“Kalian keluar! Papa ingin bicara dengan dia,” tunjuk Ryan pada Arya.
“Pah, dia hanya asistenku. Papa cukup bicara denganku dan ….”
“Papa ingin bicara dengan dia karena kalian mengaku berpacaran atau kamu hanya menggunakan bocah ini untuk menghindar dari perjodohan,” ujar Ryan Simon pada Sarah.
Sarah menatap Arya karena khawatir akan mengatakan sesuatu yang akhirnya membongkar kenyataan kalau Sarah memanfaatkan Arya sebagai kekasihnya.
“Ayo,” ajak Edric menarik lengan Sarah agar ikut keluar.
“Duduklah!” titah Ryan pada Arya.
Ryan mendengus pelan mendapati Arya biasa saja bahkan tidak terlihat takut apalagi merasa terintimidasi. Kehadiran Ryan di sana karena Nella yang terus mendesak agar Sarah segera menikah dengan Arya, juga permintaan keluarga besar agar Sarah segera melepas masa lajangnya.
Juga ada desakan dari Ibunya Jeny yang sedang dekat dengan Ryan, tentu saja karena ulah Jeny yang ingin melihat Sarah menderita kalau perlu hancur. Menikah dengan Arya yang bukan siapa-siapa hanya akan membuat Sarah terlihat menyedihkan dan berharap pernikahan mereka berantakan.
“Apa tujuan kamu mendekati Sarah?”
“Saya tidak ada tujuan apapun. Di sini saya murni ingin bekerja, tapi pesona Ibu Sarah memang … luar biasa. Kadang saya heran kenapa ada yang tega mengkhianati dan menyakiti Bu Sarah.”
“Anak muda, kamu jangan sok tahu.”
“Tapi itu kenyataan Pak. Mungkin Bapak juga bertanya dalam hati apa kurangnya putri Bapak dan saya sudah menemukan jawaban itu.”
Ryan Simon menoleh dan menatap Arya yang sedang menatapnya. Bocah itu tahu kalau pria di hadapannya menunggu jawaban atau bahkan bualan yang barusan diucapkan.
“Bu Sarah memiliki semua, hanya satu yang tidak dia punya yaitu cinta.”
Ryan Simon terkekeh mendengar ucapan Arya.
“Dasar bocah, tahu apa kamu tentang cinta. Apa cinta bisa membeli dunia? Tidak. Tidak ada kata cinta dalam kamus hidupku.”
“Nah ini, ini masalahnya. Saya bilang Bu Sarah kurang cinta, bukan berarti cinta antara lawan jenis. Bisa jadi cinta dari keluarganya, karena Bapak sendiri sudah mengakui kalau tidak percaya akan cinta.”
Ryan semakin geram dengan pernyataan Arya.
“Panggil Sarah!”
Arya beranjak dan keluar ruangan, Sarah dan Edric ternyata masih menunggu dan terlihat khawatir.
“Bu Sarah.”
“Arya, Papa bilang apa? Kamu baik-baik saja ‘kan?” tanya Sarah sambil memperhatikan Arya dari Kepala sampai kaki membuat pria itu terkekeh.
“Apa sih Bu, saya masih utuh kok.”
“Pak Ryan kenapa Ar?”
“Tenang saja Pak Edric, ini urusan saya dan Bu Sarah. Ayo Bu, Pak Ryan minta Ibu masuk ke dalam.”
“Kamu dengar ‘kan si Arya bilang apa?” tanya Edric pada Melan yang hanya mendapat anggukan kepala. “Mulai kurang ajar dia, padahal aku yang terima dia jadi asprinya Sarah.”
Sedangkan di dalam ruangan, Sarah dan Arya duduk bersisian menatap Ryan Simon yang menatap ke depan dengan raut wajah datar.
“Segera laksanakan pernikahan kalian!”
“Apa?” tanya Arya dan Sarah serempak kemudian saling tatap.
“Maksud Papa?”
“Segera laksanakan pernikahan kalian, kamu dan bocah ini. Bagian mana yang tidak kamu paham Sarah? Sebagai direktur kamu memiliki kecerdasan yang bisa memahami kalimat tadi dengan mudah.”
“Tapi kenapa harus segera. Ini hidupku Pah, biar aku yang putuskan.”
“Untuk apa kamu kenalkan bocah ini sebagai kekasih dengan bangga, bahkan di depan keluarga Felix. Jangan bilang kalian hanya bersandiwara. Banyak hal yang harus papa urus dibandingkan masalah ini juga desakan para pemegang saham.”
Arya menatap Sarah yang terlihat bingung bahkan sampai mengusap wajahnya.
“Bu Sarah,” panggil Arya. “Ayo kita menikah, tapi saya tidak bisa berikan dunia seperti yang diinginkan Pak Ryan. Saya hanya bisa memberikan cinta,” tutur Arya dan berhasil membuat Sarah tidak bisa berkata-kata.
“Arya, aku ….”
“Kalau Ibu tidak masalah dengan keadaan saya, kapan pun ibu mau saya siap mengucapkan ijab qabul.” Arya meraih tangan Sarah dan menggenggamnya. Pria itu tidak tahu apakah yang dirasakannya benar cinta lawan jenis atau hanya rasa kasihan, tapi Arya yakin kalau ia bisa memberikan cinta seperti yang dikatakan pada Ryan Simon.
Sarah masih menatap wajah Arya, tidak menemukan kepalsuan apalagi kebohongan di mata pria itu. Jantungnya berdebar tidak biasa, mungkin wajahnya bersemu merah. Ajakan menikah dari Arya tentu saja bagai air pelepas dahaga.
Jika tidak ingat jabatan dan ada papanya mungkin Sarah akan menangkup wajah Arya dan mengatakan, “Kamu serius?” lalu berakhir dengan adegan romantis dengan bibir yang saling bertemu.
Setelah Ryan Simon pergi, Sarah bergegas mengunci pintu ruang kerjanya.
“Arya apa kamu sadar dengan ucapanmu tadi?”
“Yang mana Bu, banyak yang saya katakan tadi.”
“Menikah Arya, menikah. Oke, aku salah karena pernah mengakui kamu sebagai kekasih tapi kalau sampai menikah … kita tidak saling cinta Arya.”
“Bagaimana kalau kita jalani saya Bu. Masa sih Ibu nggak bisa cinta sama saya.”
“Bukan begitu Arya, diantara kita itu ada perbedaan yang ….”
“Karena saya hanya aspri dan tidak pantas untuk Ibu?” tanya Arya menyela ucapan Sarah, padahal bukan masalah itu yang menjadi beban pikiran Sarah.
“Ck, bukan itu. Aku bisa memberikanmu jabatan kalau hanya mengatasi masalah materi atau pekerjaan.”
“Lalu?” tanya Arya melangkah semakin dekat dengan Sarah, bahkan wajah mereka sangat dekat.
Sarah memundurkan kepalanya, menghindar dari Arya karena hembusan nafas pria itu terasa di pipinya. Berdekatan dengan Arya benar-benar tidak baik untuk kesehatan jiwa dan raga. Bagaimana tidak, jantungnya berdetak lebih kencang seperti bedug di malam takbiran.
Arya sengaja semakin mendekatkan wajahnya membuat Sarah semakin kikuk. Kedua tangan Sarah menahan dada Arya.
“Arya, kamu ….”
“Lalu apa?” Arya mengalungkan tangannya di pinggang Sarah, melihat bibir dan leher wanita itu dengan jarak yang begitu dekat membuatnya menelan saliva.
“U-sia kita cukup jauh, aku khawatir ….”
“Khawatir kalau saya masih labil, apalagi terlihat seperti anak SMA?”
“Lepaskan tanganmu.”
“Jawab dulu Bu.”
Alih-alih melepaskan Sarah, Arya malah semakin mendekap tubuh wanita itu menempel pada tubuhnya.
“Arya ….” Sarah terbelalak merasakan bagian tubuh Arya ada yang tegang.
“Ini bukti saya sudah dewasa bu atau mau bukti lain?”
“Tapi kita tidak saling cinta dan kamu bisa saja bosan denganku yang semakin tua lalu keriput sedangkan kamu nanti masih gagah.”
Arya menghela pelan mendengar ocehan Sarah. Ternyata keraguan wanita itu karena takut ditinggalkan dan dikhianati.
“Cinta tidak melihat keriput di wajah Ibu. Mana bisa keriput kalau sekarang glowingnya kayak gini. Nggak kentara kalau umur kita bedanya hampir sepuluh tahun. Apa ibu yakin tidak ada benih cinta di sini?” tanya Arya sambil menekan telunjuknya di dada Sarah.
“Yakin nggak mikirin saya atau kangen saya?”
Terdengar ketukan pintu.
"Sarah, Arya, buka pintunya!"
"Hahh, ganggu aja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
g ku ku deh Arya😇😇
2025-01-19
0
Sri Widjiastuti
😄😄😁nggedabrus ss
2025-01-19
0
Dewi Oktavia
seru ne,,,lanjut tor
2024-09-14
0