Part 11 ~ Besok Bertemu Lagi

“Arya, aku akan pulang ke rumah,” ujar Sarah ketika membaca pesan dari Mama Nella.

Tentu saja Sarah paham ini ada hubungannya dengan pembahasan yang sempat disampaikan Edric. Jika yang meminta Sarah pulang adalah sang Papa, mungkin dia bisa ingkar atau acuh bahkan mengabaikan.

“Rumah Bu Sarah di mana?” tanya Arya masih fokus dengan kemudi.

“Nanti aku share loc, tapi untuk malam ini kamu tidak perlu antar aku ke rumah. Biar aku pulang sendiri.”

“Motor saya di basement apartemen Ibu.”

“Ya sudah, sekarang ke rumahmu dulu. Besok ….”

“Wah bilang aja Ibu mau tahu tempat tinggal saya,” sahut Arya dengan percaya diri. “Janganlah Bu, sayang mobilnya nanti kena kurap lewat kampung tempat saya tinggal. Banyak jalan rusak dan becek.”

“Alasan saja kamu, mana ada di Jakarta jalan becek. Kalau genangan air masih mungkin. Terserah kamu saja.”

Arya menghentikan mobil di halte yang menurutnya sudah dekat dengan tempat tinggal.

“Kamu yakin di sini sudah dekat?” Sarah sudah memutar dan berdiri di pintu kanan

“Iya, ada di perkampungan belakang sana,” ujar Arya menunjuk area perkantoran. “Ibu perlu saya kawal dengan taksi nggak?”

“Tidak usah, aku tahu daerah ini.”

“Hati-hati Bu.”

“Hm.” Sarah pun masuk kembali dan menutup pintu. Arya masih menatap kendaraan itu perlahan menjauh dan bergabung dengan kendaraan lain.

Tidak sampai satu jam, Sarah sudah tiba di kediaman orangtuanya. Rumah mewah dengan pagar tinggi agar aktivitas di dalamnya tidak terlihat dan sengaja membatasi dengan sekeliling dan mungkin saja tidak saling mengenal dengan pemilik rumah di kiri, kanan dan depan rumahnya.

“Malam Mbak Sarah,” sapa salah satu petugas keamanan menghampiri ketika Sarah keluar dari mobil.

“Malam Pak, parkirkan ya,” titah Sarah sambil memberikan kunci lalu menuju ke dalam.

Kehadirannya memang ditunggu, Mama dan Papanya baru selesai makan malam. Nella tentu saja antusias menyambut kedatangan putrinya. Entah sudah berapa hari dia tidak bertemu Sarah karena sibuk dengan urusannya sendiri, tentu saja dengan teman-teman sosialita.

“Kamu kurusan ya, pasti perusahaan bikin hidup kamu pusing. Sudahlah, segera menikah dan nikmati hidup,” seru Nella.

“Bukannya tambah berat Mah, aku jadi istri bahkan jadi ibu kalau aku punya anak. Bagian mana menikmati hidup?”

“Ck, gampanglah itu. Masalah rumah ada asisten rumah tangga juga baby sitter. Kamu hanya perlu menjamin kepuasan suami kamu dan memastikan anak-anak kamu ….”

“Jangan dengar kata Mamamu, kamu tahu betul bagaimana dia menjadi seorang ibu untuk kamu Sarah,” seru Ryan Simon.

“Kalau kamu pria setia pada satu wanita, tidak akan aku macam-macam.”

Sarah menghela nafasnya, karena pasangan dengan label orangtua itu kini berdebat. Selalu begitu. Bagaimana bisa dia jatuh cinta pada pria yang dipanggil Papa dan bagaimana bisa dia menjadikan rumah tempat untuknya pulang. Bahkan sang Mama pun tidak memberikan nasehat dan contoh kodrat seorang wanita yang baik.

“Bisa kalian lanjutkan berdebat nanti saja, aku lelah dan … lapar.”

“Duduklah!”

Makin bertambah ketidaksukaan Sarah pada papanya, jelas-jelas dia bilang lapar tapi pria itu tidak sigap memastikan perut putrinya segera terisi. Untuk apa kemewahan yang mereka cari kalau hal dasar dan sepele macam ini diabaikan.

Tiba-tiba Sarah teringat Arya, meskipun dengan ejekan sering mengingatkannya untuk makan. Seharusnya dia mampir untuk sekedar makan bersama pria itu.

“Siapa pria itu?”

“Pria yang mana?”

“Kamu tahu maksud Papa.”

“Tampan kok Sar, Mama setuju kamu dengan dia.”

Sarah lagi-lagi memijat pelan dahinya, karena Ryan Simon dan Nella kembali berdebat. Sudah pasti yang dibahas adalah Arya.

“Nama belakangnya Bimantara, apa dia ….”

“Bukan, Arya Bimantara adalah asisten pribadiku pengganti Edric.”

“Kamu melepas Felix yang jelas-jelas jutawan dan bisa menjamin masa depanmu lalu menerima asisten yang masa depan pekerjaannya ada di tangan kamu?”

“Aku tidak melepas Felix, tapi membuangnya dan dia pantas dapatkan itu. Sudah bertahun-tahun berlalu dan Papa masih membela Felix,” ungkap Sarah dengan nada tidak biasa, sebenarnya dia tahu tidak boleh kasar pada orangtuanya. Namun, emosi sudah tidak bisa dibendung lagi.

“Buktinya setelah bertahun-tahun berlalu kamu masih sendiri, artinya kamu tidak bisa melupakan Felix,” teriak PApa Sarah.

“Ryan,” tegur Nella.

“Aku masih melajang karena tidak percaya dengan pria,” sahut Sarah pelan. “Bagaimana bisa aku membuka hati untuk menerima pria, jika pria yang aku anggap pahlawan tega menyakiti istrinya dengan menikah lagi bahkan memiliki wanita simpanan dan pria yang akan aku nikahi malah satu ranjang dengan sepupuku.” Sarah berdiri setelah mengeluarkan unek-uneknya.

“Bahkan Papa tidak ada sedikitpun membelaku ketika aku berteriak menyaksikan kebrengsekan Felix. Aku pikir Papa akan marah bahkan mengakhiri kerjasama dua perusahaan ini, ternyata aku salah.”

“Kamu tahu apa Sarah. Papa tidak mungkin mengorbankan apa yang sudah kita punya. Kamu dan Felix bisa saja kembali bersama, kamu terlalu berlebihan.”

Ryan Simon masih mengutarakan kalimat yang menyudutkan Sarah, bahkan Nella yang membela Sarah pun ikut kena hardik.

“Cukup Pah!” teriak Sarah. “Cukup. Jangan buat rumah ini semakin tidak nyaman untuk aku datangi.”

“Lalu kamu mau apa? Pergi dari kemewahan dan fasilitas ini? Jangan b0doh Sarah.”

“Tapi hanya aku dan Edric yang bisa kalian andalkan. Karena anak papa dari perempuan di luar sana dan simpanan papa hanya bisa menghamburkan uang, tidak bisa mencari uang. Jadi biarkan aku berteman atau mencintai pria manapun selama dimataku pria itu baik.”

“Sarah, sayang,” panggil Nella. “Kamu puas sekarang. Putrimu kamu musuhi, tapi perempuan tidak jelas kamu dekati dan kamu sayangi. Aku rasa otakmu sudah tidak waras,” ungkap Nella lalu meninggalkan Ryan Simon.

Sarah sudah berada di bawah guyuran shower. Perdebatan tadi sudah biasa terjadi, mungkin itulah yang membuat sikap Sarah kadang angkuh, cuek dan tegas. Rasanya sulit untuk bersikap lembut karena hati yang sudah terlanjur sakit. Jangankan ingin menangis, yang ada dia semakin benci pada Felix, sang Papa dan mungkin kehidupan.

Hanya berbalut bathrobe, Sarah berbaring di atas ranjang. Mengirim lokasi di mana dia berada pada Arya dan memastikan agar tidak terlambat untuk menejmputnya. Ada notifikasi masuk, ternyata pesan balasan dari Arya.

[Bu Sarah belum tidur? Apa mau saya temani]

“Dasar mesum,” gumam Sarah dan kembali ada pesan dari pria itu.

[Jangan mesum dulu bu, maksudnya saya temani dari sini. Wah, ibu pasti membayangkan yang tidak-tidak ya]

Sarah mengumpat membaca pesan Arya, bagaimana orang tidak salah duga kalau kalimatnya cukup ambigu.

[Istirahat Bu. Jangan kangen saya, besok juga ketemu lagi]

“Dasar Arya gila!!”

Terpopuler

Comments

Fenty Dhani

Fenty Dhani

suka banget sama Arya...penghibur hatinya Sarah🤣🤣🤣

2024-02-20

0

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trusceria

2024-02-05

0

Lilis Wn

Lilis Wn

Arya tuh emang bener ,org yg akan sayang dan menyayangi kamu dgn tulus sar ❤️❤️

2024-01-13

2

lihat semua
Episodes
1 Part 1 ~ Saya Asisten Ibu
2 Part 2 ~ Siap Bos
3 Part 3 ~ Bisa Dipecat
4 Part 4 ~ Lepaskan Aku
5 Part 5 ~ Ke KUA
6 Part 6 ~ Arya Bimantara
7 Part 7 ~ Kerasukan Setan
8 Part 8 ~ Karena Semalam (1)
9 Part 9 ~ Karena Semalam (2)
10 Part 10 ~ Kedatangan Felix
11 Part 11 ~ Besok Bertemu Lagi
12 Part 12 ~ Tidak Menolak
13 Part 13 ~ Segera Menikah
14 Part 14 ~ Bimantara Property
15 Part 15 ~ Rezeki Di Pagi Hari
16 Part 16 ~ Rahasia Arya
17 Part 17 ~ Ada Cinta
18 Part 18 ~ Yakin Nggak Kangen?
19 Part 19 ~ Saya Di sini Bu ....
20 Part 20 ~ (Sarah) Bertemu Ares
21 Part 21 ~ Tidak Waras
22 Part 22 ~ Aku Yang Takut
23 Part 23 ~ Bukti Cinta
24 Part 24 ~ Perawan Tua
25 Part 25 ~ Abang Datang
26 Part 26 ~ Para Mantan
27 Part 27 ~ Keyakinan Sarah
28 Part 28 ~ Belum Ada Judul
29 Part 29 ~ Hilal Menuju Halal
30 Part 30 ~ Mandi Keringat
31 Part 31 ~ I Love You Sarah
32 Part 32 ~ Adam dan Arya
33 Part 33 ~ Hubungi Arya
34 Part 34 ~ Putra Kedua (1)
35 Part 35 ~ Putra Kedua (2)
36 Part 36 ~ Siapa Arya ?
37 Part 37 ~ Pengakuan Arya Vs Kangennya Aryo
38 Part 38 ~ Masih Merajuk
39 Part 39 ~ Mengejar Restu
40 Part 40 ~ Kamu Tahu?
41 Part 41 ~ Tetap Berbesan
42 Part 42 ~ Masa Lalu dan Masa Depan
43 Part 43 ~ Istrinya Arya
44 Part 44 ~ Sebelas Dua Belas
45 Part 45 ~ Perkara Tespek
46 Part 46 ~ Banyak Anak
47 Part 47 ~ Mirip Ibunya
48 Part 48 ~ Pembukaan
49 Part 49 ~ Happy Family (End)
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Part 1 ~ Saya Asisten Ibu
2
Part 2 ~ Siap Bos
3
Part 3 ~ Bisa Dipecat
4
Part 4 ~ Lepaskan Aku
5
Part 5 ~ Ke KUA
6
Part 6 ~ Arya Bimantara
7
Part 7 ~ Kerasukan Setan
8
Part 8 ~ Karena Semalam (1)
9
Part 9 ~ Karena Semalam (2)
10
Part 10 ~ Kedatangan Felix
11
Part 11 ~ Besok Bertemu Lagi
12
Part 12 ~ Tidak Menolak
13
Part 13 ~ Segera Menikah
14
Part 14 ~ Bimantara Property
15
Part 15 ~ Rezeki Di Pagi Hari
16
Part 16 ~ Rahasia Arya
17
Part 17 ~ Ada Cinta
18
Part 18 ~ Yakin Nggak Kangen?
19
Part 19 ~ Saya Di sini Bu ....
20
Part 20 ~ (Sarah) Bertemu Ares
21
Part 21 ~ Tidak Waras
22
Part 22 ~ Aku Yang Takut
23
Part 23 ~ Bukti Cinta
24
Part 24 ~ Perawan Tua
25
Part 25 ~ Abang Datang
26
Part 26 ~ Para Mantan
27
Part 27 ~ Keyakinan Sarah
28
Part 28 ~ Belum Ada Judul
29
Part 29 ~ Hilal Menuju Halal
30
Part 30 ~ Mandi Keringat
31
Part 31 ~ I Love You Sarah
32
Part 32 ~ Adam dan Arya
33
Part 33 ~ Hubungi Arya
34
Part 34 ~ Putra Kedua (1)
35
Part 35 ~ Putra Kedua (2)
36
Part 36 ~ Siapa Arya ?
37
Part 37 ~ Pengakuan Arya Vs Kangennya Aryo
38
Part 38 ~ Masih Merajuk
39
Part 39 ~ Mengejar Restu
40
Part 40 ~ Kamu Tahu?
41
Part 41 ~ Tetap Berbesan
42
Part 42 ~ Masa Lalu dan Masa Depan
43
Part 43 ~ Istrinya Arya
44
Part 44 ~ Sebelas Dua Belas
45
Part 45 ~ Perkara Tespek
46
Part 46 ~ Banyak Anak
47
Part 47 ~ Mirip Ibunya
48
Part 48 ~ Pembukaan
49
Part 49 ~ Happy Family (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!