Mendung. Langit sudah begitu sedari pagi. Tapi sudah hampir malam lagi, namun hujan tak kunjung turun. Ganesha jadi heran. Kalau awannya sudah sepekat itu kenapa gak hujan aja sih? Gak enak dipandang, bikin sakit mata liat langit hitam-hitam gitu!
Ah, sial. Ganesha jadi tertawa sendiri ketika melihat langit justru terbayang kretekan di hatinya. Ini seriusan Ganesha lagi patah hati ceritanya? Jadi sadboy gitu? Aduh, malang sekali nasibnya.
Tapi mau gimana lagi kan. Sesuka apapun dia sama Agnea, kalau cewek itu maunya sama Kiel ya Ganesha bisa apa? Namanya juga hati kan ya, gak ada yang bisa ngatur bahkan pemiliknya sendiri.
Tes.
Ganesha melihat air yang jatuh ke tangannya. Dikira hujan tapi rupanya air matanya. Dia terkekeh pelan. Punggung tangannya ia usapkan pada matanya dengan kasar. Lalu ketika Ganesha sibuk menghapus liquid bening yang tumpah karena kelenjar air matanya bocor, tiba-tiba ada yang berdiri di hadapannya.
Ganesha yang posisinya sedang duduk di bangku taman harus mendongak melihat siapa gerangan manusia dengan sepatu pantofel mengkilap yang memergokinya itu.
"Cakra."
Cakra menghela nafasnya, "Untuk kali ini saja saya biarkan kamu memanggil saya sesukamu, Ganesh."
Lalu, lelaki itu maju selangkah membawa sang adik ke dalam pelukannya. Tangannya menepuk-nepuk pelan pundak Ganesha saat isak anak itu terdengar di telinganya.
"Aku payah banget, kan?" Ujar Ganesha sedikit tertawa ditengah tangisnya.
Cakra mengulas senyum tipis, "Iya, kamu payah."
Dan Ganesha semakin tergugu dalam pelukannya.
"Wajar Ganesha. Kamu juga manusia biasa. Pasti terkadang merasakan sakit dan terluka. Dan juga, pasti ada waktu dimana kamu akan berbahagia. Tuhan sudah mengatur semuanya. Dan jika Tuhan tidak menyediakan bahagia untukmu, tenang saja. Masih ada abangmu ini yang akan membuat kamu bahagia bagaimanapun caranya."
.
.
Ada yang masih ingat dengan si mbul anak angkat Ganesha? Yang dia pungut di taman rumah sakit waktu itu. Tupai itu meski sepertinya tertekan tapi makin gembul aja sekarang. Ganesha jadi keinget Sasa waktu lagi mengunyel-unyel makhluk yang hanya sekepalan tangannya itu.
Ganesha menatap televisi sekilas dimana wajah Leo terpampang disana. Hari ini, adalah hari dimana Leo mengadakan konferensi pers untuk mengklarifikasi gosip simpang siur tentang istri dan anaknya. Perihal masalah Leo ini juga sudah diketahui oleh keluarga besar Tirtayasa.
Dalam waktu dekat katanya akan diadakan resepsi untuk pernikahan Leo dan Viona, walau udah telat banget sih. Tapi itu diperlukan demi menyelesaikan kesalah pahaman.
"Hai Ganesh!"
Ganesha menatap malas Selia yang tiba-tiba datang dan menghempaskan diri begitu saja di sofa di sebelahnya.
"Dari mana lo?"
"Dari rumah," jawab Selia jujur.
"Ck!" Ganesha berdecak, bukan itu yang ia maksud. Dia menanyakan perihal Selia yang jarang terlihat akhir-akhir ini. Tapi Ganesha males juga ngejelasin. Jadi biarlah, "Rumah mana?" tanyanya iseng.
"Rumah mana, bang?" tanya Selia pada Cakra yang tadi menjemputnya.
"Rumah duka," jawab Cakra sambil lalu.
Selia mencebik. Ganesha terkekeh pelan. Dia sibuk dengan mbul kesayangannya lagi. Meski dia tau kalau tupai itu sama sekali gak sayang sama dia. Ah, ****! Jadi keinget Agnea kan.
"Mbul, majikanmu patah hati," bisiknya pelan.
Namun ternyata Selia mendengarnya, "Duh kasihan kamu Ganesh. Agnea jahat banget, ya."
Ganesha mendelik ia tidak bisa membedakan Selia sedang bersimpati atau meledeknya, "Diem lo!"
"Galak ih.... Aku aduin opa kamu ntar."
"Cepu huuu.... Sorakin mbul cepuuu gitu," cerca Ganesha semabil melambai-lambaikan ekor tupai mungil itu kepada Selia.
Selia tertawa saja melihat kelakuan sepupunya itu membuat Ganesha menatapnya aneh. Kayak ada yang beda gitu sama anak manja satu ini.
"Seli, lo sehat?"
Selia mengangguk lalu menggeleng lalu mengangguk lagi.
"Konslet ternyata."
"Gak gitu Ganesh!"
.............
Baru kali ini Ganesha mensyukuri kedatangannya ke tempat Bima untuk menghadiri kumpul rutin bulanan keluarga mereka. Mau tau kenapa? Ada Sasaaaa disana. Si bayi gemoy yang udah jadi kesayangannya Ganesha.
"Sasaaaa kangen uncle gak???"
Ganesha baru mau mencium bayi digendongan Leo itu ketika keningnya didorong oleh si bapak bucin anak satu itu dengan kejamnya, "Saya ngasih nama udah bagus-bagus dan panjang seenaknya aja kamu singkat begitu Ganesh."
Ganesha mendelik, "Pangilan kesayangan ku itu. Sini Sasa nya sama aku aja," ujarnya lagi mengambil Ayudisa dari Leo yang mau tak mau memberikannya setelah mendapat delikan tajam istrinya. Tau gini mending Leo umpetin aja terus anak ama bininya. Lihat, bahkan Viona sudah memihak Ganesha sekarang, posisi Leo jadi kegeser kan.
"Iiihhh Sasaaa lucukknya ponakan Onti ini," seru Selia menciumi bayi di gendongan Ganesha dan si bayi malah ketawa lucu bikin mereka jadi gemesh.
"Iya kan? Sasa itu yang paling cute pokoknya," Ganesha menyahut.
Sementara para anggota keluarga lainnya merasa adem melihat dua orang yang sering cekcok itu akur. Ayudisa terlihat seperti malaikat kecil diantara dua orang itu sekarang. Wah bener-bener little princes nya Leo ini. Masih seumur jagung udah jago bikin orang pada kepincut.
.
.
.
Roy setia berdiri di belakang Ganesha mengusap-usap punggung anak itu yang tengah memuntahkan isi perutnya. Yang tidak keluar apa-apa sebab Ganesha sama sekali belum makan dari kemarin akibat keasikan main dengan Ayudisa.
"Ganesh gimana dad?"
Roy menoleh pada Leo yang muncul di pintu kamar mandi menyodorkan minyak telon padanya, "Masih mual katanya."
Leo menatap adiknya itu yang kini tengah mencuci mukanya yang banjir keringat, "Saya udah telpon Sean tadi. Sebentar lagi dia datang."
Roy hanya mengangguk dan membiarkan Leo berlalu pergi. Ia membuka minyak telon yang diberikan Leo tadi, "Pake ini biar agak mendingan."
"Huh?" Ganesha linglung. Kepalanya pusing, rasanya dia ingin cepat-cepat tidur.
Melihat anaknya yang kentara capek sekali, Roy menutup kembali minyak telon itu dan menuntun Ganesha menuju ke kamarnya. Ketika anak itu sudah berbaring dengan tenang, Roy memakaikan minyak telon di perut dan lehernya lalu menyelimuti Ganesha yang mulai memejamkan mata.
"Gak mau makan dulu?"
Ganesha menggeleng lemah.
"Ada pengin sesuatu gitu buat dimakan? Kamu belum makan sama sekali dari kemarin Ganesh."
Lagi, Ganesha menggeleng pelan. Ia menarik selimut bersiap masuk ke alam mimpi. Bersamaan dengan itu Leo muncul membawa nampan berisi semangkuk sop ayam.
"Ganesh udah tidur, dad? Tadi Viona bikin sop buat dia."
"Huh?" Mendengar nama Teteh favoritnya disebut Ganesha berusaha membuka mata. Lucu sekali melihatnya mata anak itu setengah terbuka lantaran ia berusaha melawan kantuk yang mendera.
Entah harus kasian atau tertawa melihatnya.
Roy mendengus. Ia membantu Ganesha untuk duduk, "Ada sop bikinan teteh mu, mau?"
Meski ngantuk berat, tapi Ganesha usahakan mengangguk, "Hm."
Leo dan Roy hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah si bungsu. Di satu sisi mereka bersyukur anak itu akhirnya mau makan. Terimakasih pada Viona, teteh favorit Ganesha yang tahtanya bahkan jauh lebih tinggi dari Roy di hati Ganesha.
................
Ganesha sudah tertidur. Dan kini tersisa Roy yang duduk di sebelah anak itu setia mengusap kepalanya teratur. Sesekali Roy mengusap bulir keringat yang muncul di dahi Ganesha atau mengelus kerutan yang kadang muncul diantara alis anak itu.
Menghela nafasnya, Roy teringat kembali ucapan Sean tadi setelah memeriksa Ganesha. Satu hal yang ia simpulkan dari penjelasan panjang lebar dokter muda itu, kondisi Ganesha semakin memburuk.
Roy tidak tau harus berbuat apa. Ganesha memang tak seriweh dulu kalau disuruh minum obat. Tapi anak itu masih kekeh tidak mau mengikuti pengobatan lebih lanjut. Dan Roy masih saja tidak mengerti jalan pikiran bungsunya.
Sungguh, Roy sangat takut sekarang. Terlebih ketika mendapati beberapa helai rambut Ganesha yang rontok saat ia mengusap kepala anak itu. Tangan Roy sampai gemetar saking takutnya dia.
Apa yang harus ia lakukan sekarang? Haruskah dia memaksa Ganesha untuk mau melakukan pengobatan? Karena jika terus begini, bisa-bisa anak itu benar-benar pergi darinya.
"Sekarang, daddy harus berbuat apa untuk mempertahankan kamu tetap bersama kami, Ganesh?"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments