Pada akhirnya, Ganesha memilih berangkat ke sekolah. Dia harus siap pagi-pagi buta demi menghindari Roy yang sudah dipastikan akan mencegahnya berangkat ke sekolah.
Ganesha sampai dengan selamat di sekolahnya. Yang gak selamat itu perutnya. Belum diisi apa-apa dari semalem dan sekarang terasa mual. Ganesha mau makan juga gak bisa takut malah muntah. Akhirnya dia memilih untuk berbaring sebentar di bangku panjang yang ada di belakang sekolah menjelang bel berbunyi.
"Hahaha.... Kiel, you're so cute!"
Baru akan menutup mata Ganesha justru mendengar suara yang tidak asing lagi di telinganya. Ia kemudian bangkit menuju ke sumber suara.
Bangku yang Ganesha tempati tadi terdapat di samping gudang. Kalau berjalan lebih dekat ke gudang, ada bagian yang menjorok ke dalam dan tertutupi dinding. Dan kesanalah Ganesha pergi.
Ia baru mengintip sedikit. Dan itu sudah cukup untuknya melangkah mundur lagi demi tak melihat lebih lanjut.
Di suatu bagian dari tempat di balik dinding itu, terdapat ruangan yang agak rendah dari bagian luar. Disana disusun meja dan kursi yang rusak dan tak terpakai. Dan disalah satu meja, Agnes duduk di atasnya. Dengan lengannya yang melingkar di leher Kiel yang berdiri di hadapannya.
Sial! Ganesha sudah tau bahwa ini akan sangat menyakitkan, namun dia tetap tak bisa mengantisipasinya. Dia merasa hatinya berdenyut perih. Namun yang dapat ia lakukan hanya tertawa dengan lirih.
Apa kalian mau mendengar cerita menyedihkan ini? Kalau begitu Ganesha akan sedikit berbagi.
Dulu, sekitar 4 tahun yang lalu. Ganesha mengalami apa yang orang-orang bilang sebagai cinta pada pandangan pertama. Okelah, katakan bahwa itu masih terlalu dini untuknya mengenal apa itu cinta. Namun Ganesha tidak pernah merasa setertarik itu dengan seseorang sebelumnya.
Ganesha menyukainya begitu saja. Dia tidak perlu alasan, sebab baginya begitulah hati manusia bekerja. Namun, semua itu hanya tersimpan dalam diamnya. Ganesha selalu memperhatikannya, namun tak pernah mendekatinya.
Begitu terus berlanjut sampai di awal semester genap pada tahun ketiganya di SMP, Ganesha dibuat patah hati karena gadis yang ia sukai tidak pernah terlihat lagi. Dan kemudian dia tau bahwa gadis itu telah pindah sekolah.
Oke. Ganesha terima. Lagian terlalu dini untuk dia berlarut-larut dalam dunia patah hati. Dia berusaha merelakan cinta pertama yang belum sempat ia perjuangkan dan perlahan melupakan.
Namun, ketika memasuki SMA, mereka bertemu lagi. Dan disanalah Ganesha percaya bahwa takdir itu memang ada. Dan lagi, kali ini mereka saling sapa dan saling bertukar kata. Suatu kemajuan mengingat dulu Ganesha hanya berani memandang dari jauh sang pujaan hati.
Terimakasih kepada Kiel. Sahabat Ganesha dari SMP yang entah bagaimana ceritanya bisa akrab dengan gadis itu, Agnea. Yang jelas, Kiel menjadi perantara antara Agnea dan Ganesha sehingga hubungan mereka menjadi sekarang ini.
Ganesha mungkin memang orang yang terbilang cuek dan tidak pedulian. Namun, ia cukup sadar, bahwa bukan hanya dirinya yang menyukai Agnea. Banyak orang yang mendambakan sosok Agnea menjadi kekasih mereka. Dan salah satu diantaranya yaitu Kiel.
Ganesha mulai menyadari perasaan yang temannya itu simpan pada Agnea saat semester genap tahun ini baru dimulai. Tepatnya ketika Kiel pindah sekolah karena nilainya yang bermasalah. Dan Ganesha juga tau, bahwa Agnea menyadari perasaan Kiel seperti dia tau akan perasaan Ganesha.
Dia tak mengerti dengan jalan pikiran Agnea yang tidak bisa ditebak. Namun Ganesha lebih tak mengerti dirinya yang terus mendekati cewek itu meski sudah tau bahwa setelah ini dia akan menerima sakit yang jauh lebih besar lagi.
Katakanlah bahwa Ganesha itu bodoh. Namun, hati yang mengalahkan logika benar-benar membuatnya tak berdaya. Dan setidaknya Ganesha sudah berusaha untuk tidak jatuh terlalu jauh.
.
.
"Daddy kenapa kesini?" Tanya Ganesha melirik tasnya yang tau-tau sudah berada di tangan Roy. Masih pagi, sekolah sepi, dan belum sempat bunyi bel, eh bapaknya ini malah datang tiba-tiba.
"Jemput kamu. Daddy juga sudah bicara dengan gurumu. Sekarang kita pulang."
Ganesha mengangguk dan menurut untuk mengikuti langkah Roy. Yang mana membuat pria itu heran, gak biasanya ini anak manut banget sama omongannya.
"Kamu kenapa?"
Ganesha menoleh, "Daddy yang kenapa."
"Huh?"
"Kecemplung dimana tadi sampe kuyup begini?"
Roy berdecak, "Ini gara-gara kamu ngilang gitu aja. Daddy pontang-panting nyari kamu keliling rumah sampe keringetan gini."
Roy kelihatan tersiksa, dan Ganesha senang melihatnya, "Trus kenapa bisa sampe kesini?"
Roy membukakan pintu untuk putranya itu, "Sam yang ngasih saran untuk liat ke sekolah." Lalu ia ikut masuk ke belakang kemudi setelah Ganesha duduk dengan baik di bangku sampingnya. "Kamu tau Ganesh, betapa khawatirnya daddy saat kamu tidak ada di rumah? Jantung daddy mau copot rasanya."
Ganesha mencibir, "Cih! Lebay!"
Roy tidak peduli dengan cemoohan anaknya. Ia menghidupkan mesin mobil. Dan sebelum kendaraan itu melaju, Roy berbicara dengan sungguh-sungguh.
"Terserah kamu menganggapnya gimana. Tapi, Ganesh, sungguh, daddy memang setakut itu kehilangan kamu."
......
Roy senang sekali rasanya. Hari ini Ganesha sangat patuh dan tidak banyak cekcok dengannya. Anak itu menuruti semua kata Roy. Dia juga mau-mau saja saat diajak ke rumah sakit. Ganesha juga angguk-angguk dan nurut diapa-apain dokter. Roy senang sekali merasa ada sedikit perubahan dalam diri anaknya.
Dan harusnya Leo bisa lebih baca suasana untuk tidak merusak mood baiknya itu. Karena ditengah santainya Roy menikmati acara bbq bersama bungsunya, Leo memintanya untuk pulang.
Ganesha sih gak keberatan malah dia banyak-banyak terimakasih ke Leo. Pasalnya disana ternyata ada Dion dan Diandra juga. Masih ingatkan kalau Ganesha trauma berat dengan tantenya itu?
Saat memasuki pintu utama, mereka langsung disambut dengan kehadiran Cakra beserta Leo di ruang tamu. Selain itu juga hadir disana seorang wanita dengan dress navy sederhana yang terlihat anggun dengan bayi yang belum genap satu tahun di pangkuannya.
Ganesha mengernyit bingung melihat wajah asing yang baru pertama kali ditemuinya. Ia menatap Roy, pria itu tidak banyak berekspresi dan melangkah mendekat dengan segera.
Leo berdiri diikuti oleh wanita tadi, "Dad, ini istriku, Viona. Dan putri kecilku, Ayudisa."
Ganesha melotot kaget. Ia syok dengar Leo yang ngomong dengan entengnya. Tapi, melihat pada Roy dan Cakra, tidak ada satupun dari mereka yang se terkejut dirinya. Apakah cuman dia yang kudet di rumah ini?
......
Ganesha berkali-kali melihat bergantian pada bayi gemoy yang anteng banget baringan di atas kasur dan pada Viona yang tengah menggantikan popok little princes nya Leo itu.
Penasaran, Ganesha menekan pipi tembem si bayi yang kelihatan menggoda. Jarinya terbenam, pipi bayi itu kenyal dan lembut banget. Ganesha berasa lagi pegang squishy.
Agaknya si bayi merasa risih sama kelakuan absurd Ganesha. Tangan mungil itu menggenggam telunjuk Ganesha yang menoel-noel pipinya tanpa belas kasihan.
Mata Ganesha membola mendapati tangan mungil itu menggenggam jemarinya erat. Si bayi justru ketawa lucu menampilkan 2 gigi bawahnya yang baru tumbuh. Lucuuuukkkk banget!
Ganesha menatap Viona dengan mata berbinar, "Baby Sasa pegang tanganku!" Katanya antusias yang dibalas senyuman Viona.
"Sasa mau main sama Uncle Ganes, ya?" Ujar Viona yang selesai memakaikan popok Ayudisa dan mengajak bicara bayi gemoy yang ketawa-ketawa aja liat ibunya. Lalu ia membawa sang anak ke dalam gendongannya saat bayi itu mengulurkan kedua tangannya.
Dan lucunya, Ayudisa tak melepaskan telunjuk Ganesha. Dan Ganesha juga gak mau lepas darinya.
Viona terkekeh pelan melihat Ganesha yang menatap berbinar anaknya, "Mau coba gendong?"
Ganesha menatap Viona, "Boleh?"
Viona mengangguk, "Boleh dong, kamu kan Uncle nya."
Tapi kemudian Ganesha manyun, "Aku gak pernah gendong bayi, takut nanti kenapa-kenapa. Teteh aja yang gendong."
"Gak pa-pa," Viona membujuk dan memberikan Ayudisa pada adik iparnya itu, "Kamu gendong kayak Teteh tadi, letakin satu tangan di pinggangnya untuk menyangga soalnya pinggangnya belum terlalu kuat. Nah, gitu. Bisa kan?"
Ganesha mengikuti instruksi Viona dengan benar. Awalnya ia merasa kaku, takut bayi mungil di gendongannya tidak nyaman atau terluka karenanya. Tapi, begitu melihat Ayudisa tersenyum sambil menggapai-gapai wajahnya, Ganesha jadi rileks. Ia menatap Viona dengan senyum lebar.
"Aku bisa."
Viona balas tersenyum. Sambil menahan gemas melihat dua bayi disatukan. Ganesha menatap berbinar pada Ayudisa dalam gendongannya. Dan Ayudisa tampak terpesona dengan melihat visual pamannya itu dari dekat.
"Kecil banget..... Baby Sasa, you're so cute. Very very very very cute. So much cuteness! Overload!"
Kontan saja tawa Viona lepas mendengar celotehan Ganesha yang tengah menciumi wajah Ayudisa dengan gemas. Dan si bayi ketawa lucu aja digituin sama Ganesha. Duh, adem banget liat mereka begitu.
"Teteh, Sasa boleh buat aku aja?" Tanya Ganesha tiba-tiba, "Yang begini gak boleh buat Leo, nanti Sasa tertekan."
Viona geleng-geleng kepala dengarnya. Baru setengah hari kenal dengan adik iparnya itu, dia sudah cukup tau Ganesha itu anak yang bagaimana. Viona juga cukup paham sih dengan maksud Ganesha, Leo memang orangnya cuek dan banyak diam. Tapi percayalah, Leo tuh bucin mampus sama anaknya. Anything demi little princes nya, Leo bahkan rela jadi badut demi membuat anaknya tertawa.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments