“Selamat sore Sarah,” sapa Felix dengan senyum di wajahnya, tapi mendadak senyum itu lenyap manakala dia melihat pria yang berdiri di samping Sarah. Siapa lagi kalau bukan Arya Bimantara.
“Hm, duduklah.”
Sarah duduk di sofa ujung meja sedangkan Arya dan Felix berhadapan dan berada di sisi kiri dan kanan Sarah.
“Ada apa sampai kamu tersesat di perusahaan ku. Apa Emerald sudah gulung tikar sampai salah satu penerusnya banyak waktu untuk berkeliling.”
Felix terkekeh mendengar ejekan Sarah.
“Kamu belum berubah, masih tegas dan tajam seperti biasanya. Orang yang aku temui sesuai prioritas dan kamu salah satu prioritasku.”
“Hei, apa aku tidak salah dengar. Bu Sarah bukan urusan anda lagi,” tegur Arya.
“Sarah, kenapa ada di sini? Apakah kekasihmu ini selalu mengekor ke mana pun kamu pergi?”
“Tentu saja,” sahut Sarah. Arya tersenyum smirk demi melihat Felix yang mendadak tidak suka mendengar jawaban Sarah.
“Aku tidak menduga kamu bisa begitu bucin sampai … hei apa kalian juga tinggal bersama?”
“Buka urusan kamu. Aku sibuk, bisakah kamu pergi?”
Sarah sudah berdiri, begitu pun dengan Arya. Felix mau tidak mau ikut berdiri.
“Apa kabar Tuan Ryan? Apa beliau setuju dengan hubungan kalian?”
Sarah menghela nafasnya. Felix sungguh cari masalah. Bahkan dengan sengaja bertanya masalah restu dari Papanya.
“Kenapa bertanya padaku, bukankah kamu sering bertemu Papa karena urusan bisnis kalian. Walaupun orang tuaku tidak menyetujui hubungan dengan Arya, aku akan mempertahankannya.”
“Halah, kelamaan. Banyak basa basi busuk,” ujar Arya langsung merangkul tubuh Sarah dan mengajak wanita itu pergi. Karena tahu Felix sedang menatap mereka, tangan Arya berpindah ke pinggang Sarah.
Wanita itu ****** mendelik, menduga kalau Arya menggunakan kesempatan dalam kesempitan untuk menyentuhnya.
“Akting bu, biar lebih menjiwai. ‘Kan bu Sarah yang mulai duluan,” bisik Arya.
“Melan, pastikan pria itu pergi dari ruanganku,” titah Sarah ketika melewati meja sekretarisnya.
“Baik bu,” sahut Melan yang menatap interaksi Arya dengan Sarah.
Berada di lft, Sarah segera menjauh dari tubuh Arya dan menatap tajam pria itu.
“Kenapa? Nggak suka aku pegang, ya udah gantian aja. Nih pegang,” ujar Arya sambil mendekatkan tubuhnya. “Pilih bagian mana saja terserah, saya mah bebas.”
“Kamu ….” Sarah hanya bisa mendengus kesal, percuma pula dia mendebat Arya. Pria itu selalu ada kata untuk membalas ucapannya.
Akhirnya mereka tiba di rumah sakit, berjalan di koridor menuju kamar rawat Mami Edric yang juga Bibi dari Sarah.
“Sore Bibi, bagaimana kabarmu?” tanya Sarah sudah duduk di samping ranjang pasien, bahkan tangan punggung wanita itu dia tempelkan pada wajahnya.
“Baik, bibi baik. Edric terlalu berlebihan sampai aku dirawat begini.”
“Mintalah Edric menikah, jadi Bibi ada teman,” seru Sarah lagi.
“Lo duluan aja Sar,” ujar Edric. “Atau mau diseriusin yang ini,” usul Edric.
Sarah berdecak mendengar Edric malah balas mengejeknya. Arya berdiri di belakang Sarah menatap Mami Edric.
“Siapa dia Sar?”
“Sore tante, saya Arya.”
“Sore, aku May. Panggil saja Bibi May.”
“Ah, bibi May.”
“Dia aspriku yang baru, boleh Edric yang merekrut,” sahut Sarah.
“Wah, hebat sekali kamu Arya. Menjadi asisten Sarah. Tidak mudah loh, karena Edric cukup lama menduduki posisimu.”
“Betul Bi, memang hebat siapapun asisten Ibu Sarah. Harus kuat mental dan … aduh.”
Sarah menginjak kembali kaki Arya agar tidak terus mengoceh menyinggung dirinya.
“Bibi tahu kenapa dia bisa bertahan tiga hari ini?” Bibi May menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Sarah. Penasaran juga pada kemampuan Arya. Bahkan Edric yang berada di sofa menajamkan pendengarannya ingin tahu apa penjelasan Sarah.
“Karena Arya sama kurang ajarnya dengan Edric. Hanya mereka berdua berani membantah dan menasehati aku Bik.”
Edric tergelak mendengar penuturan Sarah. Sedangkan Arya hanya terkekeh pelan.
“Mungkin jodoh Sar. Kalau sama gue nggak mungkin, kita ‘kan saudara tapi sama Arya bisa jadi secara kalian tidak ada hubungan darah.”
“Ah, betul apa yang dikatakan Edric,” tambah Bibi May.
“Masa sih saya pantas disandingkan dengan Bu Sarah, ya memang saya ganteng sih. Menurut Ibu gimana?”
“Gimana kepalamu,” ucap Sarah.
Ternyata kehadiran Sarah dan Arya menjadi hiburan bagi Mami Edric. Wanita itu terus tersenyum dan terkekeh mendengar perdebatan Sarah dan Arya. Menurutnya, Sarah tidak seangkuh dan ketus seperti biasanya.
“Cepat sembuh Bik,” ujar Sarah sambil memeluk wanita itu.
“Hm. Berbahagialah Sar, raih kebahagiaanmu.”
Sarah tersenyum lalu mencium kedua punggung tangan Bibi May.
“Ayo, antar aku pulang,” ajak Sarah menghampiri Arya dan Edric yang berbincang di sofa.
“Udah malam Sah, minta Arya nginap aja,” usul Edric yang direspon dengan tatapan tajam dari Sarah.
“Wah ide bagus Pak, gimana Bu. Sepertinya patut dicoba.”
Edric tergelak , ternyata Arya benar berani. Pantas saja Sarah emosi jiwa dan raganya menanggapi pria itu. Ada hal lain yang mengganjal jikalau Arya dan Sarah memang akhirnya saling mencintai, yaitu restu. Edric yang memang masih kerabat dekat dengan keluarga Sarah tentu saja sangat mengenal bagaimana sifat Ryan Simon.
“Berusahalah,” ujar Edric sambil menepuk bahu Arya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Syafitry Queenjb PhobiaMandi
kenapa sihh gua kebayang jefri nikol mulu di sosok arya .. ashiball
2024-05-14
0
Fenty Dhani
sabar y Sarah...hadapi Arya yang apa adanya...somplak🤣🤣🤣
2024-02-20
0
Fifid Dwi Ariyani
trussehat
2024-02-05
0