Tidak ada kata yang terucap dari bibir Arya, netranya hanya terpusat pada wajah Sarah. Wajah yang begitu hangat dengan senyum terpatri pada wajah cantiknya. Jatuh cinta? Rasanya terlalu dini, tapi Arya ingin mengumpat demi mendapati tatapan semesra ini.
Kalau boleh, ingin ia menarik tangan Sarah dan meninggalkan ballroom mencari tanah lapang lalu menari di sana bak adegan romantis di film bollywood, ditambah guyuran hujan. Walaupun Sarah akan mengatakan idenya … kampungan.
“Apa kamu yakin, Sarah?”
Suara Felix seperti geluduk yang memekakan telinga dan sungguh mengganggu adegan romansa yang berputar di benak Arya.
“Tentu saja," sahut Sarah masih saling bertatapan dengan Arya.
“Maaf Sar, tapi kamu terlihat seperti sugar mommy kalau berdampingan dengan dia.”
“Hei, tuan. Jaga bicaramu. Mana ada Ibu Sarah disebut sugar mommy. Mungkin itu fetishmu mencari wanita yang terlihat seperti sugar mommy, malah aku melihat dirimu seperti sugar daddy.”
“Sayang, sudahlah.” Sarah mengusap dada bidang Arya yang terbalut jas dengan kedua tangannya lalu tersenyum. “Jangan rusak malam ini dengan suasana hatimu yang tidak baik, abaikan saja dia. Mungkin dia sudah bosan dengan mainannya yang ternyata j4lang atau menyesal karena menyia-nyiakan sebuah berlian.”
Arya membalas tatapan Sarah dan mengusap punggung tangan yang masih berada di dadanya.
“Felix, ternyata kamu di sini. Aku mencari … Sarah!”
Sarah menghela pelan, dia tahu suara siapa itu. Amira.
“Hai Amira, apa kabarmu?” Sarah kembali memeluk lengan Arya lalu memandang pasangan di hadapannya.
“Amira, kembalilah dengan teman-temanmu,” titah Felix tanpa mengalihkan pandangannya dari Sarah.
Amira berdecak mendengar titah Felix, selama ini ia tidak pernah bertemu dengan Sarah. Sengaja menghindar, apalagi setelah menikah dengan Felix selalu mendampingi suaminya mengurus perusahaan cabang di luar negri.
“Kamu mengusirku demi reuni dengan dia?” tanya Amira sambil menunjuk wajah Sarah.
“Amira.”
“Tunggu-tunggu, aku tidak minat dengan pertemuan ini apalagi reuni. Kalau bisa menghapus masa lalu, tentu saja urusan dengan Felix yang pertama kali aku delete. Jangan tunjukan drama percintaan kalian di depanku. Ayo sayang, aku haus.” Sarah mengajak Arya meninggalkan orang-orang itu, tidak ingin ikut menjadi toxic.
Karena sarah mengatakan haus, Arya membawa wanita itu menuju buffet. Pria itu merasa takjub dengan banyaknya jenis makanan yang terlihat menggugah selera dan sudah pasti enak di lidah. Dari makanan tradisional dan internasional. Minuman pun sama, berlimpah ruah.
“Nih Bu.” Arya menyodorkan gelas pada Sarah, sedangkan dia sendiri mengunyah brownies.
Sarah langsung meneguk isi gelas, ia mengenyernitkan dahi ketika rasa minuman itu terasa hangat di lidah dan di tenggorokan tapi terasa ringan. Bukan seperti alkohol yang hangat dan pahit.
“Ini apa?”
“Hm, wedang jahe,” sahut Arya masih dengan kunyahannya.
“Wedang jahe. Seperti jamu, kamu pikir aku sedang sakit dikasih jamu.”
“Wedang jahe bisa untuk menghangatkan tubuh, agar tidak masuk angin. Ini ruangan dingin banget Bu, udah gitu gaun yang Bu Sarah pakai agak terbuka. Meskipun nggak terbuka seperti yang lain. Lagi pula itu aurat bu, kalau Ibu istri saya sudah pasti saya kurungin di kamar daripada di sini jadi santapan mata para pria.”
“Apa?”
Sarah tidak habis pikir dengan Arya yang mengkhawatirkan dirinya masuk angin dan juga menyayangkan kalau kecantikannya dinikmati para pria. Bukankah memang itu tujuan para wanita bersolek dan tampil cantik, untuk sebuah pengakuan. Kadang pemikiran Arya tidak bisa dicerna dan tidak masuk logika Sarah.
Seorang wanita berjalan mendekati mereka. “Sarah, kita harus bicara.”
Sarah meneguk habis wedang jahe yang tersisa daripada menghadapi Amira.
“Aku sibuk.”
“Lima menit,” ucap Amira lagi.
Arya yang paham akan situasi, memainkan perannya sebagai kekasih yang khawatir meskipun ia benar khawatir kalau Amira dan Sarah akan berkelahi. Tentu saja Sarah yang akan menang dan mungkin wanita itu yang memulai adegan perkelahian.
“Perlu aku temani." Arya memberi usul.
“Empat mata.” Amira menatap bergantian Sarah dan Arya.
Sarah hanya bergeser agak jauh dari tempat Arya, agar tetap dalam pantauan pria itu. Bukan karena takut menghadapi Amira, tapi dia butuh orang lain untuk memperingatkan kalau lepas kendali.
“Cepat katakan!” Sarah bertitah dengan pandangan ke arah lain lalu terpusat pada Arya yang sedang menatapnya.
“Jauhi Felix! Hubungan kami memang sedang tidak baik, tapi jangan manfaatkan hal ini untuk mendekatinya.”
Sarah langsung mendelik. Apa Amira tidak salah bicara, untuk apa dirinya mendekati Felix dan memanfaatkan situasi. Kalau perlu dia ingin membuat surat peringatan resmi agar Felix tidak berada di sekitarannya baik sengaja atau tidak sengaja.
“Kamu dan pria itu hanya sandiwara, karena kamu dan Felix memang merencanakan akan kembali bersama. Harusnya kamu sadar diri, sebagai wanita kamu terlalu angkuh dan menganggap rendah orang lain. Kenapa malam itu Felix malah mendatangi kamarku dan kami menghabiskan malam panas bersama, karena kamu sok jual mahal. Sikap sok sucimu itu mengantarkan Felix padaku dan kamu berakhir menjadi perawan tua dan mungkin sudah tidak perawan. Ingat Sarah, aku tidak akan biarkan kamu kembali dengan Felix meskipun kami akhirnya bercerai. Jadilah perawan tua selamanya.”
“Apa selama menikah dengan Felix kamu mendapatkan tekanan atau penyiksaan? Sepertinya kamu sudah … gil4.”
“Kamu ….”
“Kamu yang diam,” bentak Sarah sambil menunjuk wajah Amira. “Bagiku Felix sampah, begitupun dengan dirimu. Aku tidak peduli kalian mau bercerai atau bahagia sampai akhir hayat. Perlu kamu tahu, meskipun aku perawan tua, tapi aku bahagia. Bagaimana tidak? Lihat pria itu. Dia masih muda, gagah dan aku yakin tidak bej4t dan buaya macam Felix. Jadi nikmati takdirmu sebagai menantu keluarga Armano.”
Sarah menyeringai dengan bangga berhasil membalas ucapan Amira.
“Sayang, ayo,” ujar Sarah sambil melambaikan tangan dan tersenyum pada Arya.
“Sudah beres?”
“Hm. Lebih baik kita pulang, daripada disini. Aku butuh tempat yang lebih tenang dan ….”
“Private,” sahut Arya seakan bisa membaca pikiran Sarah.
Wanita itu pun mengangguk. Amira semakin kesal melihat interaksi pasangan itu. Dia menghentakan kakinya sebelum pergi.
Sampai di apartemen, Arya masih mengekor bahkan mereka sudah berada di depan lift.
“Kamu pulanglah, aku baik-baik saja.”
Arya tahu Sarah sedang emosi, tidak baik meninggalkan wanita itu sendirian. Maka Arya ingin mengantar Sarah sampai unitnya dan memastikan wanita itu benar baik-baik saja.
“Saya mau ganti dulu Bu,” sahut Arya mengangkat goody bag berisi pakaiannya tadi. “Di tempat tadi penampilan saya ini cocok, tapi saya pulang pake setelan begini dipikir ikut pesta halloween. Lagi menyamar jadi Edward Cullen, vampire tampan.”
Sarah sempat melirik mendengar guyonan Arya. Saat tiba di apartemen, Arya terpukau dengan suasana uit tersebut. Apartemen tapi seperti hunian rumah biasa, bahkan berlantai dua.
“Toilet di sana,” tunjuk Sarah lalu menghempaskan tubuhnya di sofa. Heelsnya sudah dia lepas sembarangan bahkan Arya sempat tersandung.
“Bu, ini lega banget. Emang ibu nggak takut, kalau nanti ada setan. Mau saya temani nggak?”
“Justru ada kamu di sini, aku malah takut. Karena kamu bisa kerasukan setan.”
“Ya ampun Bu Sarah, kalau bicara suka bener deh. Ibu nggak masalah saya tinggal, jangan nenggak baygon ya. Mantan mah buang aja ke laut, saya siap kok kalau ibu mau serius.”
“Aryaaaa!!!”
"Lah, kenapa Ibu yang kerasukan setan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Arieee
kerasukan setan🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😁😁😁
2024-06-14
1
Fenty Dhani
🤣🤣🤣Arya gemesin🤣
2024-02-20
1
Fifid Dwi Ariyani
trussemanga
2024-02-05
0