"Saya tidak merasa melakukan kesalahan. Saya cuman mengantarkan pakaian untuk tuan muda, lalu saya difitnah oleh pelayan baru itu," dengan Fei penuh kebohongan.
"Pelayan baru? Maksudnya Tia?"
"Iya."
"Bukan karna kau sungguh membuat kesalahan? Putraku tak mungkin hukum seseorang tanpa kejelasan kalau orang tersebut memang bersalah."
"Sumpah, saya tidak berbohong. Tia itu licik orangnya, sok polos dan sangat pandai berkata-kata manis. Dia saja berani berbicara kasar di hadapan tuan muda, tapi tuan muda terlihat tidak terlalu mempersoalkannya. Saya yakin gadis itu pasti telah merayu tuan muda."
"Itu benar Ny. Robinson. Apa lagi kalau bukan ia berani merayu tuan muda. Tidak hanya itu, ia juga bahkan merayu pengurus Zack. Masa iya, dia sebagai pelayan di rumah ini tapi tidak melakukan apa-apa. Sepagian ini ia cuman mengikuti pengurus Zack dan bertanya ini itu," kata Riska menambahkan pengaduan.
"Apa?! Langcang sekali dia!" Vilda mulai terpancing emosi saat mendengar penjelasan itu.
"Maka dari itu Ny. Robinson, tolong pecat saja dia."
"Tidak. Aku tak bisa memecatnya begitu saja. Harus ada alasan kuat atau dia membuat kesalahan besar, dengan begitu Axton sendiri yang akan memecatnya. Axton benar-benar tidak suka kalau aku ikut campur mengurusi bawahannya. Bisa menempatkanmu disini saja sudah bagus."
"Alasan apa lagi? Tia itu tak bisa melakukan apa-apa. Dia tidak cocok berkerja di rumah ini."
"Tidak bisa melakukan apa-apa?" Vilda tersenyum mendengar itu. Ia seketika mendapat ide. "Sepertinya kau benar. Orang seperti itu tidak cocok berkerja disini."
Vilda meminta Fei dan Riska mengatarnya ke tempat Tia berada. Dengan semangat keduanya segera memberitahu dimana Tia. Sewaktu mereka mencari Ny. Robinson mereka sempat melihat Tia ada di ruang makan bersama pengurus Zack, sebab ini sudah mendekati jam makan siang. Tak perlu menunda lagi mereka segera pergi kesana. Sampai di ruang makan, ternyata benar Tia dan pengurus Zack ada disana.
"Pengurus Zack, Axton masih ada di teras atap. Kau segeralah ke sana kalau-kalau ia membutuhkan batuanmu," perintah Vilda.
"Tia, ini tugasmu. Segera temui tuan muda," pengurus Zack balik memerintah Tia.
"Tidak, tidak. Ada yang ingin aku bicarakan pada pelayan baru ini. Kau saja yang pergi."
Pengurus Zack tidak segera menjawab. Ia melirik Tia lalu berkata. "Baik, Ny. Robinson," pengurus Zack sedikit membungkukkan badannya lalu melangkah pergi.
"Dasar pengurus rumah putraku satu ini. Dia bahkan berani menentang perintahku. Sayangnya aku tak bisa berbuat apa-apa padanya karna dia adalah orang kepercayaan Axton," batin Vilda. Setelah bayangan pengurus Zack menghilang barulah Vilda berbicara pada Tia. "Aku dengar kau sama sekali tidak menjalankan perintahku. Apa itu benar?"
"Pengurus Zack bilang aku cuman harus menuruti perintah tuan muda, bukan perintah ibunya karna aku berkerja pada tuan muda," jawab Tia apa adanya.
"Kau itu berkerja di keluarga Robinson. Aku adalah Ny. Robinson, sudah seharusnya kau juga menuruti perintah ku! Kenapa kau malah mendengarkan omongan pengurus Zack? Dia itu cuman pengurus rumah ini. Sekarang aku minta kau mengerjakan tugas dapur!" perintah Vilda dengan tegas.
"Apa yang harus aku lakukan di dapur?"
"Apalagi kalau bukan memasak. Setiap pelayan di rumah ini harus multitalenta termasuk bisa memasak."
"Bukankah sudah ada koki?"
"Kau pikir koki disewa tiap hari? Jangan terus membantah! Cepat lakukan tugasmu!"
"Hm, baiklah," Tia masih bersikap tenang menghadapi hal tersebut. Tapi dalam hati ia kesal, terutama pada pengurus Zack. "Sudah kuduga seharusnya aku tidak mempercayai pengurus Zack, dengan begitu aku tidak akan mendapat penghinaan ini. Aku harap Carol, Ramos dan Javier cepat menyelesaikan mobilku dan segera datang ke kota X agar aku bisa meminjam uang pada mereka untuk melunasi hutang ku. Setelah itu aku akan pergi dari sini," gerutunya dalam hati sambil melangkah pergi ke dapur.
"Apa saya bilang Ny. Robinson. Gadis itu bahkan berani membantah anda," kata Fei kemudian.
"Dia memang kurang ajar. Kau pergilah buat masalah seperti yang aku katakan tadi," perintah Vilda.
"Baik."
Fei berlalu menuju dapur. Terlihat Tia menghampiri salah satu pelayan yang ia temui pagi tadi dan bertanya apa ada yang bisa ia bantu. Fei belum memulai rencananya. Ia menunggu waktu yang tepat.
"Hai, kita bertemu lagi," sapa Tia pada pelayan itu.
"Hai. Kau tidak bersama pengurus Zack? Nanti dia marah lagi loh padamu."
"Ny. Robinson memintaku mengerjakan tugas dapur. Oh, iya. Aku belum tahu namamu."
"Kau bisa memanggilku Agnes."
"Oke, Agnes. Jadi, apa ada yang bisa aku kerjakan?"
Agnes melirik ke semua bahan makanan yang mungkin bisa Tia kerjakan. "Ah, bisa kau memotong bawang?"
"Memotong bawang?" Tia menerima bawang Bombay yang Agnes berikan. "Bagaimana caranya?"
"Apa kau tidak perna memasak sebelumnya sampai tidak tahu cara memotong bawang?" tanya Agnes memastikan.
"Aku memengang pisau dapur saja tidak perna. Tapi jika kau meminta aku membongkar mesin mobil, aku ahlinya," Tia mengambil salah satu pisau dapur lalu melemparkan di udara sebelum akhirnya ditangkap kembali dengan mudah.
"Apa kau berasal dari keluarga otomotif?" tanya Riska setelah mendapat kode mata dari Fei.
"Tidak. Tapi aku memiliki teman yang menggeluti bidang tersebut. Aku belajar darinya."
"Seharusnya kau mencari pekerjaan di bengkel. Kenapa mau jadi pelayan jika turun ke dapur saja tidak perna. Atau jangan-jangan benar kau bersedia menjadi pelayan karna ingin mendekati tuan muda?" timpal Riska menambahkan.
"Apa maksudmu berkata seperti itu?" Tia yang memang sudah kesal dibuat bertambah tidak senang.
"Sudah, tidak perlu ribut. Sini biar aku ajarin memotong bawang nya."
Agnes melerai keduanya. Ia menunjukan pada Tia bagaimana cara memotong bawang. Tia yang tak ingin mencari ribut tidak menghiraukan Riska. Ia lebih memilih memperhatikan Agnes dan mencoba seperti apa yang agnes contohkan. Merasa Tia masih belum terusik, kini giliran Fei yang maju.
"Kalian berdua itu sungguh cocok. Yang satu lugu, yang satu lagi bodoh..."
Belum selesai Fei dengan kalimatnya, satu bawang utuh tiba-tiba mendarat di dahinya. Fei sedikit merintih kesakitan sambil mengusap dahinya yang sakit.
"Tarik kembali ucapanmu!" bentak Tia tidak terima mendapat penghinaan tersebut.
"Berani sekali kau melemparkan bawang ini padaku!" balas Fei membentak sambil melemparkan kembali bawang tersebut.
Tia berhasil menghindari bawang itu dengan mudah. "Kenapa tidak berani? Jika kau mau, aku bisa melakukannya lagi tapi kali ini aku akan menggunakan pisau ini!"
Dengan tatatapan kesal Tia mengacungkan pisau yang ada ditangannya ke Fei. Tanpa sadar Fei dibuat begidik ngeri melihat tatapan Tia yang tajam, setajam pisau tersebut.
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
vivinika ivanayanti
Fei kau tdk tahu saja Siapa yg kau hadapi 🤭🤭 ny Robinson anda tdk tahu Tia sang nona muda yang sesungguhnya 🙄🙄
2023-11-27
1
Reni Anjarwani
doubel up thor
2023-11-07
1