Arya memastikan Sarah sudah kembali berbaring di ranjangnya bahkan terlihat nyenyak, lalu menjauh dari kamar tersebut dan membuka ponsel menghubungi Doni.
“Halo, Mas Arya,” sapa Doni di ujung telepon.
“Kak Ares tahu nomor dan kerjaan gue, ini pasti ulah lo ya?”
“Aduh Mas, saya memang laporan kalau Mas Arya sudah saya temukan tapi tidak menyampaikan hal sedetail itu.”
“Ck, kirim jadwal Kak Ares. Ada waktu, gue mau temui dia. Ingat ya, jangan muncul di depan Bu Sarah atau di kantor,” ancam Arya pada Doni. Belum mendengar jawaban Doni, Arya sudah mengakhiri panggilan telepon.
Arya masih menemani Sarah sampai malam menjelang, memastikan atasannya itu baik-baik saja barulah ia meninggalkan apartemen wanita itu. Kelamaan berdua saja dipastikan tidak baik, apalagi sebagai pria normal akan ada yang menggeliat bahkan memberontak dari dalam diri Arya.
Pulang lebih awal dari biasanya, Arya gunakan untuk menemui Ares. Informasi keberadaan pria itu, didapatkan dari Doni. Arya mengenakan jaket dan topi untuk menutupi identitasnya, jaga-jaga ada yang mengenali.
“Kak Ares,” panggil Arya.
Ares yang akan masuk ke dalam mobil menoleh dan sempat tidak mengenali pria di hadapannya. Ketika Arya melepas maskernya, Ares pun menghela nafasnya saat tahu siapa yang menemuinya.
“Akhirnya kamu muncul juga.”
“Kak, kita perlu bicara tapi tidak di sini,” ujar Arya sambil menengok sekeliling. Mendapatkan informasi dari DOni kalau Ares sedang berada disalah satu hotel menghadiri acara, dimanfaatkan Arya apalagi letak hotel tidak jauh dari apartemen Sarah.
Ares menunjuk mobilnya, Arya pun ikut masuk. Perlahan mobil meninggalkan area hotel, Ares menuju jalan yang tidak ramai agar bisa bicara dengan adiknya.
“Jadi, kapan kamu akan pulang?”
“Ck, aku bukan ingin bahas itu.”
“Kamu pikir mudah cari uang. Daripada kamu bantu Sarah Alesha, lebih baik memajukan perusahaan keluarga.”
“Sudah ada Kak Ares. Aku tidak bisa hidup dalam tekanan dan kekangan Papi. Sudah cukup jadi anak baik dan patuh dengan perintah Papi, aku seakan tidak punya pilihan termasuk teman hidup. Mungkin kak Ares sanggup, tapi aku tidak.”
Mobil tersebut perlahan menepi. Ares menoleh pada sang adik. Mereka hanya dua bersaudara dan selama dua tahun ini, baru bertemu lagi dengan Arya. Baik Adam ataupun Ares, membiarkan kepergian Arya yang akan kembali saat uangnya habis atau bosan hidup susah. Nyatanya Arya pergi selama dua tahun dan baru beberapa bulan ini dia kembali ke Jakarta.
“Arya ….”
“Jangan paksa aku dan pura-puralah tidak mengenalku kalau nanti kita bertemu.”
“Apa karena Sarah?”
“Karena Papi. Kalau papi tidak … ah sudahlah yang jelas aku tidak akan pulang.” Arya membuka pintu mobil lalu keluar dan meninggalkan Ares.
***
Sarah menghubungi Arya berkali-kali, tapi tidak ada jawaban. saat keluar kamar dan menuju dapur, wanita itu dikejutkan dengan kehadiran Arya yang menuangkan nasi goreng ke atas piring.
“Aku hubungi kamu, taunya sudah di sini.”
“Kenapa Bu, kangen ya?”
Mungkin, batin Sarah lalu menggelengkan kepalanya membuang jauh pikiran yang sempat terlintas.
“Bu Sarah sudah sehat, kok udah rapi aja.”
“Hm.”
“Sarapan dulu dan harus dihabiskan,” titah Arya mengarahkan Sarah untuk duduk dan meletakkan sarapan ke hadapan wanita itu.
Sarah tidak langsung menyantap hidangan, beberapa hari ini Arya mencurahkan perhatian dan rasa pedulinya. Dia khawatir kalau semakin nyaman dengan sikap dan perhatian pria itu lalu berakhir dengan … jatuh cinta.
Tidak ingin merasakan cinta bertepuk sebelah tangan, karena tidak mungkin Arya menyukai dirinya. Sarah sadar diri dengan umur mereka terpaut cukup jauh, hampir sepuluh tahun.
“Kok ngelamun sih, mau saya suapin lagi?”
Sarah menghela pelan dan mulai menikmati makanannya. Ternyata Arya memang ada bakat memasak, rasa makanannya terasa enak di lidah. Apalagi dia makan di bawah tatapan Arya, seakan mendapatkan tambahan vitamin.
Cukup Sarah, jangan terlena dengan perasaanmu, ucap Sarah dalam hati.
“Ini serius kita berangkat Bu? Ibu istirahat aja, saya temani deh atau kerjakan dari sini saja biar aku ambilkan laptop Ibu.”
“Kita berangkat sekarang, kelamaan berdua dengan kamu bisa berbahaya.”
“Mana ada begitu, yang ada bisa enak Bu,” bisik Arya dan sukses mendapat pukulan dari Sarah.
Sampai di kantor, ada Edric berdiri di depan meja Melan dan terkejut dengan kedatangan Sarah bersama Arya.
“Sudah sehat?” tanya Edric merangkul bahu Sarah ketika memasuki ruangan wanita itu.
“Maaf Pak Edric, tanganya tolong dikondisikan,” tegur Arya.
Edric dan Sarah saling tatapan mendengar teguran Arya, lalu menurunkan tangannya meskipun masih bertanya-tanya sedekat apa hubungan Arya dengan Sarah sampai berani menegurnya.
Sarah sudah duduk di kursi kebanggaannya dengan Arya berdiri di samping wanita itu seakan bodyguard, mendengarkan Melan menyampaikan jadwal. Edric yang duduk di depan meja Sarah memangku wajahnya dengan tangan memperhatikan pasangan yang sedang ia tatap.
“Ada yang harus saya cancel atau ….”
“Tidak perlu, saya masih bisa handle,” ujar Sarah menyela ucapan Melan.
“Melan, bisa tinggalkan kami,” titah Edric.
“Kamu juga,” ujar Edric sambil menatap Arya ketika Melan sudah meninggalkan ruangan.
“MAaf Pak, untuk saat ini saya harus tetap mendampingi Bu Sarah. Selain beliau dalam masa pemulihan juga ….”
“Arya, jangan lebay kamu.”
“Ah, itu yang ingin aku sampaikan. Ada apa dengan kalian?” tanya Edric pada Sarah dan Arya.
“Ada cinta Pak,” jawab Arya lalu terkekeh karena Sarah mendelik mendengar ucapan pria itu sedangkan Edric menggelengkan kepala.
Terdengar ketukan pintu, lalu masuklah seseorang yang langsung membuat suasana mendadak tegang.
“Selamat pagi, Pak,” sapa Edric sudah berdiri menyambut kedatangan Ryan Simon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Fenty Dhani
🤭🤣🤣
2024-02-20
0
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-02-05
0
Lilis Wn
aahhh gemez🤩
2024-01-14
2