"Akh! Adu duh!" Cakra terpekik heboh saat tangannya digigit oleh bayi yang baru pandai merangkak gitu, "Lepas Ganesh, gigimu baru numbuh dua aja belagu mau gigit orang. Patah tau rasa."
'Oh, nantangin?' batin si bayi berjiwa remaja 16 tahun itu. Alih-alih melepaskan ia malah makin menggigit kuat jari Cakra membuatnya makin mengaduh kesakitan.
"Kamu kurang makan apa gimana sampai Cakra pun mau disantap?" Ujar Leo yang datang membawa sebotol susu yang baru selesai di buatnya. Ia letakkan botol itu telebih dulu, baru kemudian mengangkat adik bungsunya yang telungkup di lantai tak mau melepaskan jari Cakra. Pada akhirnya Cakra terbebas saat Leo meng iming-iming Ganesha dengan dot kesayangan bayi gembul itu.
Cakra meringis melihat gigitan Ganesha yang tak main-main. Sementara bayi yang lebih mirip gumpalan lemak itu, duduk dengan anteng di pangkuan Leo sembari mengemut dotnya rakus.
Mau marah juga Cakra gak bisa. Ia keburu dibuat meleleh melihat pipi chubby Ganesha yang bergerak-gerak saat ia mengisap dotnya. Duh, kalian lihat? Buntelan lemak lucu itu adalah adiknya. Pada iri kagak?
Sementara Leo menunduk menatap adiknya yang bersandar dengan nyaman padanya. Ia mengusap kepala bayi itu yang rambutnya tumbuh dengan lebat. Merasa gemas, Leo lalu memberikan kecupan bertubi di pipi kenyal dan elastis itu. Pengen dia gigit pipi yang cosplay squishy itu, tapi takut adiknya nanti malah nangis kayak kemarin.
Iya, kemarin. Leo khilaf, kelewat gemas dengan si bungsu yang tidur dengan mulut menganga dan pipi berlemak yang amat menggoda. Dia gigit pipi kenyal yang beraroma khas bayi itu hingga adiknya tersentak dan menangis keras karenanya. Bahkan bekas gigitan Leo masih terlihat di pipi bulat yang putih bersih tersebut.
Ganesha juga keingat dengan kekanibalan abang pertamanya itu. Ia mengusap-usap bekas gigitan Leo kemarin sambil mengdongak menatap Leo yang setia memegangi botol dotnya.
'Cih! Pedofil!' maki Ganesha dalam hati sembari menatap penuh permusuhan Leo. Yang malah terlihat amat menggemaskan di mata Leo.
"Kenapa liatin abang begitu, hm?" Tanyanya mengajak bicara bayi yang cuman bisa ngelantur gak jelas itu.
Ganesha bergumam-gumam tidak jelas sembari mulutnya tak henti menandaskan susu dalam botol dotnya. Asal kalian tau, dalam hati bayi gemoy itu tengah menyumpahi Leo yang jadi babu setianya di kehidupan kali ini. Kayaknya anak sulung Roy itu bucin mampus sama adiknya sendiri. Kayak Ganesha yang bertekuk lutut di bawah Ayudisa.
Ah, Sasa..... Ganesha jadi manyun mengingat keponakan kesayangannya itu. Apa dia akan bisa berjumpa lagi dengan little princessnya yang kiyut overload itu? Ganesha menatap Leo lagi, ah pokoknya kalau udah gede Ganesha bertekad menjadi mak comblang untuk Leo. Pokoknya jodoh Leo harus Teteh Vio, gak boleh yang lain.
"Ganesh~~~"
Atensi Ganesha teralihkan kepada Cakra yang berusaha menarik perhatiannya sedari tadi. Abangnya itu berbaring telungkup di depannya dengan kedua siku menyangga tubuhnya. Dia memegang mainan krincingan yang berisik banget pas digoyangin. Ceritanya dia minta Ganesha merangkak padanya dan mencampakkan Leo.
'Hah....' Ganesha mengeluh dalam hati. Baiklah, dia turuti maunya anak tengah Roy itu. Biar dia juga menjadi budak setia Ganesha sampai besar nanti. Pokoknya Ganesha harus cari banyak-banyak pengikut biar hidupnya enak.
Ganesha sudah turun dari pangkuan Leo. Ia menggerakkan kaki dan tangan mungilnya untuk membawanya menuju Cakra yang tampak menanti dengan antusias. Tapi di tengah jalan, Ganesha berhenti. Ia duduk karena merasa capek.
Bayi gembul itu menoleh pada Leo yang masih di dekatnya.
"Ganesh~~~ Adek, siniii. Abang disiniii. Hey, look, abang ada mainan!" Cakra masih tak menyerah menarik perhatian adiknya.
Ganesha menghela nafas capek. Ia meraih botol dot nya yang sudah kosong dan tergeletak begitu saja di karpet tempatnya duduk. Lalu ia menatap Cakra yang menatap berbinar padanya.
'Brisik lu!'
Dug! Cakra yang malang. Tadi digigit, sekarang ia dilempari botol susu. Kayaknya ia kebagian sial terus, deh. Untung adiknya gemoy. Untung Cakra sayang. Rela deh dia diapa-apain juga. Sebahagia baby Ganesh ajalah.
.
.
.
"Hmmmmm........" Ganesha, si bayi yang mulutnya tersumpal empeng itu bergumam panjang. Alisnya nyaris bertaut tanda ia sedang berfikir keras. Roy yang sedang menggendongnya saja dibuat heran, ada apa dengan anaknya yang masih belum genap satu tahun ini sampai wajahnya kelihatan penuh beban begitu.
"Hey, Ganesh, lihat, sekarang kamu punya ade," Ujar seseorang yang Ganesh tau itu adalah Dion yang tengah mengambil alih bayi yang semula berada di sebelah Diandra yang tiduran di ranjang rumah sakit.
Dion membawa bayi itu mendekat untuk di perlihatkan pada Ganesha yang sedari tadi tampak terus memandang pada anakbungsunya ini, "Namanya Selia. Lihat, cantik, kan?"
Kening sempit Ganesha berkerut. Tangan mungilnya terulur pada bayi yang katanya namanya Selia itu. Ia letakkan jarinya di hidung Selia dan dipencet pelan.
'Pesek!' Hinanya dalam hati. Yang mana tangannya langsung ditarik pelan oleh Roy.
"Jangan digituin, Nak. Nanti adeknya nangis."
'Cuih! Adek katanya,' Ganesha, si bayi yang belum bisa bicara itu lagi-lagi mbatin. Ia kesal pada Roy. Makanya, ia mencabut empeng di mulutnya dan disumpalkan pada mulut ayahnya itu.
Roy terpaku. Sementara satu ruangan tergelak melihat tingkah si bayi buntelan lemak itu. Dengan tanpa merasa bersalah sedikit pun, Ganesha merentangkan tangannya ke arah Leo dengan bibir melengkung ke bawah.
'Hai babuku, sini, gendong tuan mu ini.'
Leo dengan senang hati mengambil alih adiknya itu. Sementara Roy gak tau mau marah atau gemas dengan bungsunya ini. Empeng yang semula disumpalkan di mulutnya ia ambil dan dibawa untuk dicuci. Ia yakin, tak lama lagi anak itu akan merengek karena mulutnya kosong.
Sementara Ganesha yang kini berada dalam gendongan Leo, menyandarkan tubuhnya dengan nyaman. Ia menumpukan kepalanya dengan malas di pundak Leo. Sembari sedikit curi-curi pandang pada bayi yang sekarang dikerubungi oleh para Tirtayasa. Bahkan Cakra juga ikutan. Cih! Dasar babu pengkhianat.
"Ngantuk, ya?" Tanya Leo retoris sembari mengusap pelan punggung adiknya itu secara teratur.
Mata Ganesha memberat karena godaan besar itu. Ia menguap dengan suara yang terdengar lucu. Tangan kecilnya memainkan kancing baju Leo sementara mulutnya terus mendecap, ia butuh empengnya. Sialan! Jangan kalian tertawakan kebiasaannya ini. Ganesha itu masih bayi, dan ia terlanjur terbiasa dengan hal itu. Jadi awas aja, kalau ada yang meledeknya, Ganesha santet nanti.
Beruntung Roy datang tepat waktu membawa empeng kesayangan Ganesha yang sudah dicuci bersih. Melihat anaknya yang melawan kantuk demi menunggu empengnya, ia tertawa pelan. Ia sumpalkan benda itu di mulut anaknya yang mengap-mengap kayak ikan yang tercampak ke darat.
Ganesha yang sudah mendapat apa yang ia mau, bersiap masuk ke alam mimpi. Dengan pandangan yang masih tertuju pada Selia, ia mulai merencanakan berbagai hal dalam kepala kecilnya. Rencana balas dendam. Dikehidupan sebelumnya ia belum sempat menuntaskan dendam kesumatnya pada sepupunya itu. Sekarang mumpung dia hidup lagi, akan ia balas princes kesayangan para Tirtayasa itu.
Mata Ganesha yang memberat karena kantuk itu sempat-sempatnya memicing karena rencana licik dalam otaknya. Ia dongkol bukan main mengingat dulu, si Selia itu pernah mengatai Ganesha anak pungut. Iya, orang yang bikin Ganesha menyimpan dendam bertahun-tahun itu ya Selia.
Hoho..... Tunggu saja Selia~~~ Ganesha akan membuat kamu jadi salah satu pengikut setianya yang bisa ia perbudak seumur selamanya.
.
.
.
Daripada bingung ya, aku kasih sedikit note
Leo dulu umurnya 29, kalau sekarang 13 bentar lagi masuk 14 tahun.
Kalau Cakra dulu 27, sekarang hampir 12 tahunan lah.
Regan, dulu kalau gak salah dia 25 deh🤔🤔 maaf lupa. Berarti sekarang Regan masih bocil, sekitar 9 atau 10 tahun.
Devan, cuman beda 1 tahun ama Ganesha. Dia masih bayik juga. Umurnya 1 setengah tahun sekarang.
5. Selia, baru lahir nyoh di atas. Jadi sebelumnya aku bilang Ganesh dan Seli itu beda satu tahun, maksudnya mereka lahir di tahun berbeda tapi kalau dihitung jarak bulannya gak nyampe satu tahun kok.
Untuk para orang tua, menyesuaikan saja.
Jadi ngebayangin bujang Tirtayasanya, jangan mereka yang dulu ya. Tapi yang sekarang yang masih pada bocil. Si Leo aja baru mau puber, jadi wajar kalau nanti ada aku bikin salah satu dari mereka yang bersikap kekanakan. Karena memang, diwaktu kali ini, mereka masih anak-anak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments