Tapi ditengah-tengah perbincangan, tiba-tiba salah satu lampu hias alah bar jatuh dihadapan mereka. Lampu itu menghantam meja kompor dan menyebabkan beberapa pecahannya berhamburan. Semua orang refleks menghindari pecahan tersebut namun tidak bagi Axton. Ia hanya bisa melindungi wajahnya menggunakan tangan. Yang tidak disangka adalah ternyata, disaat semua orang reflek melindungi diri mereka sendiri, hanya Tia yang dengan sigap mau melindungi Axton. Ia menangkis semua pecahan tersebut menggunakan tutup panci. Semua orang dibuat terdiam termasuk ibunya Axton, Vilda.
Axton tersenyum. "Kemampuan inilah yang tidak dimiliki pelayan lain. Apa Fei bisa melakukan apa yang barusan dia lakukan tadi? Tidak, 'kan? Dia mungkin tidak bisa memasak tapi dia mampu melindungiku. Dia bukan sekedar pelayan pribadi tapi dia sekaligus pengawal prbadiku."
Vilda mengeretakan giginya sambil memalingkan muka dari Axton. "Pengurus Zack!"
"Iya, Ny. Robinson."
"Kau yang bertanggung jawab atas insiden ini! Bagaimana pekerjaan mu mengurus rumah ini sampai sebuah lampu saja bisa jatuh. Jika mencelakai putraku, bagaimana?" bentak Vilda melampiaskan amaranya kepada pengurus Zack.
Pengurus Zack seketika membungkukkan badanya. "Maaf. Ini sungguh kelalaian saya. Saya akan meminta seseorang memperbaikinya dengan segera."
"Sudah. Pembahasanya sampai disini saja" lerai Axton. "Pengurus Zack kau urus sisanya. Kelinci, bawa aku kembali ke kamar."
"Baik."
Tia memberikan tutup panci yang ada di tangannya pada Agnes, kemudian ia mendorong kursi roda Axton pergi meninggalkan dapur. Ditengah perjalanan menuju kamar Axton tidak ada percakapan diantara mereka.
"Hah... Hilang sudah kesempatan ku agar dapat keluar dari kediaman ini. Sepertinya cuman bisa menunggu Carol dan yang lain datang," batin Tia.
"Usaha yang bagus sekali Kelinci, kau berani membuat masalah agar ibu ku bisa memecatmu. Untung aku mendapat alasan yang tepat supanya ibu tidak bersikeras memintaku memecatmu. Kalau tidak, bagaimana caramu mengembalikan uangku?" kata Axton memecah keheningan.
"Hm, Mereka yang mulai duluan. Tapi sepertimya ibumu itu sangat tidak menyukaiku."
"Ibuku memang seperti itu. Ia tidak mudah menyukai seseorang, apalagi dia memiliki identitas tidak dikenal sepertimu. Kau pikir kenapa rumah ini cuman memiliki empat pelayan saja?"
"Aku beranggapan kalau kau lah yang tidak terlalu suka memperkerjakan banyak pelayan," sampai di depan pintu kamar, Tia membantu membukannya. Ia mendorong kursi roda Axton masuk ke dalam.
"Tidak. Ini karna ibuku. Sebab itu saat ada pelayan baru aku tidak memberitahu ibu sama sekali. Kalau tidak beginilah jadinya."
Mata Tia tiba-tiba tertuju pada jam dinding di kamar Axton. "Eh? Ini sudah jam 12.30. Aku ingat kau belum makan siang, 'kan? Apa kau mau aku ambilkan makan siang untukmu?"
"Boleh."
"Kalau begitu kau tunggu disini. Aku akan segera kembali."
Tia berlalu pergi kembali ke dapur untuk mengambilkan makan siang Axton. Ditangga ia tanpa sengaja berpapasan dengan Ny. Robinson. Vilda seketika menghentikan Tia. Ia lalu berbisik di telinga Tia.
"Kau jangan senang dulu mentang-mentang putraku masih mempekerjakanmu disini. Jika terjadi sesuatu padanya kau lah yang harus bertanggung jawab. Dan satu lagi, jangan coba-coba merayu putraku. Aku tidak sudi ia menyukai gadis rendahan seperti dirimu. Derajat kami jauh lebih tinggi. Kau tidak pantas bersanding dengan putraku. Ingat itu!" tekan Vilda diakhir kalimat. Ia melanjutkan langkahnya naik ke atas.
"Jika aku saja kau anggap gadis rendahan, lalu kau itu disebut apa? Hm, kau pikir aku dapat dengan mudah menyukai putramu itu. Yang benar saja! Itu tidak akan terjadi."
Walau sedikit kesal dengan omongan Ny. Robinson, tapi Tia mencoba untuk tidak peduli. Ia mempercepat langkahnya menuju dapur untuk mengambil makan siang. Dengan menggunakan meja dorong Tia membawa makanan serta minuman tersebut ke kamar Axton. Sampai disana terlihat Gloria sudah ada dipangkuan Axton yang sebelumnya tertidur di tempat tidur. Tia menyajikan semua hidangan yang ia bawa di meja balkon. Axton sengaja ini makan siang sambil menikmati hembusan angin hangat dan pemandangan kota.
Selesai makan siang Axton meminum obatnya. Tia membereskan semua piring yang ada lalu membawanya turun. Di dapur Agnes ternyata telah menunggu Tia untuk mengajaknya makan siang bersama. Tia tentu tidak menolak karna kebetulang ia juga sudah lapar. Setelag makan siang, Tia mengantar Axton menuju ruang kerjanya. Walau hari ini Axton libur tapi tetap saja ada beberapa urusan yang harus ia kerjakan di laptopnya. Tia cukup menemaninya di ruangat itu. Ia mengisi waktu luangnya sambil memainkan hpnya. Tapi tak jarang Tia sering mencuri-curi pandang. Melihat raut wajah Axton yang begitu serius memandangi laptopnya menjadi daya tarik sendiri bagi Tia. Axton tentu menyadari tatapan tersebut. Sering kali ia balik melirik Tia dan hal itu membuat pandangan mereka bertemu. Melihat Tia yang seketika memalingkan wajah dengan pipi merona membuat Axton tersenyum.
Setelah tugasnya selesai Axton memecah keheningan diantara mereka dengan menanyakan identitas Tia dan alasan kenapa dia ada di taman malam itu. Tia menceritakan pernyebab ia diusir dari rumah dan mengenai harus mengumpulkan uang sebanyak satu miliar baru diperbolekan pulang. Karna perjanjian ia dengan papanya, Tia tidak bisa memberitahu identitas aslinya pada Axton. Ini semakin membuat Axton penasaran, tapi ia tidak mungkin memaksa Tia untuk memberitahukannya. Yang pasti kini Axton tahu bahwa Tia bukanlah gadis dari kalangan biasa. Tidak mengherankan Tia langsung naik pita saat seorang pelayan berani menrendahkan dirinya.
...$ $ $ $...
Esok harinya Tia mulai membiasakan diri bangun lebih awal sebelum pengurus Zack berteriak memanggilnya. Setelah bersiap-siap, Tia bergegas menuju kamar Axton untuk menyiapkan pakaiannya. Setelah kemeja hitan dengan rompi putih dan sepatu berserta kaus kakinya. Setelah menyiapkan semua itu Tia berlalu menunggu di luar kamar Axton. Tak berapa lama tiba-tiba...
"Kelinci!" teriak Axton memanggil Tia.
"Apa?" Tia bergegas membuka pintu dan masuk.
"Ini bagaimana memakainya?" tanya Axton sambil menunjukan dasi yang sama sekali belum terpasang.
"Aku juga tidak tahu. Aku cuman membantumu menyiapkan pakaianmu saja. Kenapa tidak meminta pengurus Zack membantumu memakai dasi itu."
"Hah... Kau benar-benar tak bisa diandalkan. Ya sudah bantu aku menemui pengurus Zack."
Tia membantu Axton berdiri dan menuntunnya menuju kursi rodanya. Tia kemudian mendorong kursi roda Axton turun ke bawah menemui pengurus Zack. Mereka bertemu pengurus Zack di ruang tamu dan hendak naik ke lantai dua. Axton segera meminta pengurusnya membantunya memakai dasi. Alih-alih langsung membantu Axton, pengurus Zack lebih memilih mengajari Tia memasangkan dasi tersebut. Melihat wajah Tia yang begitu serius belajar memasang dasinya membuat jantung Axton berdegup kencang. Tanpa sadar ia meletakan tangan kanannya di dada kirinya.
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
Rosmaliza Malik
hehe...tuan muda udah jatuh cinta ....
2024-02-05
0
Suci Nurhayati
q suka ceritanya tor 😁
2023-11-27
1