Arya membuka pintu, Edric langsung menerobos masuk. Pria itu memperhatikan Arya dan Sarah yang sudah berada di meja kerjanya. Mata Edric memicing memastikan penampilan atasan juga asprinya … rapi, artinya tidak terjadi sesuatu.
“Kalian tidak macam-macam ‘kan?”
“Macam-macam yang Pak Edric maksud kayak gimana?” Tanya Arya.
“Sar, Papamu … ada apa sih sampai kalian bertiga bicara serius?” Edric penasaran dan sudah duduk berhadapan dengan Sarah.
“Arya, serahkan ini ke bagian keuangan,” titah Sarah memberikan setumpuk map pada pria itu. Sarah sepertinya memilih fokus dengan pekerjaan dibandingkan membahas masalahnya.
“Sarah!” tegas Edric.
“Edric, Papa minta aku menikah dengan … Arya,” jawab Sarah ketika Arya sudah meninggalkan ruangan.
“Hah. Serius?”
Sarah mengangguk dan memijat kepalanya, tubuhnya belum fit dan memikirkan hal yang cukup memusingkan membuat kepalanya kembali berdenyut.
“Lalu Arya gimana?”
“Itu masalahnya, Arya menyanggupi untuk menikah denganku. Bahkan tidak menolak dan mulutnya sejak tadi ngegombal terus. Sumpah kepalaku rasanya mau pecah,” ungkap Sarah. “Handle lagi pekerjaanku, sepertinya aku harus berbaring,” ujar Sarah lalu menuju kamar istirahatnya.
“Hahh, dasar bocah.”
Edric menanyakan apa saja yang urgent pagi ini pada Melan.
“Antarkan obat dan teh hangat untuk Bu Sarah, dia ada di kamarnya. Kalau ada Arya, jangan boleh masuk. Nanti dia macam-macam lagi, minta Arya ke ruangan saya ya!”
“Baik, Pak,” sahut Melan.
Edric sudah melangkah tapi kembali menoleh dan menatap Melan. “Kamu yakin tidak masalah saya tinggal?”
Melan menghela pelan. “Pak Edric, cukup Arya saja yang suka ngegombal. Bapak jangan, karena tidak cocok.” Edric terkekeh lalu meninggalkan Melan.
***
“Eh, Arya kamu jangan masuk ke sana,” titah Melan yang baru saja dari toilet mendapati Arya sudah memegang handle pintu ruang kerja Sarah. Sesuai perintah Edric, kalau pria itu tidak boleh menemui Sarah.
“Saya mau bertemu Bu Sarah, kalau nggak masuk gimana ketemunya.”
“Pak Edric bilang kamu sudah ditunggu beliau di ruangannya. Biar Bu Sarah dengan saya.”
Arya mengernyitkan dahinya, heran dengan larangan yang disampaikan Melan. Jelas-jelas dia asisten Sarah tapi dilarang bertemu.
“Di dalam sebenarnya ada siapa, kenapa saya tidak boleh masuk?”
“Tidak ada siapa-siapa, hanya da Bu Sarah.”
“Ya udah, saya mau masuk.”
“Eh, jangan.” Melan sudah berdiri di depan pintu dan mendorong tubuh Arya agar menjauh. Perintah Edric dan Sarah sama pentingnya bagi wanita itu dan dia tidak ingin mendapat masalah karena bocah yang bekerja baru beberapa hari ini.
“Aneh deh, sebenarnya ada apa sih?”
“Aneh gimana, kamu ditunggu Pak Edric. Sudah sana, jangan bikin saya dapat masalah karena kamu yang tidak patuh,” usir Melan. Meskipun enggan, Arya pun meninggalkan tempat itu lalu menemui Edric.
Ternyata Edric sedang berdiskusi dengan stafnya., terpaksa Arya menunggu. Sempat mengirimkan pesan pada Sarah, tapi belum dibaca. Bahkan ada pesan lain dari Ares yang mengatakan kalau Adam sudah mengetahui keberadaan Arya di Jakarta.
“Ah, ada lagi aja masalah,” gumam Arya.
Sepuluh menit berlalu akhirnya Edric memanggil Arya masuk.
“Kamu serius bersedia menikah dengan Sarah? Ini bukan main-main Ar, Sarah itu bukan sekedar atasan, teman bahkan sepupu saya. Perbedaan umur kalian itu … ck, mungkin saja hanya emosi sesaat kamu. Jadi tolong pikirkan lagi niat kamu memenuhi permintaan Papa Sarah.”
“Saya serius Pak, mana mungkin saya bercanda. Memang Pak Edric pikir, Bu Sarah bisa diajak bercanda. Saya nggak tau ini perasaan cinta atau bukan, yang jelas sejak pertama bertemu Bu Sarah ada perasaan yang tidak saya pahami ketika melihat dan bersama beliau. Meskipun suaranya lebih sering melengking dan marah-marah, tapi terdengar seperti senandung mendayu-dayu di telinga saya.”
“Dasar bocah semprul, ternyata Melan benar kalau kamu itu tukang gombal,” sahut Edric lalu menggelengkan kepalanya.
“Ini saya serius loh Pak.”
“Bagaimana kalau Sarah tidak mencintai kamu?” Tanya Edric dengan wajah serius.
“Bu Sarah bilang begitu?”
“Saya bertanya jangan dibalas dengan tanya.”
Arya menghela nafasnya kemudian terkekeh membuat Edric mengernyitkan dahinya. Pria itu menduga ada yang tidak beres dengan Arya karena tiba-tiba tertawa tidak jelas.
“Pak Edric ‘kan dekat dengan Bu Sarah, coba saja tanya ke beliau. Apa benar tidak ada rasa sedikitpun dengan saya, meskipun rasa benci. Pesona Arya Bimantara sungguh menggoda,” ujar Arya bangga sambil menaik turunkan alisnya.
“Eh, saya belum tahu siapa kamu sebenarnya. Jangan-jangan di luar sana kamu sebenarnya player.”
“Nggaklah Pak, saya tipe laki-laki setia. Kalaupun ada informasi tentang saya yang aneh-aneh, Pak Edric bisa langsung konfirmasi pada saya.”
Edric mengusap dagunya seraya berpikir, apa memang Arya bias membahagiakan dan membuat Sarah jatuh cinta. Karena setelah itu dia yakin, Felix akan semakin gencar mendekati wanita itu karena rumah tangga dengan Amira sedang kacau.
“Saya sudah boleh bertemu Bu Sarah ‘kan? Dia pasti kangen saya pak,” ujar Arya.
“Astaga, percaya diri sekali kamu. Sarah sedang istirahat, kepalanya sakit lagi. Jangan-jangan kena hipertensi, pasti gara-gara kamu.”
“Kenapa tidak bilang dari tadi sih, saya permisi Pak,” ujar Arya lalu meninggalkan ruangan dan mengabaikan Edric yang berteriak memanggilnya.
Saat tiba di ruang kerja Sarah, Melan kembali menghalangi Arya.
“Saya sudah menghadap Pak Edric, kalau nggak percaya kamu telpon aja. Bu Sarah di dalam sedang sakit ‘kan? Gimana kalau dia butuh sesuatu dan tidak ada yang tahu.”
“Tapi ….”
Arya mengabaikan Melan dan membuka pintu lalu menuju pintu ruang rahasia. Benar saja, Sarah berbaring miring dengan selimut menutupi sampai pinggang. Pria itu memutari ranjang dan menatap wajah yang sedang terlelap.
“Lagi tidur aja cakepnya kebangetan, jadi pengen cium.”
Sarah bergumam tidak jelas, membuat Arya mendekat dan duduk di tepi ranjang mengusap wajah wanita itu.
“Ar, kamu ….”
Tentu saja Arya tersenyum karena Sarah mengigau menyebut namanya. Pria itu semakin yakin kalau Sarah sebenarnya ada rasa yang sama dengannya. Teringat pesan dari Ares bahwa Papi sudah mengetahui keberadaan dirinya, semakin besar akan terkuak siapa dirinya. Berharap hal tersebut tidak akan menjadi ganjalan hubungannya dengan Sarah.
Sarah bergerak dan berbaring terlentang. Focus Arya kembali pada wajah wanita itu. Hidung mancung dengan bibir terbentuk indah menyempurnakan kemolekan wajahnya, bahkan belahan dagu membuat Arya ingin mendaratkan bibir pada bagian tersebut.
“Bahaya ini mah, dekat Bu Sarah bisa-bisa ada gempa bumi,” gumam Arya lalu berdiri hendak beranjak dari tempatnya berada.
“Arya, jangan pergi,” ujar Sarah lirih.
Arya kembali menatap wajah Sarah dan duduk di tempat semula.
“Jangan ….” Sarah kembali bergumam, entah tekanan seperti apa yang wanita itu rasakan sampai dalam tidur pun terus mengoceh dan membawa Arya dalam ucapannya.
“Saya di sini Bu,” sahut Arya perlahan membungkuk dan mendekatkan wajahnya, bahkan semakin mengikis jarak. Hidung mereka sudah hampir menempel dan hembusan nafas terasa di wajah. Perlahan Sarah mengerjapkan matanya.
Tatapan mereka saling terpaut dan ….
“Saya di sini Bu,” ujar Arya lalu mendaratkan bibirnya tepat pada bibir Sarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
RossyNara
🙈🙈🙈gak liat
2024-09-22
0
RossyNara
🙈🙈🙈
2024-09-22
0
Fenty Dhani
tata atau hayalan tu??klu sampai Sarah bangun bisa runyam🤭
2024-02-20
0