"Kamar pelayan di rumahku saja lebih bagus dari pada ini. Tapi, ya sudahlah. Dari pada aku harus tidur di jalanan," gumang Tia dalam hati.
"Mulai sekarang ini kamarmu. Kau harus berkerja melayani tuan muda dengan sepenuh hati. Aku akan menerangkan tugas-tugas yang akan kau kerjakan kedepannya. Tapi sebelum itu ada yang ingin aku tanyakan. Apa kealihanmu?"
"Kealihan? Apa itu penting?"
"Sangat penting. Sebagai pengurus rumah ini, aku harus menjamin orang-orang yang berkerja disisi tuan muda merupakan orang yang berpengalan, disiplin, penuh tanggung jawab, setia dan juga elegan."
"Hah? Syarat menjadi pelayan di rumah ini seperti ingin menjadi pelayan kerajaan saja harus elegan."
"Hal wajar karna keluarga Robinson adalah satu dari jajaran lima keluarga teratas di kota ini."
"Jika kau bertanya apa aku memiliki keahlian atau tidak mengenai seluk-beluk menjadi pelayan rumah, aku sama sekali tidak memilikinya."
"Lalu, apa yang kau bisa?"
"Alah, tidak penting juga aku memiliki keahlian atau tidak. Lagian aku cuman berada disini sampai kakinya sembuh dan ia bisa berjalan lagi. Paling lama cuman dua minggu."
"Kau bukan menjadi pelayan tetap?"
"Tch, sebenarnya mana mau aku jadi pelayan dari pria menjengkelkan seperti dia."
"Jaga kata-kata mu! Biarpun kau cuman berkerja selama dua minggu disini, tuan muda tetap majikanmu. Ingat itu!" tegas pengurus Zack diakhir kalimat.
Tia menatap tidak senang pada pengurus Zack. "Bisa kau langsung terangkan saja apa yang harus kulakukan mulai besok?"
"Baik. Tugasmu cuman satu yaitu selalu ada disamping tuan muda dan mengikuti semua perintahnya. Itu saja."
"Kenapa tidak bilang dari awal?"
"Memang ada beberapa tugat tapi sepertinya aku tidak perlu memberitahu mu, nanti juga kau tahu sendiri. Sampai jumpa," pengurus Zack berlalu pergi meninggalkan Tia.
"Dasar pelayan overprotektif."
Tia membaringkan tubuhnya di tempat tidur dengan kaki masih menapak di lantai. Diguncang mobil lebih dari lima jam benar-benar membuat tubuhnya lelah. Sangking lelahnya ia bahkan masih membiarkan barang-barangnya belum disusun ke dalam lemari. Tia ingin istirahat sebentar. Sambil menatap langit-langit kamar tersebut ia tidak pernah menyangka dalam hidupnya ia akan tidur di kamar pelayan dari keluarga berpengaruh di kota lain. Sebagai putri dari keluarga kaya yang selalu dimanjakan, ini sungguh pengalaman yang mengejutkan. Tia pikir saat keluar rumah ia mungkin bisa mencari pekerjaan di perusahan-perusahaan milik temannya. Dengan begitu ia bisa mengumpulkan uang dan membuktikannya pada papanya. Namun siapa sangkah Tia dipertemukan dengan Axton dan malah berakhir menjadi pelayan untuk membayar hutang nya.
Kriiiing.......
Hp Tia tiba-tiba berbunyi. Hal itu membuat lamunan Tia buyar seketika. Ia mengeluarkan hpnya dan melihat siapa yang menelpon. Ternyata telpon tersebut berasal dari salah satu temannya. Tia segera mengangkat telpon tersebut.
"Iya, hallo. Ada apa Carol?"
"Kau ada dimana Tia? Aku sudah sering kali menelponmu namun tidak kau angkat. Bukankah hari ini kau ingin mencoba mesin mobil yang baru kau beli kemarin?"
"Astaga, aku benar-benar lupa soal itu. Tolong minta Ramos dan Javier merakitkannya untuk ku dan uji cobalah. Aku tak bisa datang hari ini, besok ataupun lusa."
"Memangnya kenapa kau tidak datang kesini?"
"Ceritanya panjang. Apa kau tahu? Semalam aku diusir dari rumah karna menghabiskan uang untuk membeli mesin itu dan perlengkapan lainnya. Sialnya, papa juga memblokir kartu kredit ku."
"Apa?! Lalu, kau tinggal dimana sekarang?"
"Aku ada di kota X. Semalam aku tak sengaja menghajar seseorang. Sebagai ganti rugi aku terpaksa menjadi pelayannya sampai ia sembuh."
"Yang benar saja, nona muda sepertimu berakhir menjadi pelayan seseorang."
"Memangnya aku mau? Aku juga terpaksa tahu."
"Ngomong-ngomong, kau ada di kota mana tadi?"
"Kota X."
"Kalau tidak salah di kota itulah tempat dimana kejuaraan mobil akan digelar. Kau pasti datang, 'kan?"
"Kalau soal ini mana mungkin aku tidak datang. Aku sudah sangat menantikannya. Karna mempersiapkan kejuaraan itu aku sampai merogoh kocek cukup dalam untuk memodifikasi mobil ku. Kita harus menempati juara pertama."
"Itu baru semangat. Kau anteng-anteng saja menjadi pelayan, Tia. Biarkan persiapannya kami yang urus disini."
"Tapi aku tidak bisa berlatih kalau seperti ini. Aku ingin mencoba mobil baruku."
"Eh... Kalau soal itu aku tidak tahu harus bagaimana? Tapi sebaiknya kau tidak terlalu khawatir. Kami akan mempercepat menyelesaikan mobilmu dan membawanya ke kota X. Dengan begitu kau bisa berlatih disana sebelum perlombaan dimulai."
"Maaf merepotkan kalian."
"Bukan masalah. Kita 'kan satu tim. Sudah tugas kami menyiapkan semua ini demi pembalap kebanggaan kami."
"Hah, kau bisa saja memujiku."
"Itu bukan pujian tapi kenyataan. Sudah dulu, ya. Aku harus memberitahu Ramos dan Javier untuk mempersiapkan peralatan besok. Sampai jumpa," Carol mematikan telponnya.
...$ $ $ $...
Jam 05.00 pagi Tia sudah terbangun karna suara kutukan dan teriakan dari luar memanggilnya. Dengan keadaan masih ngantuk Tia bangkit dari tempat tidur lalu menghampiri pintu. Diputarnya knop pintu dan kemudian membukanya.
"Hoam... Ada apa? Kenapa kau membangunkan ku sepagi ini?"
"Setiap pelayan di rumah ini sudah mulai berkerja dari jam lima pagi, termasuk dirimu. Jadi sebaiknya kau cepat lah bersiap-siap dan pergi ke kamar tuan muda."
"Apa yang harus aku lakukan pergi kesana sepagi ini? Aku tebak dia saja belum bangun."
"Siapa bilang tuan muda belum bangun? Dia itu lebih suka bangun lebih awal untuk berkerja dari pada harus begadang. Kau datang kesana dan siapkan pakaian untuk tuan muda kenakan, mengerti?"
"Aah... Baiklah. Cerewet!"
"Apa katamu..."
Tia menutup pintu kamarnya sebelum pengurus Zack marah. Ia pergi mandi lalu berpakaian. Dikucirnya rambutnya sebelum melangkah pergi ke kamar Axton. Di lorong menuju kamar Axton, dari arah belakangnya tiba-tiba ada seseorang memanggilnya. Tia menoleh melihat siapa yang barusan memanggilnya. Terlihat seorang pelayan menghampirinya.
"Kau mau ke kamar tuan muda, 'kan?" tanya Fei memastikan.
"Iya. Memangnya kenapa?"
"Sebaiknya kau ke dapur saja menyiapkan sarapan untuk tuan muda. Biarkan aku yang menyiapkan pakaiannya dan membawa ia turun ke ruang makan. Aku lebih berpengalaman melakukan ini dari pada kau," ujar Fei terdengar sedikit sombong.
"Oh, baiklah. Silakan saja."
Menyadari kalau pelayan tersebut terlihat sangat sombong dan sok hebat, Tia mempersilakan saja jika ia mau melakukan tugas tersebut. Tidak ada gunanya juga berdebat dengan seorang pelayan. Tia berbalik pergi kembali turun ke lantai dasar lalu melangkah menuju dapur.
"Bagus. Pergilah ke dapur. Tak akan aku biarkan kau mendekati tuan muda. Tuan muda hanya milikku seorang," gumang Fei sambil tersenyum.
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
Retno Palupi
semoga tia betah
2024-04-10
1
Rosmaliza Malik
harap kawan2 tia baik dan tulus berkahwin dgn tia.
patutlah dalam satu hari boleh abis 1M, beli kereta dan aksesorinya mmg mahal la...
2024-02-05
0
Rupink Chiabella
orang ky fei dimanapun pasti ada🙄
2023-11-23
3