Sarah meminta Arya menuju suatu tempat sebelum menuju Emerald dan mengajak pria itu turun ketika sampai di lokasi.
“Butik?”
“Hm.”
“Penampilan Bu Sarah ‘kan udah oke banget, mau apa lagi ke butik?”
“Aku memang sudah oke, tapi kamu yang tidak oke,” sahut Sarah ketus lalu mendengus kesal dan meninggalkan Arya yang masih bingung.
“Memang kenapa dengan penampilanku. Jangan galak-galak Bu, tambah gemes jadinya. Arghh.”
Karyawan butik menyambut ramah kedatangan Sarah, ternyata wanita itu ingin merubah penampilan Arya. Hanya mengenakan celana panjang hitam juga kemeja panjang navy serta sepatu pantofel. Lumayan rapi dan Sarah tidak menampik kalau Arya memang ganteng seperti yang diakui oleh pria itu. Namun, menghadiri pesta sekelas Emerald tidak mungkin Sarah ditemani Arya dengan penampilan seadanya.
“Rubah penampilannya, saya mau dia rapi dan pantas untuk menghadiri pesta. Pastikan yang dia pakai selaras dengan penampilan saya,” titah Sarah.
“Baik Bu Sarah,” sahut karyawan butik yang memang sudah menjadi langganan wanita itu. Sarah menunggu di sofa yang terlihat nyaman. Menyilangkan kaki dan membuka layar ponselnya. Cukup lama Sarah menunggu, tapi tidak selama menunggu wanita bersiap. Pria hanya cukup memantaskan atasan, bawahan dan pelengkap seperti sepatu dan dasi.
“Ibu Sarah, Mas Arya sudah siap,” ujar karyawan butik dengan ramah dan lembut. Sarah pun menoleh, menatap Arya yang berdiri di hadapannya.
Jika tadi Arya terpesona dengan penampilan Sarah, saat ini kebalikannya. Sarah terpukau dengan Arya yang terlihat berbeda dan berkelas.
“Gimana Bu, udah oke belum? Kalau belum, saya ganti baju koko sama sarung aja dah. Terus kita ikut kendurian,” ujar Arya membuat Sarah ingin sekali menjewer telinga pria itu yang selalu saja merusak suasana atau moodnya.
“Oke, sudah cukup.”
“Masa cukup doang, nggak ganteng gitu?” Arya berjalan mendekat lalu menatap Sarah. “Pastikan dulu penampilan saya sudah oke dan tidak buat Bu Sarah malu di depan … Felix.”
Sarah menelan salivanya. Apa Arya bisa membaca pikirannya. Sebagai asisten pribadi, Arya tidak perlu di make over berlebihan kecuali memang berperan penting seperti kekasih atau calon suami.
“Ayo,” ajak Sarah enggan membahas masalah Felix.
“Bu.”
Sarah mengacuhkan Arya yang masih mengoceh, saat di kasir wanita itu menyerahkan sebuah kartu dan menunggu penyelesaian transaksi.
“Biasakan tidak banyak bicara, apalagi nanti di acara. Jangan sampai buat aku malu karena mulut kamu yang kadang seenaknya.”
“Bibir saya tuh jujur Bu.”
“Kadang kejujuran itu menyakitkan.”
“Tapi lebih baik dari pada harus terus berbohong."
Sarah dan Arya sudah berdiri di samping mobil, keduanya bertatapan dengan pikiran masing-masing. Masalah kejujuran, masa lalu dan sakit yang dirasakan meski berbeda tapi masih menoreh luka.
Acara diadakan di hotel mewah, yang hadir pun bukan orang sembarangan. Konglomerat, pengusaha sukses, bahkan ada pejabat dan kalangan artis.
“Bu Sarah, itu Anyo Gerotin ya. Yang main sinetron mutusin layangan, ya ampun seksi banget.” Pengacara kondang dan pejabat yang baru saja lewat pun tidak luput disebut oleh Arya.
“Arya kamu bisa diam nggak, jangan norak gitu.”
“Kalau saya minta foto, boleh nggak ya?” tanya Arya sambil berbisik di telinga Sarah, tapi diabaikan.
Pengamanan memasuki ballroom sangat ketat, saat memasuki ruangan Sarah sempat menghela nafasnya. Tujuan pertamanya adalah menemui tuan rumah, menyampaikan permohonan maaf karena Ryan Simon tidak bisa hadir dan bicara basa basi lalu menghindar setelah itu pergi.
“Arya,” panggil Sarah karena mereka sudah dekat dengan tuan rumah. Sarah memberi tanda agar Arya sedikit menunduk, wanita itu ingin membisikan sesuatu. “Ikuti saja permainanku, jangan inisiatif mengatakan apapun.”
“Oke.”
Sarah memeluk lengan Arya, pria itu sempat terkejut tapi tetap mengikuti alur yang diinginkan Sarah.
“Malam tuan Armano,” sapa Sarah dengan wajah datarnya. Arya bahkan ingin sekali menarik pipi wanita itu agar mengulas senyum. Bagaimana tidak, mereka menghadiri undangan tapi memasang wajah seakan terpaksa hadir.
“Selamat malam, Sarah. Apa kabarmu sayang?” tanya pria paruh baya yang terkekeh lalu menghampiri Sarah bahkan mereka sempat berpelukan. Pelukan tanda hormat bukan pelukan cinta.
“Aku baik, Papa dan Mama tidak bisa hadir mereka sedang … tuan pasti paham.”
Pria itu terkekeh lagi dan menganggukan kepalanya. “Siapa tidak kenal Ryan Simon, sangat sibuk dengan bisnisnya dan juga … istrinya yang tersebar di mana-mana,” ujar Armano lirih.
Arya menoleh, memperhatikan gestur tubuh Sarah. Pelukan di lengannya terasa begitu erat tanda kalau wanita itu sedang kesal.
“Ah, siapa pria tampan ini?” tunjuk Armano pada Arya.
“Kenalkan dia Arya, Arya Bimantara.”
Arya dan Armano bersalaman, pria itu mengernyitkan dahinya memikirkan sesuatu.
“Bimantara? Bimantara Property?” Armano menyebutkan salah satu perusahaan properti dan dijawab Arya dengan terkekeh.
“Bukan Tuan, dia bukan Bimantara itu,” sahut Sarah sambil memeluk lengan Arya. “Arya salah satu karyawanku.”
“Ah, cinta bersemi di kantor. Semoga dia bisa menaklukan seorang dirimu.”
Sarah pamit berkeliling lalu menarik lengan Arya agar menjauh dari pria itu.
“Bu Sarah, padahal saya mau jawab Ibu keburu menyela. Ayah saya memang punya usaha properti, lebih tepatnya kontrakan,” sahut Arya terbahak.
“Tidak lucu.”
“Kita mau ke mana nih?”
“Sarah.”
Sarah tau siapa yang memanggilnya, ia berbalik begitu pula dengan Arya. Dua rekan Sarah yang mereka temui ada di sana. Menyapa dan berbasa basi.
“Wah, makin mesra aja nih. Kapan dong diresmikan?”
“Kita pikir kamu tidak akan datang, ternyata punya nyali juga.”
“Kalian pasti tahu kalau saat itu tiba, untuk apa pula aku harus takut datang ke mari. Mereka mengundangku dan keluarga Tuan Armano sudah menjadi kerabat keluarga besarku.”
“Sudah bertemu Felix, tadi dia ada di … ah itu dia.”
Cengkraman tangan Sarah di lengan Arya semakin mengerat, membuat pria itu menoleh. Rahang wanita itu terlihat tegang.
“Sarah, Sarah Alesha.”
Sarah menarik nafas lalu berbalik.
“Selamat malam Felix.”
“Waw, kamu terlihat … luar biasa. Ah, malam juga Sarah. Apa kabarmu?” Felix mengulurkan tangannya dengan tatapan seorang player menemukan mangsa.
Jadi ini mantannya Ibu Sarah. Menatap bu Sarah, udah kayak lihat pisang aja. Dasar m0nyet, ujar Arya dalam hati.
“Aku memang luar biasa, hanya pria luar biasa juga yang akan mendapatkan aku.”
“Dan orang itu adalah ….” Felix menjeda kalimatnya seakan mengejek Sarah kalau sampai saat ini belum ada orang tersebut dan hanya dirinya yang bisa memiliki Sarah pada akhirnya.
“Dia,” jawab Sarah mengusap lengan Arya lalu mereka bertatapan. Sarah tersenyum, membuat penampilannya semakin sempurna. Meskipun baru dua hari bekerja bersama wanita itu dan belum pernah Arya melihat Sarah tersenyum. Ternyata senyum wanita itu sangat indah dan hangat.
“Dia pria luar biasa yang selama ini aku tunggu. Arya Bimantara,” ungkap Sarah masih menatap pria bernama Arya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Biduri Aura
Arya gendeng 😂😂😂😂mulut mu dan kosa kata mu bener² lemes 🤣🤣🤣🤣
2024-02-20
1
Fenty Dhani
good...jangan biarkan pria licik itu mendekat kembali👍😏
2024-02-20
0
Fifid Dwi Ariyani
truscetia
2024-02-05
0