Karna tidak cukup tidur semalam Tia malah kesiangan hari ini. Pagi-pagi pengurus Zack terpaksa menggedur pintu kamar Tia untuk membangunkannya. Terdengar kegaduhan dari dalam lalu tak lama pintu dibuka. Tia keluar dari kamar sambil berlari. Hampir saja Tia menabrak pengurus Zack yang berdiri di depan pintu. Tia lekas minta maaf sambil kembali berlari pergi tanpa mempedulikan teriakan pengurus Zack yang memarahinya. Sampai di kamar Axton tanpa mengetuk pintu lagi Tia lantas masuk begitu saja. Tabrakan pertama mungkin bisa terelakan tapi kali ini tidak. Iya, begitu masuk Tia tidak menyadari kalau Axton baru saja keluar dari ruang lemari. Mengetahui pakaiannya belum disiapkan, Axton terpaksa mengambilnya sendiri. Tapi begitu keluar ia malah dikagetkan dengan kedatangan Tia yang tiba-tiba. Hal hasil mereka berdua terguling di lantai dengan Tia jatuh di atas tubuh Axton.
"Aduuh..." ritih mereka bersamaan.
"Ah, maafkan aku. Apa kau baik-baik saja?" Tia sontak bangun dari tubuh Axton.
"Tidak. Apa kau ingin membuatku berakhir duduk di kursi roda selamanya?!" kata Axton masih menahan sakit di tubuhnya.
"Maaf. Lagi pula aku juga tidak memperparah luka di kakimu."
"Kaki ku memang selamat tapi punggungku tidak!"
"Apa perlu ke rumah sakit?"
"Tidak perlu."
Axton berusaha duduk dibantu oleh Tia. Baru saja hendak membantu Axton berdiri, Gloria tiba-tiba datang. Ia sangat terkejut melihat papanya terduduk di lantai bersama Tia.
"Hah?! Apa yang terjadi pada papa? Ini pasti karna wanita itu. Ee... Tidak aku biarkan!"
Gloria berlari menghampiri lalu seketika melompat ke arah Tia dan kemudian mencakarnya. Tia berusaha menghindar tapi ia tidak cukup cepat. Cakar Gloria berhasil menggores punggung tangan Tia. Axton mencoba memisahkan Gloria dari Tia dengan cara mengangkat tubuh kucing tersebut lalu menjauhkannya.
"Gloria, kau tidak boleh seperti itu. Kenapa kau tiba-tiba mencakarnya?"
"Iya. Dasar kucing nakal! Aku tidak salah padamu. Kenapa malah mencakarku?" Tia menutupi lukanya dengan tangannya yang lain.
"Tidak salah? Lalu apa yang kau lakukan pada papaku tadi?!" Gloria menggeram marah dan hendak kembali mencakar Tia.
"Et... Gloria, jangan!" Axton menahan tubuh Gloria agar tidak terlepas dan kembali menyerang Tia.
"Astaga, putrimu benar-benar galak. Sstt... Sedikit perih," Tia meniup lukanya yang terlihat mengeluarkan darah.
"Tanganmu berdarah. Apa akibat cakaran Gloria tadi?" tanya Axton.
"Hm, rasakan itu."
"Cuman luka kecil. Ditempel plester luka saja sudah cukup."
"Dalam laci meja di samping tempat tidur ada kotak obat. Sebaiknya segera obati lukamu, nanti infeksi. Dan untukmu Gloria, segera minta maaf padanya."
"Apa?! Aku tidak mau papa," sontak Gloria menoleh sambil menunjukan ekspresi menolak.
"Jangan memantah. Aku tidak mengajarimu mencakar orang lain tanpa sebab. Ayok minta maaf padanya."
"Hah... Baiklah."
Gloria turun dari pangkuan Axton lalu menghampiri Tia. Ia melompat naik ke pundak Tia. Yang tidak terduga adalah Gloria tiba-tiba menjilat pipi Tia sekali, kemudian melompat turun menghampiri Axton. Tia sedikit tersipu mendapat perlakuan dari Gloria.
"Dia menjilati pipiku," refleks Tia menutupi pipinya yang telah dijilati Gloria.
"Itu cara Gloria minta maaf."
"Hanya kali ini dan tidak akan ada untuk kedua kalinya."
"Rasanya seperti kecupan," gumang Tia pelan.
"Kau berkata sesuatu?"
"Tidak ada apa-apa."
"Sepertinya aku harus terus mengawasi wanita ini. Tidak akan aku biarkan kau mendekati papaku lagi," Gloria menatap benci pada Tia.
"Kenapa aku merasa kucing ini sungguh tidak menyukai ku? Sepertinya permintaanmaafan tadi sama sekali tidak tulus," pikir Tia saat melihat tatapan yang ditujukan Gloria padanya.
Tia kemudian membantu Axton berdiri lalu membimbingnya menuju kursi rodanya. Setelah mengobati lukanya barulah ia membawa Axton turun menuju meja makan. Gloria tidak perna turun dari pangkuan Axton sejak dari kamar tadi sampai Axton hendak pergi berkerja. Axton sempat membujuk Gloria turun tapi Gloria malah membaringkan tubuhnya dipangkuan Axton seperti bola. Kalau sudah seperti ini apa boleh buat. Axton terpaksa mengajak Gloria ikut berkerja bersamanya.
Di dalam mobil Gloria terlihat anteng-anteng saja. Dengan kedua kaki depan ia letakan di kaca jendela mobil, Gloria memperhatikan keluar jendela. Keinginan tahuan Gloria sama seperti kucing lainnya, sangat tinggi. Bosan berdiri dipangkuan Axton, ia melangkah menuju kursi depan lalu duduk di dashboard mobil sambil terus memperhatikan jalanan di depannya.
"Apa tidak apa dia ikut?" tanya Tia pada Axton.
"Aku sudah biasa mengajaknya ke perusahaan. Kalau tidak diajak nanti ia malah merajuk."
"Tingkahnya seperti anak kecil saja. Tapi walaupun begitu ia terlihat sangat manja dan penurut sekali padamu, sedangkan dengan orang lain galaknya minta ampun."
"Dia memang begitu. Aku rasa dia cuman cemburu ada wanita lain yang mendekati ku."
"Cemburu? Apa kucing juga ada perasaan seperti itu?"
"Tidak tahu. Bisa saja iya."
"Kalau memang benar begitu, kau nanti malah akan kesulitan mendekati para gadis. Secara Gloria akan mencakar mereka."
"Aku akan berusaha membujuknya agar mau menerima mama barunya."
"Semoga berhasil. Ngomong-ngomong, aku baru sadar kalau jalan ini tidak menuju ke perusahaan RBS. Kita mau kemana?" tanya Tia mengalihkan pembicaraan.
"Ke pabrik. Aku mau lihat perkembangan rancangan mobil terbaru."
"Benarkah? Aku jadi penasaran ingin melihatnya."
"Kau bersemangat sekali."
Pabrik mobil RBS terletak dipinggir kota X. Butuh waktu setidaknya satu jam lebih sedikit dari kediaman untuk sampai disana. Sebuah bangunan besar berwarna putih dengan tanda nama berwarna merah dan biru menghiasi bagian depan. Pintu gerbang seketika dibuka saat satpam melihat mobil Axton. Mark yang bertugas mengantar Axton hari ini melajukan mobilnya memasuki kawasan pabrik. Setelah memberhentikan mobilnya, Ia pun turun lalu mengeluarkan kursi roda Axton dari dalam bagasi. Sementara Tia membantu Axton keluar dari mobil. Gloria tentu bergegas ikut keluar dari mobil. Ia naik ke pangkuan Axton sebelum Tia mendorong kursi roda Axton masuk ke pabrik tersebut.
Di dalam Tia dibuat kagum melihat proses pembuatan mobil walau cuman sekilas. Sebagai pencinta dari otomotif tentu hal ini menjadi kesenangan bagi Tia. Sewaktu mereka masuk salah seorang pria terlihat bergegas menghampiri. Dia adalah manager pabrik tersebut. Ia segera menyambut Axton dan bertanya maksud kedatangannya. Axton menjelaskan kalau ia ingin melihat perkembangan rancangan dari mobil terbaru. Manager itu langsung menuntut mereka menuju suatu ruangan di pabrik tersebut sambil menerangkan perkembangan pabrik saat ini. Tempat yang lumayan luas dengan beberapa perkerja di dalamnya. Terlihat juga ada satu mobil setengah jadi yang sepertinya rancangan awal dari mobil baru yang dimaksud. Setelah mengantar Axton, manager itu kembali ke tugasnya.
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
Retno Palupi
lanjut
2024-04-10
1