"Ah tuan, sadarlah! Jangan mati dulu."
Tia menampar pipi Axton berulang kali untuk menyadarkan nya. Namun mau sampai pipi Axton merah sekalipun, ia tidak mungkin bangun jika caranya seperti itu. Melihat Axton tidak kunjung sadar, Tia memutuskan memanggil taksi untuk membawa Axton ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit Tia membayar ongkos taksi menggunakan sisa uang yang ada di sakunya. Karna terlalu panik Tia tidak memikirkan bagaimana membayar biaya rumah sakit, yang terpenting memastikan keselamatan Axton terlebih dahulu. Walau sebenarnya ia tidak akan mati semudah itu. Axton segera mendapat perawatan. Beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruangan tempat dimana Axton dirawat.
"Bagaimana keadaanya dok?" tanya Tia dengan nada khawatir.
"Nona tenang saja. Pacar nona dalam keadaan baik," jawab dokter itu salah sangka.
"Dia bukan pacar saya," ujar Tia berubah datar.
"Oh, apa mungkin dia kakak nona?" tanya dokter itu mencoba menebak untuk menyembunyikan rasa canggung nya.
"Bukan. Saya saja tidak mengenalnya."
"Yang benar saja kau mengkhawatirkan orang yang tidak kau kenal sampai segitunya," batin dokter tersebut. "Eh... Apa kau ingin menemuinya?"
"Iya."
Tia segera masuk ke ruangan yang ada di hadapannya. Di dalam ia mendapati Axton sudah sadar dan sedang menatap tajam ke arahnya. Kondisi Axton cukup memprihatinkan saat ini. Ia terbaring di ranjang rumah sakit dengan sebelah pipi ditempel perban dan yang paling parah adalah kaki kirinya, terpaksa harus digips akibat cedera yang cukup serius. Kemungkinan Axton diharuskan menggunakan kursi roda.
"Em... Apa kau baik-baik saja?" tanya Tia hati-hati.
"Apa menurutmu aku terlihat baik-baik saja?"
"Tidak."
"Apa masalah mu? Aku cuman sekedar ingin menyapamu tapi aku malah berakhir seperti ini. Benar-benar sial!"
"Maaf. Aku pikir kau para preman itu. Aku tidak bermaksud membantingmu, sungguh," Tia masih mencoba meluruskan kesalahpahaman ini namun mau bagaimanapun Tia twto salah.
"Kau pikir minta maaf saja sudah cukup? Lihat kondisiku sekarang. Aku tidak bisa berjalan untuk beberapa minggu kedepan karna ulahmu. Bagaimana caranya aku beraktifitas dalam kondisi seperti ini?"
"Jangan marah begitu. Aku akan tanggung jawab. Aku yang akan membayar biaya pengobatan mu," namun Tia baru teringat kalau akun banknya telah diblokir papanya. "Astaga bagaimana aku bisa lupa kalau saat ini aku tidak mempunyai uang? Bagaimana caranya aku membayar biaya rumah sakit ini?"
Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara pintu diketuk dari luar yang seketika membuyarkan lamunan Tia. Seorang perawat masuk ke ruangan tersebut.
"Mohon maaf, nona. Bisa anda mengurus biaya administrasinya?" kata perawat itu pada Tia.
"Em... Soal itu... Boleh beri saya waktu sebentar?"
"Baiklah. Tapi mohon segera diurus, ya."
"Iya."
Perawat tersebut berlalu pergi. Tak lupa ia menutup kembali pintu.
"Ada apa? Apa kau tidak punya uang?" tanya Axton.
"Bukan begitu, aku..."
"Pakai ini." Axton menyodorkan kartu kredit miliknya ke Tia.
Tia dibuat cukup kebingungan. "Tapi, aku..."
"Sebaiknya kau segera mengurus biaya administrasinya. Sandinya, 146401."
"Baiklah. Aku akan segera kembali."
Tia menerima kartu kredit itu lalu segera keluar untuk mengurus biaya administrasinya. Saat ini Tia tidak punya pilihan lain. Dari pada pusing memikirkannya, lebih baik menggunakan apa yang sudah ada di depan mata. Mumpung pria tersebut sedang berbaik hati.
"Dia cukup manis juga," gumang Axton tanpa sadar.
Axton menghubungi bawahannya dan memberitahu mereka kalau ia ada dirumah sakit. Bawahan Axton yang mendapat kabar tersebut dibuat terkejut bercampur khawatir. Axton menjelaskan kalau ia baik-baik saja dan tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Ia meminta untuk menjemputnya di rumah sakit. Setelah memberitahu alamat rumah sakit dimana ia dirawat, Axton mematikan telpon. Beberapa menit kemudian Tia kembali setelah mengurus biaya rumah sakit. Ia mengembalikan kartu kredit milik Axton berserta tanda bukti pembayarannya. Axton menerima itu tanpa bicara sepata katapun.
Tidak ada percakapan diantara mereka. Tia merasa tidak enak hati karna telah membuat Axton terluka dan malah masih membuat dia membayar biaya rumah sakitnya sendiri. Tia mulai tahu bagaimana rasanya tidak memiliki apa-apa disaat tak terduga seperti ini. Tak berapa lama dua bawahan Axton datang. Mereka dibuat tak percaya atas apa yang menimpa tuan muda mereka. Baru sebentar lepas dari pengawasan, tuan muda mereka ini malah berakhir terluka. Bagaimana cara mereka menjelaskan pada tuan dan nyonya besar nanti? Mereka pasti dimarahi habis-habisan.
"Tuan muda, kami segera bergegas setelah mendapat kabar jika anda ada di rumah sakit. Apa yang terjadi?" tanya salah satu dari mereka.
"Bukan apa-apa. Cuman kecelakaan kecil."
"Apa mereka orang-orang mu? Baguslah kalau begitu. Aku bisa meninggalkanmu dengan tenang tanpa perlu mengkhawatirkan mu lagi. Maaf soal yang tadi dan terima kasih juga kau tidak terlalu mempersoalkan ini. Jika sudah punya uang nanti, aku pasti akan mengembalikannya. Sampai jumpa," setelah membungkukan badan ya minta maaf, Tia berbalik hendak pergi.
"Tunggu. Kau mau kemana?" panggil Axton membuat Tia menoleh.
"Em... Aku juga tidak tahu. Kembali ke taman tadi mungkin, sebab koperku masih ada disana."
"Hah... Begini saja. Aku punya cara yang lebih baik."
"Benarkah? Apa itu?"
"Karna kau sudah berhutang padaku, bagaimana kalau kau membayarnya dengan merawat ku sampai sembuh total?"
"Apa?! Maksudmu aku harus menjadi pelayanmu, gitu?"
"Kenapa? Tidak mau? Karna ulahmu kaki ku sampai cedera seperti ini. Aktifitas ku jadi terhambat karna aku terpaksa menggunakan kursi roda untuk beberapa minggu kedepan. Kau harus bertanggung jawab penuh atas kesembuhan ku."
"Lebih baik aku menerimanya. Setidaknya malam ini aku tidak akan tidur di jalanan. Hah... Bukannya mencari uang, aku malah dapat hutang," keluh Tia namun tidak ada pilihan lain. "Baiklah, baiklah. Aku cuman merawatmu sampai kaki mu sembuh saja, 'kan? Paling lama cuman seminggu."
"Bagus. Teo, pergilah ke taman yang berada di sebrang gedung pesta perjamuan tadi. Ambilkan koper milik nona..." kalimat Axton terhenti karna ia tidak tahu nama gadis di depannya ini.
"Tia. Panggil saja Tia."
"Tia? Itu namamu? Pendek sekali," kata Axton sedikit mengejek.
"Cordelia Tia Tamara, jika kau ingin memanggil ku dengan nama panjang ku. Itupun belum termasuk marga keluargaku," kata Tia merasa kesal dengan ejekan tersebut.
"Sekarang namamu panjang seperti kereta api."
"Ee...! Terserah kau mau memanggilku dengan sebutan apa."
"Okey. Aku akan memanggil mu, Kelinci."
"Kelinci? Kau mengangapku sebagai hewan pengerat?"
"Tidak, tapi peliharaan."
"Apa?! Kalau begitu kau itu adalah seekor rubah yang licik!"
"Rubah? Boleh juga. Rubah mempermainkan Kelinci kecil."
"Aah! Seharusnya aku membiarkan mu saja tergeletak di taman tadi."
.
.
.
.
.
.
ξκύαε
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
kagome
ya ampun tia.......
mana ada org letiban koper menigoi jangan ane2 deh.
ya ampun thor
tia yg jdi aktrisnya kok aq yg gemes ya😅
2023-11-25
1
Rupink Chiabella
seru
2023-11-23
1