Tidak ingin terjadi hal yang tidak diinginkan Agnes mencoban menenangkan Tia dan merebut pisau itu.
"Tia, apa yang kau lakukan? Jangan melakukan hal aneh."
"Hm, Dia yang mulai duluan," Tia melipat tangganya di dada sambil mendengus kesal.
"Dasar wanita temperamental. Tapi itu bagus. Dengan begini semakin mudah bagiku memancing emosimu. Setelah itu Ny. Robinson bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk memecatnya," batin Fei. Muncul sedikit seringai kecil diwajahnya.
Tia yang sendari tadi memperhatikan segera tahu maksud jahat Fei. "Ada apa dengan wajahmu itu? Kenapa kau malah tersenyum? Apa kau mengejekku?"
"Apa?" Gei cukup dibuat terkejut dengan insting Tia yang kuat. "Aku belum berkata apa-apa juga kau sudah menuduhku."
"Raut wajahmu itu menceritakan semuanya. Tidak mengatakan apapun juga aku tahu kau sedang merencanakan rencana licik."
"Sebelumnya kau tadi bilang ahli dalam otomotif tapi sekarang kau bisa membaca raut wajah. Apa kau sedang bercanda dengan kami?" ujar Riska.
"Aku tidak bercanda. Aku memang ahli dalam otomotif."
"Sudahlah, tidak ada gunanya juga terus berbohong. Aku tebak kau saja tidak tahu komponen-komponen dasar mesin mobil. Secara kau itukan gadis dari desa. Jangan belaga sok hebat."
"Katakan sekali lagi," kesabaran Tia sudah hampir mencapai batasnya.
"Baiklah, gadis desa yang mencoba peruntungan di kota. Aku menebak kau itu pasti tidak sengaja bertemu dengan tuan muda dan sedikit menolongnya. Karna merasa iba tuan muda lalu memberimu perkerjaan sebagai pelayan. Mentang-mentang berwajah cantik kau jangan coba-coba ingin merayu tuan muda. Gadis miskin sepertimu itu tidak pantas..."
Bugk!
Satu tonjokan keras mendarat di wajah Fei sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Ia terlalu keasikan mengoceh sampai tidak menyadari kalau Tia telah mendekat ke arahnya. Semua orang yang ada di dapur tersebut dibuat terkejut dengan apa yang Tia lakukan.
"Aw..." rintih Fei sambil mengusap sudut bibirnya yang sakit.
"Kau pikir dirimu itu siapa? Berani sekali kau menghinaku seperti itu!" belum cukup puas, Tia menarik krah baju Fei dengan geramnya "Dengar ya pelayan rendahan, aku..."
"Apa-apaan ini? Kenapa kalian malah ribut disini," potong Ny. Robinson begitu melangkah masuk ke dapur.
"Bagus. Akhirnya Ny. Robinson datang. Tamatlah sudah riwayatmu kali ini Tia," kata Fei dalam hati.
"Tepat waktu juga Ny. Robinson datang. Pasti ada yang memberitahu dia," Tia melepaskan krah baju Fei dan sedikit mendorongnya. Lagi-lagi Fei harus merasakan dinginnya lantai.
"Ny. Robinson syukurlah akhirnya anda cepat datang. Pelayan baru ini tiba-tiba memukul saya," kata Fei berpura-pura terlihat begitu kasihan.
"Kau pikir dengan mengaduh duluan, kau lah yang benar dan semua orang akan percaya padamu? Aku rasa tidak. Orang bodoh mana yang mau langsung percaya dengan mu."
"Beraninya kau pelayan baru membuat keributan di hari pertamamu perkerja. Kau bahkan memukul salah satu pelayan disini. Apa kau ingin dipecat?" bentak Vilda marah-marah pada Tia.
"Apa?! Tidak mungkin Ny. Robinson langsung percaya begitu saja pada dia tanpa mencari tahu kebenarannya."
"Kenapa tidak? Dia adalah pelayan yang paling aku percaya ketimbang orang baru sepertimu. Dan lagi, aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri kau memukul seseorang. Sekarang kau tak bisa menyangkal hal itu. Orang sepertimu tidak pantas berkerja disini!"
"Jika anda melihat semuanya, berarti anda tahu kalau dia lah yang mulai duluan," tunjuk Tia masih geram dengan Fei.
"Tia, kau tak boleh berbicara seperti itu pada Ny. Robinson. Dia majikan kita," bisik Agnes.
"Lancang sekali kau berani membentaku seperti itu! Kau pikir dirimu itu siapa? Apa kau ingin dipecat?!!" ancam Vilda dengan nada tinggi.
"Ee....! Pelayan satu itu pasti sengaja melakukan ini agar Ny. Robinson membenciku, atau mereka berdua memang sudah bersekongkol sejak awal. Andai aku diperbolehkan menggunakan nama keluarga, kalian pasti tercengang setelah tahu kepada siapa kalian bicara! Eh, tunggu dulu," amarah dalam hati Tia tiba-tiba mereda. "Bukankah ada bagusnya Ny. Robinson memecatku. Dengan begitu aku tidak perlu berkerja disini lagi dan berurusan dengan mereka. Kenapa sendari tadi tidak terpikirkan oleh ku," batin Tia malah kegirangan. "Pecat sa..."
"Ibu, apa yang terjadi disini?"
Belum sempat Tia bicara Axton sudah datang bersama pengurus Zack yang mendorong kursi rodanya.
"Sudah aku duga Axton akan datang. Pasti pengurus Zack yang memberitahu dia," batin Vilda. Ia senang karna rencananya berjalan sesuai keinginannya.
"Aah, sial kenapa dia malah datang," gerutu Tia dalam hati.
"Axton, pelayan baru mu ini telah berani membuat masalah di hari pertama ia berkerja. Dia memukul orang tanpa alasan," kata Vilda.
"Tidak mungkin ada orang yang mau memukul tanpa alasan. Kenapa tidak katakan saja apa yang sebenarnya terjadi? Mungkin Fei sendiri yang mencari masalah duluan."
Tia cukup terkejut mendengar perkataan Axton. "Apa maksudnya dia sedang membelaku? Dia lebih memilih mencari tahu kebenaranya tanpa mudah percaya omongan orang lain termasuk ibunya sendiri."
"Axton, kau ini selalu saja tidak mau segera percaya pada ibu mu sendiri. Kau bahkan masih mau membela pelayan baru itu. Apa kau tidak lihat sudut bibir Fei sampai terluka akibat pukulan dia dan ibu melihanya sendiri pelayan baru itu memukulnya. Alasan apa lagi kau mau membela dia?"
"Kelinci, apa benar kau memukul Fei?" tanya Axton pada Tia.
"Itu benar," jawab Fei tanpa menyakalnya.
"Kau dengar sendiri 'kan, sayang. Dia saja mengakuinya," kata Vilda.
"Apa alasanya?" tanya Axton lagi.
"Karna dia menghinaku," jawab Tia.
"Apa benar itu Fei?" kini Axton balik bertanya pada Fei.
"Em... Tuan muda saya..."
"Kau tahu aku memperlakukan kalian semua sama disini. Kenapa kau menghinanya? Jangan karna aku selalu miminta bantuan mu, kau sudah merasa aku memperlakukanmu secara istimewa. Aku melakukan itu cuman namamu yang aku ingat diantara nama pelayan lain."
"Saya tidak menghinanya, tuan muda. Saya..." Fei dibuat gugup. Ia bingung mencari alasan.
"Axton, kenapa kau begitu membela pelayan baru itu? Sudah jelas ia memukul orang. Untuk apa kau membelanya? Dia juga tidak bisa melakukan apa-apa. Memasak saja tidak bisa. Untuk apa memperkerjakan orang tak berguna seperti dia? Jika kau membutuhkan pelayan pribadi, kau bisa meminta Fei menjadi pelayan pribadimu, sementara gadis itu bisa kau pecat!" tegas Vilda mengalihkan pembicaraan karna ia tahu ia tidak bisa mengandalkan Fei mencari alasan. Bisa-bisa rencananya gagal.
"Bagus. Dengan begitu aku bisa lebih dekat lagi dengan tuan muda. Ny. Robinson memang bisa diandalkan," kata Fei dalam hati.
"Dipecat saja tidak apa-apa. Itulah yang aku mau," batin Tia.
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
Reni Anjarwani
doubel up
2023-11-09
1