"Hei, Kelinci. Ayok bangun. Bukanlah tadi kau ingin melihat kota X?" kata Axton membangunkan Tia yang tertidur disebelannya.
Tia membuka matanya perlahan. Setelah berkedip beberapa kali. Saat ia melirik keluar jendela mobil, matanya seketika dimanjakan dengan suasana perkotaan.
"Wah... Kota ini sangat cantik," sambil tersenyum lebar, Tia melirik kesana kemari. "Rubah, bangunan apa itu?"
Axton melirik ke arah yang ditunjuk Tia. "Oh, itu icon kota ini. Namanya Big tower, sudah ada sejak 30 tahun yang lalu."
"Big tower? Ah, benar juga. Dulu papa pernah mengajakku naik kesana. Tapi seingatku Big tower tidak seperti itu."
"Tiga tahun lalu Big tower baru selesai direnovasi. Tak mengherankan penampakannya sudah sangat berbeda dengan yang dulu."
"Hei, bukankah itu wahana taman bermain Lavita, yang terkenal dengan kincir riah raksaksanya?" kali ini Tia menunjuk ke sebuah taman hiburan yang sudah terlihat dari jauh.
"Kau benar."
"Wah... Aku teringin pergi kesana," gumang Tia pelan.
Namun Axton masih dapat mendengar gumangan tersebut. Ia melirik Tia yang pandangannya sudah teralihkan ke bangunan-bangunan lain. Sesekali Tia bertanya pada Axton mengenai sejumlah bangunan baru di kota tersebut. Axton menjelaskannya secara singkat pada Tia. Entah mengapa ia sama sekali tidak terusik dengan semua pertanyaan Tia yang seperti anak kecil yang sangat ingin tahu. Setelah menyelusuri kota sekitar setengah jam, barulah mobil berhenti di depan sebuah rumah tiga lantai. Teo segera turun dari mobil lalu membantu Axton turun. Kemudian giliran Tia yang mendorong kursi roda Axton masuk ke rumah tersebut.
"Rumahmu lumayan mewah juga. Desainnya lebih modern dan futuristik," puji Tia begitu melihat bagian dalam rumah tersebut. "Tidak seperti rumahku yang bergaya abad pertengahan."
"Kau pikir aku tinggal dikolong jembatan?"
"Kau ini tidak suka menerima pujian apa? Dasar sensitif sekali."
"Selamat datang tuan muda. Eh? Apa yang terjadi pada anda?" tanya pengurus rumah tersebut atau biasa dipanggil pengurus Zack.
Seorang pria yang terbilang masih cukup muda. Memiliki beberapa sertifikat keahlian yang tidak perlu diragukan lagi. Ia bertanggung jawab mengatur pekerjaan dari pelayan-pelayan rumah yang lain dan juga penjaga. Selain pekerjaan di rumah tersebut, tak jarang ia juga terlibat dengan sejumlah urusan yang berkaitan dengan Axton. Seperti keselamatan tuan mudanya itu. Bisa dibilang pengurus Zack merupakan tangan kanan Axton dan orang paling Axton percaya. Pengurus Zack cukup dibuat terkejut melihat tuan muda mereka duduk di kursi roda. Begitu juga dengan beberapa pelayan dibelakangnya.
"Aku cuman mengalami kesialan saat bertemu dengan seseorang yang tiba-tiba menyarangku," Axton melirik pada Tia yang telah memalingkan muka.
"Apa?! Menyerang anda? Lalu, apa penyerang itu sudah dilaporkan pada polisi?"
"Tidak dilaporkan tapi dia sudah janji akan bertanggung jawab penuh atas kesalahannya."
"Sudah seharusnya ia bertanggung jawab. Ngomong-ngomong tuan muda, siapa gerangan wanita yang datang bersama anda ini?" tanya pengurus Zack saat matanya tertuju pada Tia.
"Namanya Tia. Mulai sekarang dia adalah pelayan pribadiku. Nanti kau urus tugas-tugas yang harus ia kerjakan."
"Baik, tuan muda."
"Dimana Gloria?" tanya Axton mengalihkan pembicaraan.
"Dia ada diruang bermainnya. Dia sudah sangat merindukan anda."
"Bawa aku menemuinya."
"Baik."
Tia mendorong kursi roda Axton mengikuti langkah pengurus Zack. Namun Tia sedikit kaget mengetahui pengurus Zack berjalan menuju tangga. Ruang bermain yang dimaksud ternyata berada di lantai dua. Tia menatap tangga tersebut yang melengkung naik ke atas. Satu dua kali tidak apa membantu Axton menaiki tangga ini, tapi kalau tiap hari? Tia tidak akan sanggup.
"Tunggu, apa aku harus membantumu naik turun tangga setiap harinya? Itu benar-benar sangat merepotkan," hanya Tia memastikan.
"Tentu saja tidak. Kita pakai lif," tunjuk Axton pada lif yang bersebelahan dengan tangga. "Lagian apa kau sanggup menggendongku naik ke atas sana?"
"Kau pikir bagaimana caramu bisa ada di rumah sakit? Jalan kaki sendiri? Tubuhmu itu tidak terlalu berat. Aku masih sanggup menggendong mu loh, tapi itupun jika kau tidak malu dilihat bawahanmu," bisik Tia balas dendam.
Axton menepuk jidat nya. "Astaga, aku lupa kau dia bukan gadis biasa. Dia saja bisa membantingku dengan mudah."
Tia mempercepat langkahnya menyusul pengurus Zack yang telah masuk ke dalam lif. Tidak butuh waktu lama bagi lif membawa mereka bertiga naik ke lantai dua. Pintu lif terbuka. Tia kembali mendorong kursi roda Axton menuju salah satu ruangan di lantai dua tersebut. Tapi ada sesuatu yang membuat Tia penasaran. Siapa gerangan yang akan mereka temui ini? Dari namanya, ia sepertinya perempuan.
"Em... Siapa Gloria?" tanya Tia hati-hati.
"Putriku," jawab Axton membuat Tia tersentak kaget.
"Apa?! A-aku tidak tahu ternyata kau sudah menikah dan bahkan telah memiliki seorang putri."
"Aku belum menikah."
"Eh?" dari terkejut sekarang Tia malah dibuat bingung. "Lalu... Apa kau mengadopsi seorang putri?"
"Iya. Aku menemukannya saat ia masih bayi di depan teras rumah. Jadi aku memutuskan untuk mengadopsinya."
"Kasihan sekali. Siapa yang begitu tega menelantarkan bayi tidak berdosa itu? Beruntung kau berbaik hati mau merawatnya. Sebagai seorang pria yang belum beristri pasti berat bagimu untuk merawatnya sendirian. Itu adalah tanggung jawab yang besar," Tia cukup terharu saat mengetahui hal itu.
"Oh, menurutmu aku adalah pria yang baik hati?"
"Iya..." seketika otak Tia tidak setuju dengan jawaban yang barusan keluar dari mulutnya. "Tidak, tidak. Mungkin bagi putrimu kau adalah ayah yang baik hati, tapi bagiku kau tetap pria yang menjengkelkan!"
Raut wajah Tia yang tadinya terharu kini kembali cemberut kesal. Axton hanya tersenyum kecil melihatnya. Pengurus Zack yang sendari tadi memperhatikan sedikit tidak senang dengan ucapan Tia pada tuan mudanya. Secara status Tia sekarang sebagai pelayan pribadi, amat tidak pantas berbicara kasar seperti itu pada majikannya sendiri. Namun yang membuat pengurus Zack heran, kenapa Axton sama sekali tidak menegur Tia? Dan baru kali ini ia melihat tuan mudanya mau melakukan percakapan tak berarti itu. Sudah bertahun-tahun Zack menjadi pengurus rumah. Ia sangat mengenal kebiasaan dan perilaku tuan mudanya yang cukup terbilang minim berbicara hal-hal tak penting.
Sampai di ruang bermain yang dimaksud, pengurus Zack membantu membukakan pintu. Tia mendorong kursi roda Axton masuk ke ruangan tersebut. Ia melirik kesana kemarin memperhatikan setiap sudut ruangan. Ada yang janggal dari ruangan ini. Tempatnya tidak seperti ruang bermain anak dan juga Tia sama sekali tidak melihat ada anak kecil bermain disini. Apa gadis kecil itu sedang bersembunyi?"
"Gloria, dimana kau?" panggil Axton.
"Papa!"
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
Retno Palupi
apa yg terjadi?
2024-04-10
1