18.What the---

Pandangan yang semula gelap perlahan mulai nampak sedikit cahaya. Awalnya buram, namun lama-lama menjadi jelas. Langit-langit putih terpampang di atas sana sementara suara tangis terdengar di telinga.

'Ukh.... Pusing.' batinnya. Tapi kemudian ia teralihkan oleh sosok yang muncul di hadapannya. Pria dewasa itu terlihat menyedihkan dengan air mata membasahi wajahnya.

'Daddy?'

"Ganesha. Ganesha Aldean Tirtayasa, itu nama yang Mommy kamu siapkan," Ujar pria itu menjulurkan tangannya.

'Hng? Namaku emang itu,' Ganesha terheran-heran. Ia berniat menepis tangan besar Roy yang sepertinya akan mengusap kepalanya. Tapi kemudian dia terperangah.

'Wah.... Daddy kayak raksasa,' takjubnya ketika tangannya hanya bisa menggenggam satu jari telunjuk Roy. Dia amat-amati lagi jari besar itu dan di genggamnya kuat. 'Kalau di akhirat hal kayak gini wajar kan, ya? Gue kan udah mati.'

"Kamu suka namanya, ya?" Tanya Roy berusaha tersenyum di tengah tangisnya.

Ganesha menatap ayahnya itu lagi. Aneh banget bapak satu ini. Ganesha sudah hampir 17 tahun hidup dengan nama itu, gimana mau bilang gak suka coba. Lagian itu nama pemberian Mommy nya, pastinya sangat berharga.

Baru akan menjawab ucapan sang ayah, Ganesha merasa tubuhnya melayang. Dia panik, berpikir apakah mungkin gravitasi tiba-tiba menghilang? Apakah bumi tengah diinvasi alien sekarang? Oh, tidak mungkin sih, kan Ganesha gak di bumi lagi sekarang.

Ah, Ganesha tak tau apa yang terjadi. Dia mengantuk sekali sekarang. Merasa tubuhnya berayun-ayun, matanya semakin memberat. Dan tak butuh waktu lama untuk ia tertidur.

...

'Ukh, silau....' mata Ganesha menyipit saat matanya bertemu dengan lampu yang menggantung di ruangan itu. Lalu kemudian muncul wajah lain yang membuatnya kebingungan.

"Dia kecil banget, dad."

Yang barusan bicara itu mirip sekali dengan Cakra di padangan Ganesha. Apa itu beneran Cakra? Tapi kok.... wajahnya bocil begitu?

Ganesha mendongak. Ia baru sadar kalau saat ini ia tengah berada di gendongan Roy. Kuat banget bapak-bapak itu sampai mampu ngangkat Ganesha. Tapi kalau di perhatikan dari dekat begini.....

Mata Ganesha menyipit. Tangannya menepuk-nepuk pipi ayahnya yang keliatan bertahun-tahun lebih muda. Apa bapaknya pake susuk?

"Aaa...."

Eh? Ganesha meraba-raba lehernya. Barusan itu benaran suaranya kan? Kenapa begitu? Padahal yang mau Ganesha katakan bukan itu! Apa ia bisu gara-gara kecelakaan itu? Tapi masa bisunya kebawa ke alam baka sih.

"Kenapa, hm?" Tanya Roy. Ganesha menatap ayahnya itu. Mau nanya apa dia benaran bisu tapi keburu gak jadi karena Cakra malah menciumi wajahnya dengan gemas.

Ganesha susah payah menyingkirkan kepala Cakra agar menjauh darinya. Ini kenapa dia jadi lemah banget sih? Ngegetok pala Cakra, malah tangannya yang sakit. Eehhh.... Wait!

Mata Ganesha membola. Ia baru sadar kalau tangannya itu mungil banget. Ini apa woiiii???!! Ia melotot mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Tapi kemudian ia terkesiap saat tangan itu di tangkap oleh tangan besar seseorang.

'Leo?' Ganesha memiringkan kepalanya membuat Leo yang sedang memegang tangan mungilnya jadi gemas dan menciumi tangan itu.

"Dad, boleh aku gendong dia?" Tanya Leo kemudian yang mendapat anggukan dari Roy.

'Weh! Weh! Apani?!' Ganesha panik sendiri ketika tubuhnya di oper. Ia memejamkan mata ketika tangan Leo menyambutnya. Dan ketika membuka mata lagi, Ganesha dihadapkan pada cermin besar di lemari.

Disana, di cermin itu, terdapat pantulan sosok Leo dengan seorang bayi dalam gendongannya.

'What the—?'

.

.

.

Tangis bayi memecah keheningan rumah yang masih berselimut duka itu. Ganesha menangis kencang saat sadar apa yang terjadi pada dirinya. Sementara Roy kelimpungan berusaha menenangkan anak itu yang wajahnya sudah memerah karena menangis.

"Sstt.... Udah ya, Nak. Ada daddy disini, jangan nangis lagi."

Roy berusaha menenangkan sembari menimang-nimang bayi mungil di gendongannya. Sementara bayi itu, yang tak lain adalah Ganesha, semakin menangis kencang. Ingin rasanya ia berteriak, 'AKU NANGIS JUGA GARA-GARA DADDY!'. Tapi mengingat tubuhnya sekarang adalah sesosok bayi yang baru berusia beberapa hari, tak mungkin teriakan itu akan sampai pada Roy.

"Dad, mungkin Ganesh lapar?" Ujar Cakra yang sedari tadi melihat ayahnya yang panik sendiri lantaran Ganesha tiba-tiba menangis setelah digendong Leo.

Seakan tercerahkan, Roy mengangguk. Ah, kenapa dia tak kepikiran dari tadi, ya.

Beruntungnya, Leo yang tadi menghilang entah kemana setelah Ganesha yang menangis diambil alih darinya, muncul dengan sebotol susu. Roy merasa terselamatkan.

Unjung dot masuk ke mulut Ganesha. Ia mengerjab ketika merasakan cairan manis yang masuk ke mulutnya. Sial! Dia malu masih ngedot di usia segini. Tapi sekarang kan dia jadi bayi lagi? Jadi gak apa kan kalau dia menikmatinya. Mengikuti insting bayi nya, Ganesha menyedot susu itu dengan rakus.

"Kamu kelaparan, ya? Maaf, daddy gak tau."

Ganesha mengerjap sekali. Dalam hati menyahuti ucapan ayahnya itu, 'Iya gak pa-pa. Lain kali jangan diulang lagi'. Lalu setelahnya ia sibuk mengosongkan botol dot nya.

Sembari menikmati susu itu, pikiran Ganesha menerawang. Ia menatap satu persatu kedua saudaranya yang mengelilinginya. Lalu menatap Roy yang kini tengah duduk di pinggir ranjang sembari memangkunya.

Alasan kenapa Ganesha menangis tadi adalah, karena ia menyadari apa yang tengah terjadi padanya sekarang. Dia, mungkin saja telah kembali ke masa lalu entah bagaimana caranya. Dia kembali ke hari dimana dia dilahirkan.

Ganesha dirundung kesedihan saat mengingat bahwa sekarang pun, dia masih tetap tak bisa bertemu ibunya yang telah berpulang setelah melahirkannya. Namun dibalik kesedihannya itu, ada rasa syukur tak terkira. Ganesha bersyukur, dia masih memiliki kesempatan untuk kembali dipertemukan dengan keluarganya.

Ganesha merasa bersalah karena meninggalkan mereka dalam duka sebelumnya. Entah apa yang terjadi pada mereka setelah dirinya meninggal. Namun, Ganesha kini tengah mengulang waktu. Dia memiliki kesempatan untuk memperbaiki semuanya.

Dan melihat ayah dan kedua saudaranya yang kini bersamanya, Ganesha jadi berpikir ulang. Dia kini memiliki kesempatan untuk menyaksikan apa yang tak pernah ia saksikan. Bagaimana ia tumbuh saat dirinya masih bayi sampai kemudian memiliki ingatan sendiri.

Ganesha pikir mereka meninggalkannya semenjak ia hadir ke dunia. Namun ternyata ia salah. Mereka peduli, mereka menyayanginya. Mungkin sebelumnya, Ganesha terlalu menutup mata sampai tak bisa melihat kasih sayang yang mereka berikan. Dan kali ini Ganesha bertekad untuk tak menyia-nyiakan semua itu lagi. Dia akan merubah takdirnya.

Ganesha akan merubah semuanya. Keluarganya. Zaka dan Zia. Kiel dan Agnea. Lalu, Xavier. Dia akan merubah cerita menyedihkan dalam hidupnya dulu. Anggap saja sebelumnya ia bermimpi buruk. Sekarang, ucapkan selamat datang pada takdirnya yang baru.

.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!