu tidak akan ada yang mencurigai kita. Bagaiman? Mau membantuku?" tawar Dona.
"Tentu saja. Aku harap rencana sekretaris berhasil," ujar Karin setuju dengan rencana tersebut.
"Lalu, bagaimana caranya membuat ia keluar dari lingkungan perusahaan? Secara dia adalah pelayan pribadi direktur. Dia pasti akan selalu ada didekat direktur," tanya Laras.
"Serahkan padaku. Kalian cukup mengikuti rencana ku saja. Akan aku buat gadis itu malu sampai tak berani lagi menampakkan batang hidungnya."
...$ $ $ $...
Jam pulang akhirnya tiba. Axton membereskan barangnya dan bersiap pulang. Tia mendorong kursi roda Axton keluar dari ruang direktur. Beberapa orang yang berpapasan dengan mereka memberi sapaan hangat pada Axton termasud Dona. Ia sepertinya sengaja menunggu Axton keluar agar bisa berjalan bersama Axton. Dona sangat pandai berpura-pura. Ini terlihat dari interaksi yang ia jalani bersama Tia. Apa ini merupakan bagian dari rencananya? Aku rasa iya.
Agar rencananya berhasil Dona harus membuat Tia berpikir ia merupakan orang baik dan dapat dipercaya. Dengan begitu Dona bisa memancing Tia masuk perangkap. Membangun kepercayaan di depan Axton juga memiliki tujuan yang sama serta sangat penting, sehingga Axton tidak akan mencurigainya. Sampai di depan pintu mereka berpisah. Tak lupa Dona melambaikan tangannya sambil mengucapkan salam perpisahan. Tia membalas lambaian tersebut sebelum masuk ke mobil.
Diperjalanan pulang Axton tertidur. Mungkin hari ini cukup melelahkan baginya sampai ia tidak bisa menahan kantuk lagi. Tia yang duduk disebelah Axton menatapi wajah yang sedang tertidur itu. Wajah yang putih atau bisa dibilang sedikit pucat, alis melengkung tidak terlalu tebal namun terukir alami dan terkadang tertutup helaian rambutnya, buluh mata tampak lentik, hidung mancung, bibir manis yang terlihat sedikit terbuka. Axton sepertinya sesekali bernafas melalui mulutnya. Cukup lama Tia meneliti wajah Axton dan hal itu disadari oleh Teo.
"Tia, itu namamu, 'kan?" tanya Teo memulai percakapan.
"Iya," jawab Tia lantas mengalihkan pandangannya ke Teo.
"Sebenarnya siapa dirimu ini?"
Tia menaikan sebelah alisnya. "Apa maksudmu?"
"Iya, kau tahu. Kau itu wanita pertama yang bisa sedekat ini dengan tuan muda," lirik Teo sekali pada Tia melalui kaca spion, lalu ia kembali fokus ke jalanan.
"Masa iya? Bagaimana dengan seketarisnya itu?"
"Kalau itu cuman sebatas rekan kerja. Kau tidak lihat bagaimana tuan muda beriteraksi dengan semua karyawannya?"
"Interaksi? Em... Memang benar sih dia terlihat acuh tak acuh bahkan pada seketarisnya sendiri. Walau seketarisnya itu sepertinya sering kali mencari perhatiannya. Tapi denganku, kenapa dia terbilang cukup usil?" tanya Tia pada diri sendiri.
"Itulah yang mau aku tanyakan padamu. Tuan muda kami sebenarnya tidak terlalu suka didikati oleh wanita. Sebisa mungkin ia menghindarinya. Tapi kali ini ia malah berinisiatif sendiri menjahilimu."
"Kau salah bertanya. Seharusnya kau tanyakan saja langsung pada dia," tunjuk Tia pada Axton.
"Mana berani aku bertanya hal pribadi seperti itu."
"Tidak apa-apa juga... Et..."
Akibat sedikit guncangan dari mobil membuat tubuh Axton miring ke sisi pintu. Untung dengan sigap Tia menahan tubuh Axton sebelum kepalanya menghantam pintu mobil. Tia lalu merelakan bahunya menjadi sandaran bagi Axton. Melihat Tia cukup perhatian dan menjaga Axton terbesit di pikiran Teo untuk mengajukan satu permintaan yang terbilang aneh.
"Hei, Tia. Boleh aku minta satu permintaan darimu?"
"Permintaan?"
"Iya. Mungkin ini terdengar aneh, tapi... Bisakah kau berjanji akan selalu menjaga tuan muda kami?"
"Itu memang permintaan yang aneh. Kenapa kau memintaku menjaganya? Dia bukan anak kecil. Lagi pula aku cuman ada disini sampai kakinya sembuh."
"Begitu ya," raut wajah Teo tampak sedikit murung.
Tia jadi penasaran perubahan sikap Teo yang tiba-tiba. "Memangnya kenapa kau meminta itu dariku? Ada apa dengannya?" Tia melirik Axton yang masih disebelahnya.
"Ah, tidak ada apa-apa. Lupakanlah apa yang aku katakan tadi. Kita sudah hampir sampai."
Tia tidak berniat bertanya lebih jauh jika Teo tidak bersedia memberitahu dia. Suatu saat nanti ia pasti akan tahu dengan sendirinya. Tia membangunkan Axton begitu mobil berhenti di depan rumah. Axton dibuat tersentak saat sadar kalau ternyata sendari tadi ia tidur sambil bersandar pada Tia. Namun Tia tidak terlalu mempermasalahkan soal itu. Ia turun dari mobil lalu barulah setelahnya ia membantu Axton turun. Tia mendorong kursi roda Axton masuk ke rumah.
...$ $ $ $...
Setelah makan malam Tia kembali ke kamarnya. Ia membaringkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamar. Ia tidak bisa tidur karna permintaan Teo yang terus mengganggu pikirannya. Dalam kepala Tia terus berputar pertanyaan yang sama. Kenapa Teo berkata seperti itu, meminta dirinya menjaga Axton? Apa Axton sering dalam bahaya sampai perlu penjagaan? Atau nyawanya terancam? Tidak, tidak. Jika ada seseorang yang mengincar nyawanya sudah pasti dia akan menempatkan bodyguard disekelilingnya. Atau... Kata “menjaga“ ini memiliki arti lain? Tia menggelengkan kepalanya menghalau pikiran yang telah melayang kemana-mana. Ada keinginan mempertanyakan masalah ini pada pengurus Zack, tapi apa pengurus Zack mau menjawab? Lama-kelamaan otak Tia jadi lelah dan kemudian ia tertidur.
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
Reni Anjarwani
lanjut up yg banyak
2023-11-13
1