Tak berapa lama seekor kucing berbulu putih berlari mendekati Axton lalu melompat ke pangkuannya. Kucing tersebut terlihat sangat gembira mengetahui kepulangan tuannya. Axton membalas dengan mengelus lembut bulu kucing tersebut.
"Papa, apa yang terjadi padamu? Kenapa kau harus duduk di kursi aneh ini?"
Tatapan kucing tersebut terlihat sedih menatap Axton. Namun ia juga begitu imut, apalagi penuh keheranan dengan kursi roda yang Axton duduki. Ia menyentuh-nyentuh pegangan kursi tersebut menggunakan telapak kaki depannya yang mungil.
"Aku baik-baik saja," kata Axton seperti mengerti kekhawatiran kucing tersebut. "Oh, iya Kelinci. Ku perkenalkan padamu, Gloria. Dia adalah putriku," kata Axton memperkenalkan kucing tersebut pada Tia.
"Eh...?! Putri yang kau maksud ternyata seekor kucing. Aku pikir dia itu gadis kecil yang lucu," Tia benar-benar tidak menduga hal ini.
"Dia juga lucu. Gloria sudah aku anggap seperti putriku sendiri. Dia adalah bagian dari keluargaku."
"Selain menjengkelkan, pria ini juga aneh," batin Tia.
"Siapa wanita ini? Kenapa dia bisa bersama papa?" Gloria menatap tidak senang pada Tia.
"Kenapa kucing ini menatapku seperti itu?" Tia membalas menatap Gloria dengan senyum terpaksa. "Iya, dia memang lucu."
Tia hendak menyentuh bulu halus Gloria namun dengan galak nya Gloria menolak. Ia memamerkan taringnya yang mungil sambil mau mencakar Tia. Dengan refleks cepat Tia menarik tangannya.
"Astaga?! Galak sekali. Aku menarik kata-kata ku sebelumnya. Dia sama sekali tidak lucu."
"Apa katamu? Siapa juga yang mau disetuh olehmu?!!" geram Gloria semakin terlihat marah.
"Haha... Gloria memang tidak suka disentu oleh siapapun. Hanya aku yang boleh menyentuhnya," Axton mengelus bulu Gloria untuk menenangkan amaranya.
"Itu benar," Gloria tampak menikmati elusan lembut dari Axton.
"Tidak mengherankan dia jadi putrimu. Yang aku herankan cuman bagaimana caramu mendidiknya sampai kucing saja berubah menjadi sama menjengkelkan seperti dirimu," kata Tia dalam hati.
...$ $ $ $...
Sementara itu di lantai bawah. Saat Teo dan Mark masuk sambil membawakan barang-barang Axton, mereka berdua seketika di kerumuni para pelayan wanita. Bukan karna populer tapi melainkan para pelayan itu ingin tahu mengenai gadis yang datang bersama Axton tadi dan bagaimana bisa Axton mengalami kecelakaan.
"Teo, Mark, sebenarnya apa yang terjadi di kota Y?"
"Bagaimana bisa tuan muda terluka?"
"Kemana saja kalian berdua saat itu terjadi?"
"Siapa gadis yang datang bersama tuan muda?"
"Dia tidak terlihat seperti seorang pelayan."
Tanya para pelayan itu silih berganti. Mereka semua terlihat tidak sabaran mendengar jawaban dari Teo dan Mark.
"Sabar-sabar dulu kalian semua, satu-persatu," kata Teo mencoba menenangkan para wanita itu.
"Iya. Bagaimana kami bisa menjawab semua pertanyaan kalian, jika kalian saja tidak sabaran begini," kata Mark yang ikut pusing dengan semua pertanyaan yang ditujukan pada mereka.
"Maka dari itu cepat cerita."
"Kami tidak tahu bagaimana bisa tuan muda diserang seseorang. Tuan muda ditanya juga tidak mau menceritakan kejadiannya," kata Mark sambil mengangkat kedua bahunya.
"Lalu dimana kalian berdua saat itu?"
"Kami diparkiran, hendak mengambil mobil. Saat itu tuan muda memutuskan mengunjungi taman hanya sekedar mencari angin. Tapi saat kami tiba di taman itu tuan muda tidak ada disana," jawab Teo.
"Sudah lebih dari lima kali kami mengelilingi taman tapi kami tidak kunjung menemukan tuan muda. Ditelpon juga, tidak diangkat-angkat," sambung Mark.
"Sampai akhirnya tuan muda menelpon dan mengatakan kalau ia ada dirumah sakit."
"Lalu, bagaimana gadis itu? Kenapa ia tiba-tiba bisa menjadi pelayan pribadi tuan muda?"
"Kalau soal itu kami juga bingung. Gadis itu sudah ada sejak berada di rumah sakit."
"Sepertinya gadis itulah yang membawa tuan muda ke rumah sakit. Buktinya koper gadis itu ada di taman yang sama," ujar Teo menebak-nebak kemungkinannya.
"Apa yang perlu kalian herankan," seorang pelayan wanita lainnya tiba-tiba datang menghampiri. "Gadis itu pasti datang dari kampung. Mana ada seorang gadis di taman sendirian dengan sebuah koper selain para perantau. Kebetulan saja ia melihat tuan muda lalu membantunya. Sebagai ucapan terima kasih, tuan muda kemudian menawarinya pekerjaan. Siapa yang bisa menolak tawaran dari tuan muda kita yang tampan ini."
"Masuk akal juga," kata salah satu pelayan yang setuju dengan pendapat tersebut.
"Kak Fei sungguh hebat bisa menebak semua itu," puji pelayan wanita yang lain.
"Tapi, apa benar gadis itu dari kampung? Secara penampilannya tidak seperti gadis desa," tidak jarang masih ada satu pelayan yang meragukan pendapat itu.
"Paling tuan muda memintanya berdandan agar tidak malu-malui."
"Tidak. Dia sudah berpenampilan seperti itu sejak pertama kali kami bertemu dengannya," sangkal Mark.
"Kalau begitu ia sedikit beruntung saja berparas cantik, tapi mau bagaimana pun dia tetap saja pelayan di rumah ini."
"Sebaiknya kita berhati-hati, gadis sok lugu seperti dia mungkin saja mau menggoda tuan muda. Jangan biarkan ia berhasil melakukannya," kata salah satu pelayan mengutarakan pikirannya.
"Menggoda? Aku rasa tidak. Kalian tidak tahu kalau Tia itu tidak menyukai tuan muda," lagi-lagi Mark menyakal opini tersebut karna memang ia dan Teo lebih dulu mengenal Tia.
"Jika tidak menyukainya lantas kenapa dia mau berkerja disini? Aku yakin itu paling siasat licik nya untuk mendekati tuan muda."
Pelayan yang dipanggil kak Fei ini sepertinya terlihat tidak menyukai kehadiran Tia. Ia merupakan pelayan paling senior diantara para pelayan lainnya dan juga ia cukup disegani. Bahkan obrolan tersebut ia bubarkan dan meminta semuanya kembali berkerja, seolah-olah dia adalah majikan di rumah tersebut. Tapi apalah daya, Fei memang terbilang satu-satunya pelayan wanita yang sering diminta langsung Axton untuk mengurus beberapa keperluan. Karna kedekatan ini membuat Fei merasa istimewa dari pelayan-pelayan lainnya dan malah menyalah gunakan posisi tersebut untuk menindas pelayan yang lebih rendah. Tak heran ia membenci Tia. Kehadiran Tia sebagai pelayan pribadi Axton menggacam posisinya sebagai pelayan kercayaan Axton. Sudah dipastikan ia tidak akan diperlukan lagi dan harus mengerjakan tugas pelayan biasa.
Sekembalian dari ruang bermain Gloria, Tia mengantar Axton menuju kamarnya yang terletak tidak terlalu jauh. Cuman berjarak dua ruangan saja dari ruang bermain. Sampai di kamarnya, Axton mempersilakan pengurus Zack mengantarkan Tia untuk istirahat setelah perjalanan panjang. Mulai besok barulah Tia resmi berkerja di rumah tersebut. Pengurus Zack mengantar Tia ke salah satu kamar khusus pelayan yang ada di lantai bawah. Ruangan yang bahkan lebih kecil dari ruang bermain Gloria, tapi cukup menampung satu tempat tidur, satu lemari dan kamar mandi.
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
Retno Palupi
wah kucing bisa bicara 🤣🤣🤣
2024-04-10
1
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
inikah yg di sebut suara hati seorang kucing wkwk
2024-02-07
1
vivinika ivanayanti
bahasa telepati ternyata 🤭🤭🤭
2023-11-27
2