Sarah didampingi Edric juga Arya tentunya, mendatangi aula yang sudah ramai dengan para karyawan yang berhasil diprovokatori oleh Jeny. Tidak mewakili keseluruhan karyawan perusahaan, tapi bisa dipastikan kalau yang berada di ruangan itu mudah terhasut.
Semua diam ketika Sarah memasuki ruangan, Jeny terlihat bangga dan tersenyum sinis.
“Sepertinya aturan perusahaan ini terlalu lunak. Bagaimana bisa di jam sibuk kalian berada di sini untuk kegiatan yang tidak jelas,” tutur Sarah.
“Kami menuntut keadilan Bu,” teriak salah satu audience.
“Keadilan? Kapan kalian mendapatkan ketidakadilan?” tanya Sarah dan tidak ada yang bisa menjawab hanya terdengar kasak-kusuk.
“Gaji kalian dapat tepat waktu, hitungan sesuai undang-undang yang berlaku. Edric akan pastikan nama dan divisi kalian berasal, kami akan pertimbangkan untuk tindak lanjut dari kegiatan ini. Asal kalian tahu, kalian hanya dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab,” ujar Sarah sambil melirik Jeny.
“Ibu Sarah sudah mencoreng nama perusahaan dengan berpacaran dengan asisten Ibu,” ujar yang lain lagi.
Sarah tertawa mendengar pernyataan tersebut, Arya melangkah maju tapi ditahan oleh Sarah.
“Mencoreng yang kamu maksud saya tidak paham, tidak ada aturan saya tidak boleh dekat dengan siapapun dan pria manapun selama bukan suami orang dan itu bukan ranah kalian. Perusahaan tidak merugi dengan kehidupan pribadi saya.”
“Ibu Jeny yang mengajak kita berkumpul di sini Bu, tolong maafkan kami,” ujar salah satu orang lalu pamit keluar ruangan disusul dengan yang lainnya.
Hanya tinggal Jeny yang menatap Sarah sambil memasang wajah perang.
“Kamu pikir semut bisa jadi raja hutan? Kalau ingin melawanku, pakai otakmu. Papaku tidak mungkin menggeser posisiku dan menggantikan dengan kamu yang bukan siapa-siapa, meskipun Ibumu sudah memberikan segalanya untuk pria itu.”
Sarah sudah berbalik akan siap pergi, tapi urung karena Jeny memanggilnya.
“Kamu seperti perawan tua yang tidak laku Sar, masa cowok kayak gini dipacarin. Kayak nggak ada cowok lain aja,” ujar Jeny sengaja memprovokasi.
“Jeny sebaiknya tutup mulutmu, karena kamu sendiri tidak lebih baik,” ucap Edric membela Sarah.
Arya sudah mengepalkan kedua tangannya, sebagai laki-laki sejati dan bawahan yang baik tentu saja dia harus membela dan melindungi Sarah. Namun, sebagai laki-laki pula ia tidak mungkin menyakiti perempuan walaupun ingin segala mendaratkan tangannya pada wajah perempuan itu.
Sarah yang tahu kalau Arya kesal segera mengusap punggung pria itu.
“Tidak masalah, daripada aku harus mendekati laki-laki yang sudah berkeluarga seperti yang kamu dan Ibumu lakukan.”
“Kamu …..”
“Jeny, aku pastikan surat mutasi ada dimejamu besok pagi. Edric urus dia,” titah Sarah lalu mengajak Arya pergi.
Keduanya sudah berada dalam mobil, karena Sarah sudah ditunggu oleh keluarga besarnya. Arya bungkam karena fokus dengan kemudi, tapi Sarah menduga lain. Dia pikir Arya tersinggung atau terhina dengan ucapan Jeny.
“Saya ikut masuk atau tunggu di sini?” tanya Arya ketika mobil sudah terparkir rapi dan segera melepas seatbeltnya.
“Keluar, ada yang perlu kita bicarakan,” ajak Sarah.
“Ada apa Bu, gelisah amat,” ujar Arya.
“Arya, aku tahu kamu pasti tersinggung dengan ucapan Felix juga Jeny tapi tolong bersabar. Kalau kamu menghindar apalagi resign, semua akan semakin kacau. Saya siap kasih kamu bonus yang penting tetap bekerja denganku, paling tidak sampai kondisi terkendali.”
“Siapa yang mau resign Bu? Baru kerja beberapa hari masa udah minta resign, apa kata dunia. Nyantai ajalah Bu, mau saya kaya atau miskin orang pasti nyinyir.”
“Kamu serius tetap kerja dengan saya?”
“Seriuslah, bonusnya jangan lupa,” sahut Arya kemudian terkekeh.
“Tapi Ar, masalah pengakuan kalau kita pasangan ternyata jadi panjang. Di dalam sudah ada keluarga besarku, tentu saja akan membahas masalah ini. Hm, kalau kita lanjut sandiwaranya gimana?”
“Ya nggak gimana-gimana. Tinggal Ibu bilang aja saya harus kayak gimana, lebih mesra mungkin. Saya siap lahir batin Bu.”
“Arya, aku serius!”
“Saya juga Bu. Sumpah dah. Ya udah kita masuk aja Bu, sekalian makan siang ‘kan? Saya sudah lapar,” ujar Arya lalu menggandeng tangan Sarah.
Berada di ruang private, bukan hanya orangtua Sarah yang sudah hadir tapi juga ada tiga orang dari pihak keluarga Ryan Simon. Termasuk pemegang saham perusahaan.
“Selamat siang semuanya, maaf kami terlambat,” ujar Sarah lalu mengajak Arya duduk.
Pria itu sempat heran karena Sarah bersikap seakan bertemu dengan koleganya, terkesan dingin dan cuek.
“Jadi kamu Arya, kekasih Sarah? Ternyata aslinya lebih tampan,” puji Nella pada Arya yang hanya dibalas dengan senyum.
“Sarah, langsung saja. Kamu pasti tahu kasak kusuk para pemegang saham yang menggunakan berita tentang kamu dan pria itu sebagai alasan untuk mengganti posisimu?”
“Hm.”
“Jadi kalian benar pasangan?” tanya kerabat Sarah yang lain.
“Ya begitulah.”
“Kamu tahu Felix sedang bermasalah dengan istrinya dan ….”
“Tolong jangan bicarakan masalah yang tidak ada urusannya denganku. Jadi apa sebenarnya maksud kalian mengadakan pertemuan ini? Papa tidak akan menggantikan aku dari jabatan sekarang, lagi pula selain Papa tidak ada kandidat lain Papa juga sibuk dengan usaha yang lain," ungkap Sarah panjang kali lebar.
“Menikah,” ujar Ryan. “Sudah waktunya kamu berkeluarga dan dengan menikah kamu bisa buktikan kalau kamu tidak menunggu Felix.”
“Arya, kamu yakin dengan Sarah. Banyak perbedaan diantara kalian, diantaranya usia dan status sosial.”
Arya tersenyum mendengar pertanyaan untuk nya.
“Saya jawab jangan Bu?” tanya Arya pada Sarah. “Tenang Bu, serahkan semua pada arya,” ujar pria itu sambil menepuk dadanya.
“Bapak dan Ibu sekalian, memang usia saya dan Bu Sarah agak jauh tapi jangan khawatir kalau usia hanyalah angka. Kalian mana tahu kalau Bu Sarah bisa manja melebihi anak ABG.”
Nella tertawa mendengar penjelasan Arya. “Masa sih Ar, Sarah ‘kan galak.”
“Galak kalau di ranjang nggak masalah Tante,” sahut Arya dan sukses mendapatkan cubitan dari Sarah. “Tuh lihat aja, agresif banget ‘kan.”
“Arya,” tegur Sarah.
“Untuk status sosial, sepertinya tidak usah ditanyakan lagi. Bu Sarah sudah tahu siapa saya dan konsekuensinya kalau dekat bahkan mau serius. Jadi masalah status sosial, sepertinya tidak ada masalah karena Bu Sarah sendiri tidak persoalkan masalah itu. Mungkin karena beliau sudah mapan untuk masalah materi, tinggal cari yang siap untuk jadi imam. Iya nggak Bu?”
“Sudahlah Pah, kita nikahkan saja mereka secepatnya,” ujar Nella pada suaminya.
“Apa?” tanya Arya dan Sarah serempak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
pecat aja... dimutasi, ke enakan tuh
2025-01-19
0
Syafitry Queenjb PhobiaMandi
jawaban arya satisfying banget
2024-05-14
0
Syafitry Queenjb PhobiaMandi
jawaban arya satisfying banget
2024-05-14
0