“Kenapa lagi sih?” Edric sudah berada di ruang kerja Sarah menatap bergantian atasan sekaligus sepupunya dengan Arya, pria yang sudah diterima menjadi asisten Sarah.
“Kamu udah bosan hidup kali ya. Gimana bisa dia sudah tanda tangan kontrak sedangkan aku belum ….”
“Arya bisa tinggalkan kami,” titah Edric. Arya pun meninggalkan ruangan setelah mengangguk pada Sarah.
“Kamu kenapa sih?” tanya Edric sudah duduk berhadapan dengan sepupunya yang memang menyebalkan.
“Lo yang kenapa? Untuk apa aku seleksi kalau dia sudah tanda tangan kontrak. Gue nggak mau, ganti orang lain aja.”
“Nah, ini. Sampai kiamat kamu nggak akan dapat asisten yang cocok. Tidak ada manusia yang sempurna termasuk kamu Sarah. Arya akan tetap bekerja sebagai asisten kamu, cocok atau tidak. Training dia selama tiga bulan, kalau setelah tiga bulan kamu nggak cocok aku akan ajukan Arya ke bagian lain.”
Sarah berdecak mendengar usulan Edric, entah mengapa dia melihat para pria dimatanya selalu salah tidak ada yang sempurna.
“Tidak bisa Edric, aku tidak suka gayanya. Terlalu cengengesan dan masih muda kayak mahasiswa magang."
“Sekarang kamu tidak suka, mana tahu nanti malah jatuh cinta.”
“Jangan gil4 kamu, mana mungkin aku suka sama bocah pol0s begitu. Nggak mungkinlah, yang serius dan benar-benar macho aja aku tolak.
Edric mengedikkan bahunya lalu berdiri dan menumpukan kedua tangannya di atas meja.
“Tiga bulan. Kalau dalam tiga bulan kamu punya alasan yang masuk di akal, maka aku akan ganti lagi asistenmu.”
Edric dan Sarah keluar dari ruangan dan mendampati Arya duduk di atas meja Melan -- sekretaris Sarah. Arya sepertinya menggoda Melan karena gadis itu terkikik malu-malu bahkan tidak menyadari keberadaan Edric dan Sarah yang sudah berdiri menatap mereka.
“Hemm.” Edric berdeham seakan menunjukan eksistensinya pada Arya dan Melan.
Arya menoleh, terkejut dan langsung sigap berdiri. Begitu pun dengan Melan.
“Ma-af Bu, ada yang bisa saya bantu?” tanya Melan dengan gugup karena Sarah seperti memberikan tatapan laser ke arahnya.
“Kamu jangan kecentilan,” ujar Sarah menatap Melan. “Nggak usah kegantengan,” ujarnya lagi melirik Arya. “Kerja yang benar, tahu ‘kan standar yang saya terapkan untuk bekerja dengan saya.”
Melan mengangguk pelan sedangkan Arya menatap Sarah tanpa rasa bersalah.
“Ikut saya dan kamu yang bawa mobil,” titah Sarah sambil melempar kunci mobilnya pada Arya, beruntung pria itu sigap dan berhasil menangkap.
“Arya, semoga kamu tahan selama tiga bulan ini,” ujar Edric lalu menepuk bahu Arya.
“Siap kapten.”
Edric berlalu dan sempat melirik pada Melan yang sedang memandangnya lalu menunduk karena malu dipandang oleh pria itu.
Arya sudah berada di depan kemudi, sedangkan Nyonya besar ada di kabin penumpang. Sejak duduk mulutnya terus merepet menjelaskan apa yang tidak boleh dilakukan oleh Arya.
“Kamu dengar nggak sih, dari tadi manggut-manggut doang.”
“Dengar Nyah, eh Bu.”
“Coba ulangi!”
“Hah, yang bener aja bu. Nggak bakal cukup lima menit kalau saya jelaskan ulang.”
“Bilang saja kamu melamun. Jangan kebut-kebutan, tapi saya harus sampai di lokasi dengan selamat dan tepat waktu.”
“Siap Bos,” sahut Arya meski dibenaknya memikirkan bagaimana bisa tiba tepat waktu tapi tidak boleh ngebut sedangkan kondisi kota Jakarta sudah biasa dengan kemacetan.
Sarah dan Arya fokus pada pandangannya masing-masing. Jika Sarah menatap keluar jendela melamunkan masa lalu dan memikirkan bagaimana masa depannya, berbeda dengan Arya. Selain fokus dengan kemudi dan jalanan di depan, sesekali Arya melihat center mirror mengagumi keindahan seorang Sarah.
Gil4, cantik banget ini cewek. Memang kelihatan dewasa, tapi menarik, batin Arya.
Setiap lelaki pasti akan sepakat dengan pendapat Arya kalau Sarah itu … sempurna. Dengan tubuh tinggi dan kulit putih mulus bukan hanya sering perawatan, tapi juga bawaan lahir. Bentuk dadanya yang membusung sempurna, meskipun tidak menggunakan pakaian yang press body tapi bisa terbayang kalau pahatan dibalik setelan kerjanya memang indah. Hidungnya bangir dan belahan di dagu dan beberapa tahi lalat di wajah membuatnya bukan hanya terlihat cantik tapi juga manis. Pelengkap wajah Sarah semakin sedap dipandang adalah bibir yang agak tebal.
“Halah, kelamaan otak gue ngeres,” gumam Arya sambil menggelengkan kepalanya.
“Kamu bilang apa?”
“Oh, nggak Bu. Ini kaca mobilnya agak ngeres, nanti saya bersihkan deh.”
“Kirain otak kamu.”
“Ya emang,” sahut Arya lirih.
Mereka sudah tiba di tujuan, salah satu hotel berbintang lima. Sarah akan bertemu dengan rekan bisnisnya sambil makan siang.
“Saya tunggu di sini ya bu.”
“Iya, nanti balik ke kantor temui HRD minta revisi kontrak kerja kamu jadi supir.”
Brak.
Sarah membanting pintu mobil menyisakan Arya yang terkejut sambil mengusap dadanya.
“Busyet, si bos galak banget sih.”
Arya pun menyusul langkah atasannya setelah memastikan mobil sudah aman terkunci. Sarah tidak banyak bicara, bahkan ketika di lift Arya bertanya apa yang harus dia lakukan nanti tidak dijawab hanya helaan nafas saja.
“Hai Sarah, tumben telat.”
Sarah hanya berdehem, bersalaman lalu duduk kembali. Melirik pada Arya agar ikut duduk di sebelahnya.
“Bawa bodyguard Sar?”
“Iya, biar kalian nggak macam-macam.”
Dua rekan Sarah tertawa mendengar ejekan yang mungkin saja serius, karena sulit juga mengartikan apa yang Sarah rasakan karena raut wajah datarnya.
“Sar, kemarin kita ketemu Felix sama cewek tapi bukan istrinya deh. Mesra banget, tapi kalau dilihat masih bagusan kamu ke mana-mana.”
“Kamu belum bisa move on dari Felix ya, sampai sekarang masih jomblo aja. Sedangkan aku saja, sudah punya anak dua.”
Busyet, ini orang berani banget, batin arya mendengar Sarah dihina. Bahkan pria itu sempat mengepalkan tangannya lalu menoleh menatap wajah sarah.
Brak.
Sarah melempar buku menu yang dia pegang. Felix adalah mantan kekasihnya, padahal mereka sudah bertunangan dan yang konyol Felix mengkhianati Sarah dengan meniduri Amira -- sepupu Sarah dari pihak ibunya. Keduanya didapati dalam satu ranjang setelah pertunangan Sarah dan Felix.
“Dengar ya, aku tidak peduli mau Felix jalan sama pembantunya atau Ibu kalian. Aku masih sendiri karena berhati-hati, hampir semua pria yang aku kenal rata-rata brengs3k macam Felix. Sama seperti kalian. Kerja masih di perusahaan orang tua tapi gaya sudah selangit. Tiap malam tidur dengan perempuan random, sedangkan istri kalian di rumah hatinya menjerit. Maaf aku lebih baik sendiri daripada dapat laki-laki sampah.”
Sarah berdiri lalu menghela nafasnya.
“Mana proposal kalian?”
Kedua rekan Sarah berdeham lalu menyodorkan dua bundel berkas ke arahnya.
“Arya, terima dan cek sama kamu.”
“Siap, Bos.”
“Jangan lagi ungkit masalah Felix, karena aku sudah dapatkan yang lebih baik.” Sarah merangkul pundak Arya yang langsung terkejut dengan ucapan wanita itu. “Kamu lihat sendiri, aku masih eksis di kalangan muda. Dia tampan, bisa diandalkan dan bukan penjahat kelam!n macam Felix.”
Sarah sudah berlalu, Arya menatap punggung Sarah dan kedua rekan Sarah yang menatapnya.
“Hm, selamat siang Bapak-bapak. Saya permisi dulu, semoga proposal kalian memang yang diinginkan oleh perusahaan kami.”
Sarah dan Arya sudah berada dalam mobil, mesin dan pendingin udara sudah dihidupkan. Perlahan Arya menoleh dan …
“Bu, tadi itu ….”
“Kembali ke kantor dan nggak usah banyak tanya.”
Arya menggaruk kepalanya dan berkata, “Siap, Bos.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Dewi Oktavia
bos y sedikit galak dan seram
2024-09-13
0
3n1 Rhy
👍👍
2024-08-14
0
Fenty Dhani
aku mampir kak☺️🌹🌹
2024-02-20
0