Arya dan Sarah duduk berhadapan hanya terhalang meja. Sedangkan Edric duduk bersisian dengan Sarah, pria itu menatap Arya dan Sarah bergantian. Apa yang dia saksikan tadi, di mana Sarah dan Arya dengan tubuh seperti merekat mengandung asumsi negatif.
“Jangan berpikir yang tidak-tidak, tadi itu kecelakaan. Kami jatuh dan ….”
“Beruntung aku yang melihat, coba kalau Melan atau yang lain. Kamu bisa disebut direktur mesum, bercinta dengan karyawanmu sendiri.”
“Ck, jangan terlalu jauh. Mana mungkin aku melakukan hal itu dengannya.”
“Sama dong, belum tentu mau begituan sama Ibu.”
Sarah dan Edric menatap Arya karena ucapannya seakan meledek Sarah.
“Kenapa tidak mau, apa Sarah tidak menarik?” tanya Edric penasaran, mungkin di mata pria lain Sarah memang tidak menarik dan itu alasan dia masih melajang.
“Tertariklah, siapa yang tidak tergoda. Cuma nempel aja bikin saya tegang, tapi saya juga jual mahal dong. Emang cowok apaan.”
Sarah kembali berteriak dan memukul Arya dengan bantal sofa. Bahkan Edric sampai menengahi, sedangkan Arya berusaha menghindar sambil bertanya apa salahnya.
“Salah kamu? ini semua salah kamu. Mulai dari jadi asisten aku, bahkan kesiangan jemput dan mengatur hidupku agar tidak mampir ke starb*cks lalu menjebakku dengan kopi murahan kamu lalu kita ….”
“Murahan gimana, Bu Sarah bilang enak loh”
“Sudah!” Edric berteriak menengahi membuat kedua insan itu terdiam. “Sarah jaga wibawamu dan kamu Arya, tunjukan sopan santunmu. Sarah adalah atasanmu.”
“Dia yang mulai, ini semua tidak akan terjadi kalau kamu tidak pilih dia,” pekik Sarah masih menyalahkan Edric dan menunjuk wajah Arya.
“Sarah, jangan terlalu membenci. Sekarang kalian seperti kucing dan tikus, mana tahu nanti bagai dua anak anj!ng yang saling mengasihi,” tutur Edric lalu terbahak membayangkan kedua insan itu saling mencinta.
“Tidak akan pernah. Yang ada aku jadi kelinci imut dan lucu sedangkan dia hanya tikus got!”
“Mana ada tikus got gantengnya kebangetan kayak saya. Bu Sarah nggak ingat kemarin mengakui kalau sudah mendapatkan yang lebih dari mantan Ibu dan itu saya.” Arya lalu terkekeh seakan memenangkan pertandingan melawan Sarah Alesha yang wajahnya sudah memerah menahan geram.
“Benarkah?” tanya Edric.
“Sudah. Apa tujuanmu ke sini?” tanya Sarah lalu kembali duduk di sofa sambil menata emosinya yang masih siap meledak-ledak.
“Siang ini kamu akan bertemu ….”
“Bisa ditunda, emosiku sedang kacau karena ulah bocah kony0l,” sahut Sarah sambil melirik Arya.
“Kebetulan sekali, kita akan atur kembali pertemuan itu karena ada hal yang lebih penting. Tuan Ryan tidak bisa menghadiri undangan dari Emerald dan beliau minta kamu yang hadir.”
Sarah melayangkan pandangannya mendengar arahan tuan Ryan. Ryan Simon adalah Papa nya, bukan hanya memiliki kuasa di rumah pria itu juga pemilik perusahaan. Salah satunya perusahaan di mana Sarah menjadi direkturnya.
Emerald, perusahaan tambang. Termasuk merajai usaha di bidang pertambangan dan Felix adalah bagian dari Emerald. Jika Sarah harus hadir mewakili Ryan Simon, artinya dia harus siap bertemu dengan pria itu. Pengkhianatan yang dilakukan Felix dan mengakhiri hubungan pertunangan itu sudah terjadi enam tahun lalu.
Sarah bukan tidak bisa move on, hanya saja dia berhati-hati dan selektif terhadap hidupnya. Dikhianati oleh kekasih dan sepupunya sendiri seperti mendapatkan jackpot. Yang paling menyebalkan hubungan dua keluarga itu seakan tidak ada masalah, karena pernikahan tetap terjadi. Felix menikah dengan Amira -- sepupu Sarah.
“Kamu tidak bisa menolak dan jangan menghindar.”
“Aku bukan menghindar, hanya saja ….”
Sepanjang hari ini Sarah tidak banyak perintah, lebih banyak fokus pada pekerjaan dan mempersiapkan hatinya untuk datang menghadiri undangan dari Emerald.
“Bu Sarah,” panggil Arya.
Sarah hanya menoleh sekilas lalu kembali fokus dengan layar laptopnya. Arya meletakan proposal di atas meja lalu duduk menyangga wajahnya dengan salah satu tangan.
“Bu Sarah sakit?” tanya Arya.
“Kenapa kamu menduga seperti itu?”
“Biasanya berisik cenderung galak dan sekarang anyep kayak di kuburan.”
Sarah ingin menjawab ucapan Arya tapi urung ponselnya berdering, ternyata Edric.
“Sar, malam ini aku tidak bisa dampingi kamu. Mamiku kolaps lagi.”
Sarah memijat pelan dahinya, tidak mungkin dia memaksa Edric tetap mendampinginya. Mami Edric adalah tantenya, jika perlu Sarah lebih memilih menemani Edric dari pada menghadiri undangan dari keluarga Felix.
“Jangan mangkir, tetap hadir atau Papamu marah. Kamu masih ingat ancaman beliau ‘kan?”
“Ya aku tahu, fokuslah dengan Mami. Aku bisa atasi ini.”
Panggilan pun berakhir, Sarah mengernyitkan dahinya karena Arya sedang asyik bernyanyi di depan cermin dekat pintu toilet. Pria itu seakan tidak ada rasa sungkan dan takut pada Sarah yang jelas-jelas atasannya.
“Cita kita tinggal lah kenangan, walaupun masih ada hanya seberkas luka, dirimu kini hanya sebatas mantan, yang tak punya hati tega ngungkapin.”
Lirik lagu yang dinyanyikan Arya terasa mak jleb di hati Sarah.
“Arya, kamu memang sudah bosan hidup ya?”
“Kenapa Bu? Mau pulang gak, udah sore nih. Katanya mau coba masakan aku.”
Sarah menghela nafasnya pelan lalu memanggil Melan.
“Siapkan gaun, jangan yang terlalu seksi tapi cari yang membuatku tampil elegan.” Melan mengangguk lalu menuju pintu di pojok ruangan, Arya mengekor langkah Melan dan baru tahu kalau ada ruangan rahasia di sana.
“Ini ruang apa?”
“Kamar rahasia Ibu Sarah. Untuk beliau istirahat.” Melan menuju lemari dan mencari gaun yang dimaksud oleh Sarah. Dia kebingungan karena menurutnya semua gaun terlihat cantik.
“Arya, kira-kira yang Ibu Sarah minta yang mana ya?” Arya mendekat dan menatap beberapa gaun yang ditunjuk Melan.
“Ini terlalu seksi. Yang ini kayak mbak-mbak di pinggir jalan kalau malam, yang ini … bukan elegan malah terlihat murahan.” Beralih pada lemari dan pandangan Arya tertuju pada gaun hitam panjang one shoulders dan belahan sampai paha tapi tidak berkesan terlalu vulg4r.
“Ini saja.”
“Kalau Ibu tidak suka, aku akan bilang ini pilihanmu.”
“Ck, aku maunya pakaikan Bu Sarah dengan kaftan. Kayak mau pengajian,” sahut Arya lalu terkekeh.
Melan buka hanya memilih gaun, tapi juga heels yang akan dikenakan Sarah.
“Ayo, kelamaan nanti Ibu marah.”
Melan mengatakan pilihannya sudah siap dan menawarkan bantuan lain.
“Tidak perlu, aku akan make up sendiri. Kamu sudah boleh pulang, setelah ini aku langsung pergi.”
“Baik bu.”
Sarah menyebutkan lokasi yang harus didatangi pada Arya lalu masuk ke kamar rahasia. Hampir satu jam berada di sana, akhirnya wanita itu keluar.
“Ayo,” ajak Sarah. Tangannya memperbaiki tatanan rambut yang sebenarnya sudah rapi. Arya yang sedang asyik dengan ponselnya mengalihkan pandangan menatap wanita itu.
“Wow, nggak salah Bu?”
Sarah menduga ada yang salah dengan penampilannya karena pertanyaan Arya. Segera menuju cermin dna mematut dirinya memastikan penampilannya tidak ada cela.
“Salah di mananya? Make up atau tatanan rambut atau gaunnya?” tanya Sarah masih menatap cermin.
“Maksudnya saya, nggak salah nih penampilan ibu cantik banget. Jadi pengen seret ibu ke penghulu.”
“Kamu!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
Arya bikin emosi jiwanya sarah ni.... mulut Arya beneran deh👍👍
2025-01-19
0
RossyNara
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-09-22
0
Mei Prw
🤣🤣🤣🤣
2024-05-16
0