Sarah bagai terhipnotis, hanya bisa pasrah ketika Arya melu_mat bibirnya dan enggan membalas. Mata pria itu memejam seakan menikmati apa yang ia lakukan. Perlahan pagutan itu semakin menuntut dan … liar membuat Sarah tersadar kalau saat ini dia berada di kantor dan pria di atas tubuhnya adalah Arya -- asistennya si raja gombal dan berhasil membuat dirinya terlena.
“Hahh.”
Sarah mendorong tubuh Arya bahkan menendang pria itu hingga tersungkur.
“Bu Sarah punya ilmu bela diri ya,” ujar Arya sambil mengusap bokongnya menatap Sarah yang sudah beranjak duduk. “Kata Pak Edric lagi sakit, tapi tendangannya bikin saya nyungsruk.”
“Sudah tahu saya sakit, kenapa cari kesempatan. Dasar asisten kurang ajar, kalau saya tidak segera sadar bisa-bisa habis pakaian saya kamu lucuti.”
“Jadi ciuman saya bikin ibu tidak sadar ya?”
Sarah mengabaikan Arya dan memperbaiki penampilannya, bersamaan dengan pintu kamar terbuka dan ….
“Sarah ... kamu ada di sini juga? Kalian sedang apa?”
Arya beranjak dari lantai karena penampilan dirinya juga Sarah membuat orang menduga macam-macam dan orang itu adalah Nella -- mama Sarah.
“Mama.”
“Kalian keluar, kita perlu bicara,” titah Nella dan Sarah hanya bisa menghela nafasnya.
Nella sudah duduk di sofa tunggal yang biasa ditempati Sarah, sedangkan istrinya juga Arya duduk berdampingan di sofa sisi kiri.
“Ada angin apa hari ini aku dikunjungi Papa dan Mama,” seru Sarah seakan melupakan wajah Nella yang geram melihat kejadian di kamar rahasia. Nella menoleh sekilas lalu menatap bergantian Sarah dan Arya.
“Masih mau mengelak dan menolak untuk menikah sedangkan tadi ….”
“Tidak terjadi apa-apa,” ujar Sarah menyela ucapan Mamanya.
“Tidak terjadi apa-apa bagaimana? Sarah, Mama lihat sendiri kamu sedang memperbaiki pakaian kamu dan bocah ini,” tunjuk Nella pada Arya. “Seperti kesakitan.”
“Maksud Mama aku menyakiti dia?”
“Betul Tante, sakit bemper saya nih,” sahut Arya membuat perbincangan semakin tidak jelas.
“Mah, aku tadi berbaring karena sakit kepala. Pagi-pagi Papa sudah berkunjung hanya untuk bertitah macam-macam. Waktu bangun aku terkejut ternyata ada Arya, refleks aku menendang dia sampai tersungkur. Memang Mama pikir aku dan Arya sudah melakukan apa? Tidak mungkin posisi kami seperti itu kalau habis melakukan sesuatu yang ada di pikiran Mama,” tutur Sarah dan masuk logika.
“Tetap saja kalian sudah berduaan. Lebih baik kalian menikah saja, jadi bebas mau ngapain. Mana tahu sebelum Mama datang kalian habis enak-enak.”
“Mama kenapa sih, repot-repot ngurusin aku biasanya juga tidak peduli. Papa yang sering enak-enak Mama biarkan saja, sedangkan aku ….”
“Karena kamu Putri Mama, kehidupanmu tanggung jawabku. Mama tidak ingin melihat kamu terhina lagi karena belum menikah dan lagi … Amira, dia keponakan Mama langsung Sarah. Mama merasa ikut bersalah," tutur Nella.
"Mama percaya bocah ini bisa buat kamu bahagia, hanya dia yang datang tidak menyombongkan kemewahan yang jelas-jelas milik keluarganya.”
“Mah ….”
Nella sudah berdiri. “Jeny, dia karyawanmu bukan? Apa kamu mau semua yang akan jatuh ke tanganmu, sebagian berpindah menjadi milik wanita itu karena dia bisa saja menguasai Papamu."
Arya hanya menyimak, masalah keluarga Sarah memang kompleks. Lebih rumit dari urusannya dengan keluarga Bimantara.
Sarah menghempaskan kembali tubuhnya ke atas sofa ketika Nyonya Ryan Simon sudah meninggalkan ruangan.
“Sebaiknya ibu pulang,” usul Arya.
Belum Sarah menjawab, telepon di meja berdering. Arya pun dengan sigap menjawabnya, ternyata panggilan dari Melan mengingatkan pertemuan dengan klien satu jam lagi.
***
“Ternyata putri Ryan Simon memiliki kemampuan yang sama seperti Papanya.”
Sarah hanya tersenyum lalu melepas jabat tangan lawan bicaranya. Rekanan bisnis perusahaan yang sebelumnya bekerja sama langsung dengan sang Papa, tapi kini berhadapan dengan dirinya.
“Semoga kerjasama kali ini bisa mendapatkan keuntungan maksimal untuk kedua belah pihak,” sahut Sarah.
Akhirnya Sarah yang didampingi Arya meninggalkan ruang pertemuan sekaligus makan siang. Mood wanita itu sudah tidak baik sejak tadi pagi saat Ryan Simon datang ke kantor dan kali ini harus bersabar karena bertemu dengan orang yang masuk ke dalam list orang yang harus musnah dari bumi.
“Sarah, wah sebuah kejutan kita bertemu di sini.”
Arya ingin mengucapkan sesuatu, tapi ditahan oleh Sarah. Bahkan wanita itu langsung memeluk lengan Arya dan enggan menjawab sapaan Felix.
“Aku kalian begitu kompak, yang satu Pimpinan dan yang satu bawahan.” Felix berkata lalu terkekeh.
“Memang sebagai partner kerja kami sangat kompak dan sebagai pasangan kekasih kami sedang hangat-hangatnya, seperti … pengantin baru,” ungkap Arya membalas ejekan Felix.
“Sudahlah, kita masih banyak urusan.”
“Felix, kita sudah ditunggu … Loh, Sarah! Kalian ada di sini?”
“Hm. Tempat ini bukan tempat private milikmu, jadi wajar kalau melihatku di sini.”
“Apa kamu dan Felix memang janji temu bukan kebetulan bertemu?” tanya Amira, wanita itu selalu saja menuduh Sarah masih ada hubungan dengan Felix.
“Amira, jika tahu akan bertemu suamimu di sini aku tidak akan menyetujui pertemuan di tempat ini,” sahut Sarah.
“Tuan Felix dan Nyonya Amira, bisa kita mulai. Kami masih ada kesibukan lain.”
Sarah menatap pria yang menginterupsi Amira dan Felix, seorang pengacara. Wajah wanita itu langsung tersenyum menyadari kalau pasangan di hadapannya mungkin dalam proses membicarakan masalah perceraiannya.
“Dari pada mengurusi hidupku lebih baik urus saja kepentingan kalian. Beliau pengacara, jangan-jangan kalian akan membahas masalah perceraian. Amira, sebagai kerabatmu aku turut prihatin,” ungkap Sarah lalu melambaikan tangannya dan mengajak Arya pergi.
“Ayo cepat,” bisik Sarah meninggalkan area private room.
“Buru-buru amat sih. Sabarlah Bu, kita masih ada banyak waktu berdua kok.”
Sarah hanya mendengus pelan mendengar ucapan Arya. Pria itu selalu saja menimpali perkataan dirinya dengan kalimat yang mengandung kemesuman hakiki.
“Bu Sarah tunggu di sini, saya ambil mobil dulu,” ujar Arya. Belum sempat melangkah pergi, ia dikejutkan dengan sosok yang mendekat dan menyapa Sarah.
“Ibu Sarah Alesha, apa kabar?” tanya Ares tanpa menoleh pada Arya yang sudah mengepalkan kedua tangannya.
“Baik, aku baik. Anda ….”
“Ares. Ares Bimantara.” Ares mengulurkan tangannya pada Sarah.
“Ah iya, maaf saya agak lupa karena kita sepertinya belum pernah bertemu.”
“Benar, kita memang belum pernah bertemu langsung. Biasanya Papi yang langsung menghandle kerjasama dengan perusahaan Ibu Sarah.”
“Ah betul.”
“Apa anda sudah ingin pergi?” tanya Ares lagi dan kali ini menatap Arya yang sedang memberikan tatapan sengit ke arahnya.
“Iya, Arya kenapa masih di sini?” tanya Sarah mendapati Arya masih berdiri di sampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Fenty Dhani
aries pingin kenal sama adik ipar🤭
2024-02-21
0
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2024-02-05
0
Lilis Wn
Sarah lg kenalan Sama calon Kaka ipar 🤭
2024-01-14
2