9.Cih! Tsundare

"Bagaimana kondisi Ganesha, bang?" Tanya Dion saat Roy keluar dari kamar Ganesha bersama Sean.

"Dia sudah baikan dan sekarang sedang istirahat," Jawab Roy lesu. "Leo, tolong antar Sean ke depan." Katanya kemudian.

Leo mengangguk dan bangkit dari duduknya. Sebelum pergi Sean menatap Roy kembali, "Sebaiknya Ganesha segera melakukan kemoterapi, Om. Tolong bujuk dia agar mau. Kalau terlalu lama ditunda takutnya akan semakin parah."

Roy mengangguk, ia terlalu lemas untuk bisa menjawab. Bahkan setelah Sean pergi pun ucapan pria itu masih terngiang-ngiang di telinganya.

"Ucapan Sean ada benarnya Roy, ini juga demi kebaikan Ganesha," Tutur Bima.

Roy duduk di sebelah Dion, "Aku juga tau itu, Pa. Tapi aku juga gak bisa memaksa Ganesha. Papa tau kan seberapa keras kepalanya anak itu."

"Kenapa Ganesha gak mau menjalani pengobatan, Bang?" Tanya Diandra sambil terus mengelus rambut Selia yang tak mau lepas dari pelukannya.

Roy menggeleng, "Entahlah. Dia tak pernah menjawab setiap ditanya. Bahkan disuruh minum obat saja susahnya minta ampun. Anak itu—" Ucapan Roy tak dapat dilanjutkan. Ia merasa buntu tak tau harus bagaimana mengutarakan gumpalan kegelisahan di hatinya yang disebabkan oleh bungsunya.

Merasa tak sanggup lagi berada disana, Roy pamit ke ruang kerjanya dengan alasan ada berkas yang harus diurusnya segera. Padahal aslinya dia malah berbelok ke kamar Ganesha. Dan duduk diam di pinggir ranjang memandangi wajah anak itu yang tengah tertidur.

"Opa, Ganesh baik-baik aja kan?" Tanya Selia masih memeluk Diandra.

"Gak apa, dear. Ganesh kita akan baik-baik saja. Dia harus baik-baik saja. Opa akan pastikan itu."

Selia diam. Ia menatap mamanya, wanita itu tersenyum mengecup singkat keningnya. Selia lalu menyembunyikan wajahnya lagi di dada sang mama.

Selia tidak suka saat perhatian orang-orang teralih darinya. Dia tidak suka jika bukan dirinya yang menjadi pusat perhatian keluarganya. Dia benci saat orang-orang tak lagi menjadikan dia prioritas mereka.

Namun ketahuilah, Selia berkali lipat jauh lebih benci saat melihat keluarganya tidak baik-baik saja. Dan Ganesha tidak menjadi pengecualian. Meski Ganesha itu sepupunya yang paling menyebalkan. Namun Ganesha juga adalah sosok yang berharga bagi Selia.

Ganesha itu, meski suka nyolot sama Selia, tapi Selia merasa aman di dekatnya. Selia juga tau dibalik pedasnya ucapan sepupunya itu, Ganesha juga menaruh peduli padanya.

Bagaimana pun mereka adalah keluarga. Orang bilang bahwa darah lebih kental dari air dan itu benar adanya. Selia yang suka balas dendam diam-diam pada Opa nya yang kerap memarahi Ganesha. Maupun Ganesha yang sering adu jotos dengan siapa saja yang mengganggu Selia. Pada dasarnya mereka adalah kakak beradik yang saling menjaga.

Selia tidak buta untuk tidak mengetahui itu. Dia juga tidak bodoh untuk tidak tau bahwa hari ini Ganesha menghajar Gentala lantaran cowok itu mengusili Selia di jam olahraga.

Mereka itu saling menyayangi sebenarnya. Tapi ya, asal masing-masingnya gak tau aja dengan sayangnya itu.

Cih! Dasar Tsundere.

.

.

Roy terlonjak kaget saat ia akan mengecup kening Ganesha yang terlelap anak itu tiba-tiba bangun dan melotot. Literally melotot.

"Astaga Ganesh, kamu bangun dari kapan?" Tanya Roy sembari mengelus dadanya menenangkan jantungnya yang berdetak abnormal gara-gara ulah sang anak.

"Barusan," Ganesha menyahut enteng, "Pengin bubur ketan hitam, dad." Celetuknya kemudian tanpa ada niatan mau bangkit.

Roy menghela nafas, "Okay, nanti daddy belikan. Kamu bangun dulu, udah malam."

Ganesha menggeleng dan menarik selimut, "Aku tidur aja sambil nunggu buburnya."

"Terserah kamu deh," Pasrah Roy.

"Ganeesshh.... Anak mama, makan yuk mama bikinin sop niihh!"

Ganesha melotot horor melihat penampakan Diandra di pintu kamarnya. Ia buru-buru bangkit dan bersembunyi di balik punggung Roy. Padahal kalau dilihat-lihat Diandra itu sama sekali gak nyeremin, malah wajahnya cantik dan anggun sekaligus tampak lembut dan penyayang. Tapi ya namanya Ganesha udah kelewat trauma sama tantenya itu mau diapain lagi.

"Duh, Dian, kamu bikin anak saya takut. Mending urusin Selia aja, liat tuh dia ngintilin kamu mulu takut mamanya diambil orang," Ujar Roy mengedikkan dagu ke belakang Diandra dimana ada Selia yang senantiasa memegang ujung baju sang Mama.

Diandra pura-pura kaget begitu menoleh ke belakang, "Eh anak gadisku yang kawai. Kenapa nak?"

"Temanin Seli belajar...."

"Gak ah, mama mau ngelonin Ganesh."

Spontan Selia jatuh terduduk dengan ekspresi syok berat, "Mama gak sayang Seli lagiii huhu....."

Roy menghela nafas melihat iparnya yang suka jail dan ponakannya yang gampang dikibulin. Mereka adalah kombinasi ibu dan anak yang gak ada perfect-perfect nya.

Pada akhirnya Diandra pergi dari sana bersama Selia. Dia masih mau ngejailin tapi kasian anaknya nangis terus. Yaudah dia ngalah dulu lah.

"Dad, bubur ketan ku?" Tuntut Ganesha yang sudah berbenam di balik selimut lagi.

"Sebentar ya...."

"Daddy masak."

Roy merotasikan matanya kelewat capek, "Asal kamu mau keracunan aja."

Ganesha merengut, "Gak jadi aja buburnya."

"Kalau gitu kamu makan nasi, daddy ambilkan. Biar bisa minum obat."

"Gak mau."

Kata andalan Ganesha membuat Roy berjalan cepat menuju pintu sambil memijit pangkal hidungnya.

"SAM! BUJUK PUTRAKU SUPAYA MAU MINUM OBAT!"

"AKU BILANG GAK MAU!"

Roy melotot pada Ganesha yang ikutan teriak. Dia mendekat pada anaknya lagi bersamaan dengan Sam yang datang secepat kilat sudah siap dengan nampan berisi sepiring makanan segelas air serta obat yang harus Ganesha konsumsi.

"Tuan Muda, mari makan," Ujar Sam menyuguhkan senyum bisnisnya. "Kalau anda mau makan dan minum obat, saya akan hancurkan action figure waifu baru saya yang dibeli kemarin."

Roy molongo mendengar penawaran asistennya itu. Dia tau kalau Sam itu wibu berdedikasi tinggi. Dia juga tau Sam suka mengoleksi action figure anime kesukaannya. Yang Roy tidak tau, apa faedahnya bagi Ganesha kalau Sam memberi penawaran begitu?

"Gak mau."

Tuh kan! Mana mau Ganesha dibujuk begitu.

"Yang Hinata juga tumbalin," Lanjut Ganesha.

Roy melotot tak percaya dengan apa yang dikatakan putranya. Sementara Sam tampak sangat tersiksa karena itu.

"Tidak bisa tuan muda, Hinata-sama adalah segalanya bagi saya. Kalau dia dihancurkan saya juga ikutan hancur. Sakura aja lah," Nego Sam lagi.

"Yang keluarga Forger aja," Tawar Ganesha lagi.

"Keluarga Forger tanpa Yor dan Anya."

"Yaudah, Sakura aja."

Sam tersenyum senang dan meletakkan nampan di atas nakas. Ia menyerahkan piring kepada Roy yang plonga-plongo.

"Tuan besar akan menyuapi anda selagi saya ke apartemen menjemput Sakura yang mau dieksekusi."

.

.

.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!