"Ada apa denganku? Kenapa jantungku tiba-tiba berdengup kencang begini? Rasanya benar-benar tidak nyaman," pikir Axton.
"Tuan muda baik-baik saja?" tanya pengurus Zack yang cepat menyadarinya.
"Ehm, aku baik," Axton seketika menurunkan tanganya dan memalingkan muka.
"Ada apa denganmu?" Tia menaikan sebelah alisnya ketika melihat tingkah aneh Axton. Tapi tiba-tiba Tia meletakan telapak tangannya di dahi Axton. "Apa kau demam? Wajahmu merah begitu."
Tak ayal jantung Axton semakin berdegup kencang dengan wajahnya bertambah merah. Axton segera menepis tangan Tia dari dahinya. "Aku tidak demam. Apa kau sudah selesai memasang dasiku? Cuman sekedar memasang dasi saja begitu lama."
"Kenapa kau marah? Aku cuman tanya," Tia berdiri setelah selesai memasang dasi Axton. "Sudah selesai. Apa sudah benar pengurus Zack?"
"Iya. Sudah benar. Kau belajar dengan cepat."
"Ooh... Itulah kealihanku," ujar Tia sedikit sombong.
"Benarkah? Kenapa kau kemarin sore belajar memasak tidak mudah mengerti dan selalu membuat kesalahan?" kata pengurus Zack dengan nada mengejek.
"Itu hanya karna banyak bumbu yang membuatku bingung. Semuanya hampir sama."
"Alasan."
"Kau..."
"Kalian berdua berhenti bertengkar! Kalian seperti kucing dan anjing saja," lerai Axton
Tia dan pengurus Zack saling membuang muka. Tia lalu mendorong kursi roda Axton menuju meja makan. Setelah sarapan mereka berangkat ke perusahaan tempat dimana Axton berkerja. Tia tentu saja ikut. Sebagai pelayan pribadi Tia harus senantiasa ada di dekat Axton kalau-kalau Axton memelukan bantuan selain cuman mendorong kursi rodanya. Awalnya Tia tidak mau pergi ke perusahaan dengan memakai pakaian pelayan tersebut sebab sangat memalukan. Tapi Axton tetap memaksa Tia untuk memakai pakaian tersebut karna menurutnya sangat imut. Mau tidak mau Tia harus menahan rasa kesalnya pada Axton dan rasa malunya dihadapan semua orang nanti. Harap-harap saja Tia tidak bertemu dengan orang yang berani mengejeknya.
Perusahan RBS terletak di pusat kota X. Sebuah gedung pencakar lagi setinggi 57 lantai. Butuh waktu setidaknya waktu 15 menit perjalanan dari rumah ke gedung tersebut. Salah seorang penjaga segera membantu membukakan pintu mobil saat melihat mobil Axton berhenti. Ia cukup dikejutkan begitu Axton keluar dari mobil dengan sebuah kursi roda. Semua orang di perusahaan sebenarnya sudah tahu perihal Axton mendapat musiba di kota Y namun mereka tidak menyangkah kalau Axton sampai berakhir di kursi roda.
Dengan kepala sedikit menunduk, Tia mendorong kursi roda Axton masuk ke gedung itu. Semua mata seketika tertuju pada mereka. Ada yang langsung memberi sapaan selamat datang tapi tak jarang setelah berlalu mereka malah saling berbisik antara satu sama lain. Ini semakin membuat Tia tidak nyaman. Di dalam lif tidak ada percakapan berarti antara Tia dan Axton. Paling Axton cuman memberitahu lantai dan ruangan mana yang harus mereka tuju. Sampai di lantai 42 seorang wanita menyambut mereka.
"Selamat pagi Direktur utama. Astaga, apa yang terjadi pada anda?" kata wanita itu tanpak jelas pura-pura terkejut.
"Tidak penting," jawab Axton sedingin es. "Bagaimana persiapan rapat nanti?"
"Ruang rapat baru disiapkan. Jam sembilan nanti rapat sudah bisa dimulai," jawab wanita itu.
"Ya, sudah. Kalau semuanya sudah siap, segera beritahu aku."
"Baik."
"Kelinci, kita ke ruang direktur utama dulu."
"Em, Axton. Apa kau memerlukan bantuan? Aku bisa membuatkanmu kopi atau yang lainnya," tanya wanita itu sok perhatian seperti dari teman ke teman bukan antara atasan dan bawahan.
"Tidak perlu. Aku sudah punya dia. Lebih baik kau urus saja perkerjaanmu."
"Iih! Siapa sih pelayan berpakaian aneh itu? Pengganggu saja aku mau mendekati Axton," gerutu wanita itu dalam hati.
Tanpa mempedulikan wanita itu Tia terus mendorong kursi roda Axton menuju ruang direktur utama. Ia cuman melirik wanita tadi yang tampaknya kesal karna niat baiknya ditolak Axton.
"Siapa wanita tadi? Kalian tampaknya memiliki hubungan yang akrab sampai ia langsung menyebutkan nama mu," tanya Tia sedikit penasaran.
"Dia cuman seketarisku, tidak lebih. Aku tidak terlalu mempedulikan nama apa yang mereka gunakan untuk memanggilku. Asalkan sopan saja sudah cukup."
"Walau kau bersikap dingin tapi kau sama sekali tidak mempedulikan hal-hal seperti ini. Memanggil nama seseorang secara langsung itu sebenarnya termasuk tidak sopan loh. Panggilan seperti itu paling digunakan oleh anggota keluarga yang lebih tua atau teman-teman terdekat saja."
"Masih mending mereka memanggilku dengan namaku langsung. Dari pada kau yang memanggilku dengan sebutan “Rubah“."
"Kau juga memanggilku dengan sebutan “Kelinci“. Lagi pula aku baru tahu nama mu itu Axton."
"Eh? Aku tidak memberitahumu, ya?"
"Sama sekali tidak."
"Salah sendiri tidak bertanya."
...$ $ $ $...
Jam kurang seperempat sembilan seketaris Axton memberitahu kalau ruang rapat sudah siap. Axton meminta semua orang untuk segera berkumpul di ruang rapat yang ada di lantai 45. Awalnya seketaris itu menawarkan diri mendorong kursi roda Axton menuju ruang rapat namun Axton menolak. Ia cuman mau Tia saja yang melakukannya. Rasa jengkel seketaris itu pada Tia semakin bertambah. Sampai diruang rapat terlihat semua orang telah hadir. Mereka berdiri begitu Axton dan seketarisnya melakah masuk. Sama seperti yang lain, mereka dibuat cukup terkejut melihat Axton masuk dengan menggunakan kursi roda. Tak jarang mereka bertanya apa yang telah terjadi pada Axton, namun Axton cuman menjawab sekilas dan segera mengalikan pembicaraan.
Dengan berat hati Anton meminta Tia menunggu diluar karna ini rapat tertutup. Tia tidak terlalu keberatan, menunggu diluar ya menunggu diluar. Tapi sebelum itu Axton meminta bertukar nomor kontak dengan Tia agar mereka bisa saling menghubungi. Axton juga memperbolekan Tia berkeliling perusahaan jika ia merasa bosan. Yang pasti Tia harus segera datang saat Axton memintanya. Tia berlalu pergi meninggalkan ruang rapat tersebut. Sedikit senyum terukir di wajah seketaris begitu melihat Tia melangka pergi.
Rapat dimulai. Pembahasan kali ini mengenai perkembangan pasar penjualan produk mereka. Beberapa bulan terakhir produk penjualan mobil RBS mengalami penurunan. Belum lagi persaingan pasar yang semakin sulit membuat mereka harus memutar otak agar pendapatan perusahaan bisa meningkat kembali. Ditemukan solusi untuk masalah ini yaitu berupa pengeluaran produk terbaru. Sebab itu Axton melakukan kerja sama dengan perusahan lain. Ini alasanya kenapa Axton menghadiri pesta pejamuan di kota Y. Axton berhasil menjalin kerja sama tersebut dan kini ingin membahasnya besama direktur yang lain dan Direksi mengenai langkah selanjutnya.
Sementara itu Tia lebih memilih menunggu diluar dari pada mengikuti saran Axton berkeliling perusahan. Dengan pakaian pelayan seperti ini bisa-bisa ia menjadi pusat perhatian karyawan lain. Tapi sepertinya duduk diam sambil memaikan hpnya tidak membuat Tia lepas dari perhatian orang-orang yang lewat. Dua orang wanita tiba-tiba menghampirinya.
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments